- Beranda
- Berita dan Politik
Penolak Tambang Dibunuh di Lumajang, Polisi Tangkap 10 Orang
...
TS
pocongsosweet
Penolak Tambang Dibunuh di Lumajang, Polisi Tangkap 10 Orang
Quote:
Quote:
Penolak Tambang Dibunuh di Lumajang, Polisi Tangkap 10 Orang
TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Kepolisian Resor Lumajang, Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail, mengatakan pihaknya telah menangkap sepuluh orang yang diduga berperan dalam kasus terbunuhnya Salim alias Kancil, 52 tahun. “Sudah kami amankan sepuluh orang,” kata Fadly, Sabtu malam, 26 September 2015.
Fadlu mengatakan polisi melakukan pemeriksaan secara marathon pada hari ini. “Mungkin jumlah tersangka akan bertambah, masih kami lakukan pemeriksaan,” kata Fadly.
Menurut Fadly, yang baru sehari menjabat Kapolres Lumajang ini, pihaknya juga akan mencari siapa aktor intelektual pembunuhan tersebut. Polisi akan menjerat para pelaku yang terlibat kasus pembunuhan ini dengan Pasal 338 Jo 170 KUHP.
Fadly juga mengatakan dari sepuluh orang yang ditangkap, akan ditentukan mana yang akan ditahan dan mana yang akan dilepas. “Diamankan 1x24 jam,” katanya.
Fadly mengatakan saat ini masih terus mendalami peran masing-masing orang yang ditangkap. “Peran belum diketahui, informasi dari masyarakat yang melihat di lapangan, maka didapatlah nama-nama tersebut. Kemudian kami amankan. Kemudian berkembang,” katanya.
Fadly mengatakan diduga pelaku yang terlibat lebih dari 10 orang di dua lokasi yang berbeda. “Sedang kami dalami, siapa yang berperan pada si Tossan dan siapa yang berperan pada Kancil,” ujarnya.
Seperti diberitakan dua warga Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang diduga menjadi korban amuk massa, Sabtu pagi 26 September 2015. Aksi kekerasan ini menimbulkan satu korban tewas dan satu orang kritis. Satu korban tewas adalah Salim, 52 tahun, warga Dusun Krajan II.
Sedangkan satu korban yang kritis adalah Tosan, 51 tahun, warga Dusun Persil. Kedua korban kekerasan ini dikenal sebagai warga penolak tambang pasir di pesisir Pantai Watu Pecak. Kedua korban dihajar di tempat yang terpisah berjarak sekitar tiga kilometer satu sama lainnya.
SUMBER
TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Kepolisian Resor Lumajang, Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail, mengatakan pihaknya telah menangkap sepuluh orang yang diduga berperan dalam kasus terbunuhnya Salim alias Kancil, 52 tahun. “Sudah kami amankan sepuluh orang,” kata Fadly, Sabtu malam, 26 September 2015.
Fadlu mengatakan polisi melakukan pemeriksaan secara marathon pada hari ini. “Mungkin jumlah tersangka akan bertambah, masih kami lakukan pemeriksaan,” kata Fadly.
Menurut Fadly, yang baru sehari menjabat Kapolres Lumajang ini, pihaknya juga akan mencari siapa aktor intelektual pembunuhan tersebut. Polisi akan menjerat para pelaku yang terlibat kasus pembunuhan ini dengan Pasal 338 Jo 170 KUHP.
Fadly juga mengatakan dari sepuluh orang yang ditangkap, akan ditentukan mana yang akan ditahan dan mana yang akan dilepas. “Diamankan 1x24 jam,” katanya.
Fadly mengatakan saat ini masih terus mendalami peran masing-masing orang yang ditangkap. “Peran belum diketahui, informasi dari masyarakat yang melihat di lapangan, maka didapatlah nama-nama tersebut. Kemudian kami amankan. Kemudian berkembang,” katanya.
Fadly mengatakan diduga pelaku yang terlibat lebih dari 10 orang di dua lokasi yang berbeda. “Sedang kami dalami, siapa yang berperan pada si Tossan dan siapa yang berperan pada Kancil,” ujarnya.
Seperti diberitakan dua warga Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang diduga menjadi korban amuk massa, Sabtu pagi 26 September 2015. Aksi kekerasan ini menimbulkan satu korban tewas dan satu orang kritis. Satu korban tewas adalah Salim, 52 tahun, warga Dusun Krajan II.
Sedangkan satu korban yang kritis adalah Tosan, 51 tahun, warga Dusun Persil. Kedua korban kekerasan ini dikenal sebagai warga penolak tambang pasir di pesisir Pantai Watu Pecak. Kedua korban dihajar di tempat yang terpisah berjarak sekitar tiga kilometer satu sama lainnya.
SUMBER
Quote:
Ini Kronologi Pembunuhan Sadis Petani Lumajang
REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Hasil investigasi Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang menemukan fakta sadisnya penyiksaan para preman tambang terhadap Salim dan Tosan, dua warga penolak tambang. Salim disiksa hingga tewas, sementara Tosan berhasil diselamatkan warga lainnya.
Dalam rilis tertulis tim advokasi yang terdiri dari Laskar Hijau, Walhi Jawa Timur, Kontras Surbaya, dan LBH Disabilitas disebutkan, sebelum tewas dipukul dengan batu dan balok kayu, Salim (46) atau akrab dipanggil Kancil, sempat disetrum dan digergaji. Tim advokasi menyampaikan, saat 40-an preman datang menyerbu rumahnya, Sabtu (26/9), Salim sedang menggendong cucunya yang berusia 5 tahun.
"Mengetahui ada yang datang berbondong dan menunjukkan gelagat tidak baik Salim membawa cucunya masuk. Gerombolan tersebut langsung menangkap Salim dan mengikat dia dengan tali yang sudah disiapkan," tulis tim advokasi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (28/9).
Tim advokasi melanjutkan, para preman kemudian menyeret Salim dan membawa dia menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak 2 kilometer dari rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju Balai Desa, gerombolan ini terus menghajar Salim dengan senjata-senjata yang mereka bawa, disaksikan warga yang ketakutan dengan aksi ini.
"Di Balai Desa, tanpa mengindahkan bahwa masih ada banyak anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran di PAUD, gerombolan ini menyeret Salim masuk dan terus menghajarnya," tulis tim advokasi.
Tim advokasi melanjutkan, di Balai desa, gerombolan ini sudah menyiapkan alat setrum yang kemudian dipakai untuk menyetrum Salim berkali-kali. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga membawa gergaji dan dipakai untuk menggorok leher Salim. Namun, upaya mereka seolah tidak melemahkan Salim.
Melihat kenyataan Salim masih sehat, tulis tim advokasi dalam rilisnya, dalam keadaan balai desa yang masih ramai, gerombolan tersebut kemudian membawa Salim yang masih dalam keadaan terikat melewati jalan kampung menuju arah makam yang lebih sepi.
"Di tempat ini mereka kemudian mencoba lagi menyerang salim dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Baru setelah gerombolan ini memakai batu untuk memukul, Salim ambruk ke tanah," tulis tim advokasi.
Mendapati itu, menurut keterangan tim advokasi, mereka kemudian memukulkan batu berkali-kali ke kepala Salim. Di tempat inilah kemudian Salim meninggal dengan posisi tertelungkup dengan kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
Sebelum membantai Salim, para preman juga menyerang rumah Tosan, warga penolak tambang lainnya. Menurut keterangan tim advokasi, Tosan didatangi segerombolan orang menggunakan kendaraan bermotor sekitar pukul 07.30.
"Mereka membawa pentungan kayu, pacul, celurit, dan batu. Tanpa banyak bicara mereka lalu menghajar Tosan di rumahnya, Tosan berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda namun segera bisa dikejar oleh gerombolan ini," tulis tim advokasi.
Tim advokasi menyampaikan, Tosan lalu ditabrak dengan motor di lapangan tak jauh dari rumahnya. Tak berhenti di situ, gerombolan ini kembali mengeroyok Tosan dengan berbagai senjata yang mereka bawa sebelumnya.
"Tosan bahkan ditelentangkan di tengah lapangan dan dilindas motor berkali-kali. Gerombolan ini menghentikan aksinya dan pergi meninggalkan Tosan setelah satu orang warga bernama Ridwan datang dan melerai," tulis tim advokasi.
Salah satu anggota tim advokasi A'ak Abdullah melaporkan, saat ini, kampung tempat kejadian masih mencekam. "Warga dan keluarga korban masih dalam suasan duka dan rawan terpancing untuk membalas dendam," ujar Aak dihubungi melalui saluran telepon, Senin (28/9).
SUMBER
REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Hasil investigasi Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang menemukan fakta sadisnya penyiksaan para preman tambang terhadap Salim dan Tosan, dua warga penolak tambang. Salim disiksa hingga tewas, sementara Tosan berhasil diselamatkan warga lainnya.
Dalam rilis tertulis tim advokasi yang terdiri dari Laskar Hijau, Walhi Jawa Timur, Kontras Surbaya, dan LBH Disabilitas disebutkan, sebelum tewas dipukul dengan batu dan balok kayu, Salim (46) atau akrab dipanggil Kancil, sempat disetrum dan digergaji. Tim advokasi menyampaikan, saat 40-an preman datang menyerbu rumahnya, Sabtu (26/9), Salim sedang menggendong cucunya yang berusia 5 tahun.
"Mengetahui ada yang datang berbondong dan menunjukkan gelagat tidak baik Salim membawa cucunya masuk. Gerombolan tersebut langsung menangkap Salim dan mengikat dia dengan tali yang sudah disiapkan," tulis tim advokasi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (28/9).
Tim advokasi melanjutkan, para preman kemudian menyeret Salim dan membawa dia menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak 2 kilometer dari rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju Balai Desa, gerombolan ini terus menghajar Salim dengan senjata-senjata yang mereka bawa, disaksikan warga yang ketakutan dengan aksi ini.
"Di Balai Desa, tanpa mengindahkan bahwa masih ada banyak anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran di PAUD, gerombolan ini menyeret Salim masuk dan terus menghajarnya," tulis tim advokasi.
Tim advokasi melanjutkan, di Balai desa, gerombolan ini sudah menyiapkan alat setrum yang kemudian dipakai untuk menyetrum Salim berkali-kali. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga membawa gergaji dan dipakai untuk menggorok leher Salim. Namun, upaya mereka seolah tidak melemahkan Salim.
Melihat kenyataan Salim masih sehat, tulis tim advokasi dalam rilisnya, dalam keadaan balai desa yang masih ramai, gerombolan tersebut kemudian membawa Salim yang masih dalam keadaan terikat melewati jalan kampung menuju arah makam yang lebih sepi.
"Di tempat ini mereka kemudian mencoba lagi menyerang salim dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Baru setelah gerombolan ini memakai batu untuk memukul, Salim ambruk ke tanah," tulis tim advokasi.
Mendapati itu, menurut keterangan tim advokasi, mereka kemudian memukulkan batu berkali-kali ke kepala Salim. Di tempat inilah kemudian Salim meninggal dengan posisi tertelungkup dengan kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
Sebelum membantai Salim, para preman juga menyerang rumah Tosan, warga penolak tambang lainnya. Menurut keterangan tim advokasi, Tosan didatangi segerombolan orang menggunakan kendaraan bermotor sekitar pukul 07.30.
"Mereka membawa pentungan kayu, pacul, celurit, dan batu. Tanpa banyak bicara mereka lalu menghajar Tosan di rumahnya, Tosan berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda namun segera bisa dikejar oleh gerombolan ini," tulis tim advokasi.
Tim advokasi menyampaikan, Tosan lalu ditabrak dengan motor di lapangan tak jauh dari rumahnya. Tak berhenti di situ, gerombolan ini kembali mengeroyok Tosan dengan berbagai senjata yang mereka bawa sebelumnya.
"Tosan bahkan ditelentangkan di tengah lapangan dan dilindas motor berkali-kali. Gerombolan ini menghentikan aksinya dan pergi meninggalkan Tosan setelah satu orang warga bernama Ridwan datang dan melerai," tulis tim advokasi.
Salah satu anggota tim advokasi A'ak Abdullah melaporkan, saat ini, kampung tempat kejadian masih mencekam. "Warga dan keluarga korban masih dalam suasan duka dan rawan terpancing untuk membalas dendam," ujar Aak dihubungi melalui saluran telepon, Senin (28/9).
SUMBER
Quote:
Aktivis Petani Tewas Dikeroyok Saat akan Unjuk Rasa
LUMAJANG - Seorang petani, yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang, Salim, alias Kancil ditemukan tewas, dengan luka mengenaskan di sekujur tubuh. Warga Desa Selo Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang ini, tewas dalam kondisi tangan terikat.
Selain Salim, Koordinator Forum Petani Anti Tambang, Tosan (48) juga menjadi korban aksi kekerasan, dan kebrutalan kelompok yang menentang perjuangan para petani tersebut. Korban, dikeroyok belasan orang di depan rumahnya sendiri, hingga mengalami luka parah.
Ayah tiga anak tersebut, saat ini harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hartoyo, Kabupaten Lumajang.
“Kondisinya sudah sadarkan diri. Tetapi, sama dokternya belum boleh banyak bicara,” ujar istri korban, Ati Hariati (44).
Kejadian kekerasan ini, terkait erat dengan rencana Forum Petani Anti Tambang, yang akan menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir di desa tersebut, pada hari Sabtu (26/9/2015) pukul 09.00 WIB. Penambangan pasir ini, dinilai oleh para petani merusak lingkungan, dan lahan persawahan.
Polisi yang menerima laporan terjadinya kekerasan ini, langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). “Saat tiba di TKP pengeroyokan korban Tosan. Tiba-tiba kami juga menerima laporan, adanya korban tewas dengan kondisi tangan terikat. Korban tersebut diketahui bernama Salim alias Kancil,” ujar Kapolres Lumajang, AKBP Faddly Munzir Ismail.
Salim yang ditemukan tewas di lahan pemakaman desa, dengan banyak luka bacokan. Diketahui sebagai pemilik lahan persawahan di dekat pertambangan pasir.
Selama ini, dia juga dikenal sebagai aktivis petani yang menentang penambangan pasir pantai, karena merusak lahan persawahan.
Faddly menyebutkan, berdasarkan keterangan sementara, sebelum ditemukan meninggal dunia, korban Salim dibawa keluar rumah oleh belasan orang dengan kondisi tangan terikat. Setelah itu, dilaporkan sudah dalam kondisi tidak bernyawa di lahan pemakaman.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan, dan pengejaran terhadap para pelaku pengeroyokan serta pembunuhan ini.
Termasuk, menyelidiki adanya kemungkinan aktor intelektual di belakang aksi kekerasan ini. Para pelaku ini, diancam dengan Pasal 170, dan 338 KUHP, tentang pengeroyokan, dan pembunuhan.
Sebelum kejadian ini, Faddly mengaku, Forum Petani Anti Tambang sudah mengajukan permohonan untuk menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir. Rencananya, ada 200 petani yang akan menggelar aksi demonstrasi.
“Kami sendiri, sedang menyiapkan pasukan, untuk mengamankan jalannya demonstrasi. Tiba-tiba mendapatkan laporan tentang aksi kekerasan tersebut,” tandasnya.
SUMBER
LUMAJANG - Seorang petani, yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang, Salim, alias Kancil ditemukan tewas, dengan luka mengenaskan di sekujur tubuh. Warga Desa Selo Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang ini, tewas dalam kondisi tangan terikat.
Selain Salim, Koordinator Forum Petani Anti Tambang, Tosan (48) juga menjadi korban aksi kekerasan, dan kebrutalan kelompok yang menentang perjuangan para petani tersebut. Korban, dikeroyok belasan orang di depan rumahnya sendiri, hingga mengalami luka parah.
Ayah tiga anak tersebut, saat ini harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hartoyo, Kabupaten Lumajang.
“Kondisinya sudah sadarkan diri. Tetapi, sama dokternya belum boleh banyak bicara,” ujar istri korban, Ati Hariati (44).
Kejadian kekerasan ini, terkait erat dengan rencana Forum Petani Anti Tambang, yang akan menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir di desa tersebut, pada hari Sabtu (26/9/2015) pukul 09.00 WIB. Penambangan pasir ini, dinilai oleh para petani merusak lingkungan, dan lahan persawahan.
Polisi yang menerima laporan terjadinya kekerasan ini, langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). “Saat tiba di TKP pengeroyokan korban Tosan. Tiba-tiba kami juga menerima laporan, adanya korban tewas dengan kondisi tangan terikat. Korban tersebut diketahui bernama Salim alias Kancil,” ujar Kapolres Lumajang, AKBP Faddly Munzir Ismail.
Salim yang ditemukan tewas di lahan pemakaman desa, dengan banyak luka bacokan. Diketahui sebagai pemilik lahan persawahan di dekat pertambangan pasir.
Selama ini, dia juga dikenal sebagai aktivis petani yang menentang penambangan pasir pantai, karena merusak lahan persawahan.
Faddly menyebutkan, berdasarkan keterangan sementara, sebelum ditemukan meninggal dunia, korban Salim dibawa keluar rumah oleh belasan orang dengan kondisi tangan terikat. Setelah itu, dilaporkan sudah dalam kondisi tidak bernyawa di lahan pemakaman.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan, dan pengejaran terhadap para pelaku pengeroyokan serta pembunuhan ini.
Termasuk, menyelidiki adanya kemungkinan aktor intelektual di belakang aksi kekerasan ini. Para pelaku ini, diancam dengan Pasal 170, dan 338 KUHP, tentang pengeroyokan, dan pembunuhan.
Sebelum kejadian ini, Faddly mengaku, Forum Petani Anti Tambang sudah mengajukan permohonan untuk menggelar aksi demonstrasi menentang penambangan pasir. Rencananya, ada 200 petani yang akan menggelar aksi demonstrasi.
“Kami sendiri, sedang menyiapkan pasukan, untuk mengamankan jalannya demonstrasi. Tiba-tiba mendapatkan laporan tentang aksi kekerasan tersebut,” tandasnya.
SUMBER
Quote:
Saat Salim Kancil dibantai, warga & perangkat desa ketakutan
Merdeka.com - Tolak penambangan pasir liar di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dua warga, Salim Kancil dan Tosan dikeroyok 40 orang pro penambangan. Salim tewas dan Tosan mengalami luka-luka berat.
Dari investigasi yang dilakukan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Surabaya, peristiwa ini terjadi pada Sabtu kemarin (26/9). Saat itu, Salim dan Tosan yang juga aktivis Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa menolak adanya penambangan pasir liar di desanya. Akibatnya, keduanya dikeroyok 40 orang pro penambangan.
Tim Investigasi KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir mengatakan, kali pertama, kejadian ini menimpa Tosan. Dia digeruduk kelompok orang di rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB.
"Tosan dijemput paksa di rumahnya. Tanpa banyak bicara, puluhan orang yang membawa pentungan kayu, celurit dan batu itu mengeroyok Tosan," terang Fatkhul di Surabaya, Senin (28/9).
Dikeroyok puluhan orang itu, Tosan berusaha menyelamatkan diri dan lari dengan motornya. Sayang, motor Tosan langsung ditabrak. "Kemudian Tosan diseret ke lapangan dan dihajar membabi-buta. Tubuhnya juga dilindas beberapa kali dengan motor para pelaku. Akibatnya, Tosan mengalami luka berat," lanjutnya.
Karena menderita luka-luka berat, Tosan langsung dilarikan ke Puskesmas Pasiran untuk kemudian dirujuk ke RSUD Lumajang dan RS Bhayangkara Lumajang.
Selesai membantai Tosan, gerombolan ini mencari Salim Kancil di rumahnya. Seperti yang dilakukan pada Tosan, kelompok preman ini mengikat Salim dan menyeretnya menuju Balai Desa Selok Awar-Awar, yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah Salim.
Selain diseret, Salim juga dihajar dengan pukulan dan senjata selama perjalanan. "Sepanjang perjalanan menuju balai desa, gerombolan ini terus menghajar Salim dengan senjata yang mereka bawa. Ironisnya, penganiayaan ini juga disaksikan warga sekitar, yang ketakutan dengan aksi brutal ini."
"Di balai desa, tanpa peduli ada anak-anak yang tengah mengikuti pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), gerombolan ini terus melakukan adegan brutal kepada Salim. Di dalam balai desa, Salim disetrum dengan alat listrik yang sudah disiapkan kelompok tersebut," ungkap Fatkhul.
Meski berada di dalam ruangan balai desa, tak satupun perangkat desa yang keluar menghentikan aksi 'gila' tersebut. Salim Kancil-pun tewas dalam aksi tak berperikemanusiaan itu. Salim tewas dalam kondisi telungkup di antara batu dan kayu berserakan di dalam ruangan balai desa.
Sekadar informasi, penolakan warga atas penambangan pasir liar di Lumajang ini sudah berlangsung lama. Penambangan pasir liar juga terjadi di beberapa daerah di Lumajang, seperti di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun. Aktivitas ini dilakukan oleh PT ANTAM.
Kemudian di Desa Pandanarum dan Pandanwangi, Kecamatan Tempeh. Semu aktivitas penambangan ini, memicu konflik hingga saat ini. Sementara pemerintah dan aparat setempat membiarkan konflik penambangan pasir besi di Lumajang selatan ini, hingga terjadi penganiayaan terhadap dua aktivis kontra-penambangan, yaitu Tosan dan Salim Kancil.
"Tambang-tambang pasir ini sudah diketahui ilegal dan merusak lahan pertanian di pesisir pantai. Tapi oleh pemerintah dan aparat setempat dibiarkan. Tak ada tindakan tegas," pungkasnya.SUMBER
Merdeka.com - Tolak penambangan pasir liar di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasiran, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dua warga, Salim Kancil dan Tosan dikeroyok 40 orang pro penambangan. Salim tewas dan Tosan mengalami luka-luka berat.
Dari investigasi yang dilakukan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Surabaya, peristiwa ini terjadi pada Sabtu kemarin (26/9). Saat itu, Salim dan Tosan yang juga aktivis Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa menolak adanya penambangan pasir liar di desanya. Akibatnya, keduanya dikeroyok 40 orang pro penambangan.
Tim Investigasi KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir mengatakan, kali pertama, kejadian ini menimpa Tosan. Dia digeruduk kelompok orang di rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB.
"Tosan dijemput paksa di rumahnya. Tanpa banyak bicara, puluhan orang yang membawa pentungan kayu, celurit dan batu itu mengeroyok Tosan," terang Fatkhul di Surabaya, Senin (28/9).
Dikeroyok puluhan orang itu, Tosan berusaha menyelamatkan diri dan lari dengan motornya. Sayang, motor Tosan langsung ditabrak. "Kemudian Tosan diseret ke lapangan dan dihajar membabi-buta. Tubuhnya juga dilindas beberapa kali dengan motor para pelaku. Akibatnya, Tosan mengalami luka berat," lanjutnya.
Karena menderita luka-luka berat, Tosan langsung dilarikan ke Puskesmas Pasiran untuk kemudian dirujuk ke RSUD Lumajang dan RS Bhayangkara Lumajang.
Selesai membantai Tosan, gerombolan ini mencari Salim Kancil di rumahnya. Seperti yang dilakukan pada Tosan, kelompok preman ini mengikat Salim dan menyeretnya menuju Balai Desa Selok Awar-Awar, yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah Salim.
Selain diseret, Salim juga dihajar dengan pukulan dan senjata selama perjalanan. "Sepanjang perjalanan menuju balai desa, gerombolan ini terus menghajar Salim dengan senjata yang mereka bawa. Ironisnya, penganiayaan ini juga disaksikan warga sekitar, yang ketakutan dengan aksi brutal ini."
"Di balai desa, tanpa peduli ada anak-anak yang tengah mengikuti pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), gerombolan ini terus melakukan adegan brutal kepada Salim. Di dalam balai desa, Salim disetrum dengan alat listrik yang sudah disiapkan kelompok tersebut," ungkap Fatkhul.
Meski berada di dalam ruangan balai desa, tak satupun perangkat desa yang keluar menghentikan aksi 'gila' tersebut. Salim Kancil-pun tewas dalam aksi tak berperikemanusiaan itu. Salim tewas dalam kondisi telungkup di antara batu dan kayu berserakan di dalam ruangan balai desa.
Sekadar informasi, penolakan warga atas penambangan pasir liar di Lumajang ini sudah berlangsung lama. Penambangan pasir liar juga terjadi di beberapa daerah di Lumajang, seperti di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun. Aktivitas ini dilakukan oleh PT ANTAM.
Kemudian di Desa Pandanarum dan Pandanwangi, Kecamatan Tempeh. Semu aktivitas penambangan ini, memicu konflik hingga saat ini. Sementara pemerintah dan aparat setempat membiarkan konflik penambangan pasir besi di Lumajang selatan ini, hingga terjadi penganiayaan terhadap dua aktivis kontra-penambangan, yaitu Tosan dan Salim Kancil.
"Tambang-tambang pasir ini sudah diketahui ilegal dan merusak lahan pertanian di pesisir pantai. Tapi oleh pemerintah dan aparat setempat dibiarkan. Tak ada tindakan tegas," pungkasnya.SUMBER
Quote:
Spoiler for Gambar:
gambar dapat dari google
Quote:
Semoga Salim Kancil diterima disisiNya
Diubah oleh pocongsosweet 28-09-2015 14:33
0
2.7K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.3KThread•41.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru