TRIBUNKALTIM.CO - Petugas polisi Turki yang menemukan mayat Aylan Kurdi,
balita berusia 3 tahun mengatakan dalam wawancara pertamanya bahwa ia berdoa anak itu masih hidup
ketika ia melihat dia berbaring di pantai pada waktu fajar.

Foto Sgt Mehmet Ciplak menggendong tubuh balita Suriah itu
telah tersebar di seluruh dunia.
Sehingga membuat marah dan mencabik-cabik perasaan warga dunia terkait
nasib pengungsi Suriah yang hendak mencapai daratan Eropa.

Namun persitiwa tragis dialami keluarga Aylan
karena kapal yang mereka tumpangi tenggelam bersama dengan ibunya dan
kakaknya galip berusia lima tahun. Kapal mereka terbalik
di lepas pantai dekat kota resor Bodrum.

Seperti ribuan pengungsi dan migran lainnya,
mereka telah mencoba untuk mencapai pulau Yunani Kos,
dengan jarak empat mil jauhnya.

"Saya berdoa kepada Tuhan ketika menemukannya dalam kondisi hidup,
Saya hanya memikirkan anak saya sendiri ketika aku melihatnya,
"kata Mehmet Ciplak,dalam wawancara pertamanya sejak menemukan Aylan Rabu lalu.

"Saya berharap dapat melihat ada tanda-tanda kehidupan.
Namun, saya tidak bisa menemukan tanda-tanda kehidupan pada diri Aylan.
Aku merasa menderita dan orang-orang terus bertanya padaku bagaimana dirinya mampu memikul beban berat ini (mengendong mayat Aylan), " kata Sersan Mehmet Ciplak kepada Dogan News Agency dilansir The Telegraph.

"Saya adalah ayah yang memiliki anak laki-laki berusia enam tahun.
Saya hanya memikirkan Aylan seperti anak saya sendiri saat aku melihat tubuh kecil itu.
Ini adalah kecewa yang tak terlukiskan, " kata pria yang bertugas sebagai Polisi investigasi ini selama 18 tahun itu.

Foto Aylan Dorong Lonjakan Dana Sumbangan untuk Pengungsi

Den Haag – Badan-badan amal yang bertugas untuk membantu pengungsi mengatakan ada lonjakan sumbangan di seluruh Eropa, pada Jumat (4/9). Hal ini dikarenakan banyak orang yang dikejutkan dengan gambar menyayat hati dari seorang anak laki-laki Suriah yang tenggelam dan terdampar di pantai Turki.

Foto ini menggerakkan hati Komite Olimpiade Internasional (IOC) sehingga meluncurkan dana darurat sebanyak dua juta euro atau setara US$ 2,2 juta. Uang tersebut membanjiri pundi-pundi organisasi yang bekerja untuk membantu para pengungsi yang melarikan diri dari Irak dan Suriah. Ada juga kelompok-kelompok yang membatalkan acara di akhir pekan demi mendonasikan bantuan berupa uang tunai.

"Kami semua tersentuh oleh kabar buruk dan cerita-cerita memilukan dalam beberapa hari terakhir," kata Presiden IOC Thomas Bach saat meluncurkan dana darurat bantuan pengungsi. Bach menambahkan, dugaan pihaknya adalah banyak pengungsi yang mempertaruhkan hidup mereka dan kehidupan keluarga mereka untuk menghindari bahaya.

"Ada reaksi besar dari masyarakat, gelombang ketidakpedulian telah bergeser," ujar Christian Peregrin, juru bicara untuk Stasiun Bantuan Lepas Pantai Migran yang berbasis di Malta, kepada AFP. Kelompok ini, bekerja untuk membantu para migran yang berusaha menyeberangi Mediterania dan Libia, mencatat telah menerima sumbangan 600.000 euro, sejak foto Aylan tersebar luas.
"Sebelumnya, dapat 10.000 euro sehari saja sudah menjadi hari yang baik," katanya.

Sedangkan di Belanda, yang sejauh ini masih acuh tak acuh terhadap krisis migran, nasib tragis bocah cilik Aylan telah menjadi katalis besar untuk memobilisasi sumbangan, demikian disampaikan seorang pekerja di Dewan Pengungsi Belanda, kepada AFP.

Sejak gambar bocah Aylan muncul, ada perubahan sikap secara keseluruhan. "Padahal, sebelumya ada sedikit ketakutan tentang kedatangan para pengungsi. Kini orang-orang menyadari bahwa kita harus melakukan sesuatu yang lebih besar," ungkap seorang pekerja yang enggan disebutkan namanya.

Foto-foto dari tubuh tak bernyawa Aylan Kurdi (3) yang tergeletak di Pantai Bodrum, Turki, telah memicu gelombang emosi di seluruh benua. Kendati ada perpecahan antara pemerintah negara-negara Eropa tentang bagaimana menghadapi krisis.

Menurut juru bicara Organisasi Pencari Suaka Pusat (COA) Pemerintah Belanda Jan-Willem Anholts, kepada AFP, operator teleponnya dibanjiri telepon tanpa henti, pada Kamis (3/9), sehingga mereka harus menambah enam pekerja tambahan.

Badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNHCR, juga melaporkan, sejak Kamis, telah menerima dana sebesar US$ 100.000. "Dana ini masuk tanpa diminta pada halaman donasi global kami. Kami yakin sebagian besar donasi yang masuk karena tersebarnya foto balita Suriah," ujar juru bicara Melissa Fleming.

Dia menambahkan, meski dalam beberapa pekan terakhir terjadi lonjakan sumbangan, namun UNCHR dan mitra-mitranya masih tetap kekuarangan dana karena mereka harus bergulat dengan krisis yang terus berkembang.

Sumber : Aylan Kurdi