• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • 'Kayau' Sang Manusia Pemburu Kepala Urban Legend dari Negeri Borneo

gwennadisciAvatar border
TS
gwennadisci
'Kayau' Sang Manusia Pemburu Kepala Urban Legend dari Negeri Borneo
Spoiler for Awas Jangan dibuka! Syerem Gan!:


Ini dia salah satu Urban Legend yang sangat terkenal dari Pulau Kalimantan. Tentang sosok orang suku asli Dayak Pedalaman yang doyan berburu kepala manusia, orang asing ataupun anak kecil untuk dipotong dan dipajang. Sehingga acap kali warga-warga dari luar Pulau Kalimantan takut atau ogah untuk datang atau berkunjung ke Kalimantan.

Kayau sendiri di Kalimantan pada masanya adalah kata-kata yang sangat angker dan menjadikannya momok menakutkan bagi masyarakat yang belum mengenalnya.

Menurut pandangan orang Dayak pada zaman dulu, kepala itu memiliki kekuatan supranatural yang sangat tinggi dan juga sebagai simbol tingginya strata/status sosial seseorang di dalam masyarakat apabila semakin banyak mendapatkan kepala, bahkan dalam tradisi adat Dayak Kenyah apabila seseorang tersebut memiliki banyak kepala hasil mengayau, maka akan berhak memiliki Taring Macan Kumbang di telinga, dan di sebagian daerah kalimantan, kehormatan tersebut bisa diberikan dengan cara membuatkan motif tato khusus ( tergantung daerah ). Biasanya semakin banyak hasil kayau itu bisa dilihat dari Mandaunya (terutama Dayak yang di Kalteng), yaitu ketika semakin banyaknya Rambut di Hulu Mandau dan juga semakin banyak tato yang ia punya seperti tato melingkar ( biasanya para Pangkalima yang memili tato ini ).

Spoiler for :


Sebenarnya kayau itu sendiri tidak seperti apa yang masyarakat selama ini tafsirkan, adapun para penulis-penulis menyatakan bahwa kayau itu
adalah “pemburu kepala”, sebenarnya tidak tepat bila dikatakan demikian, karena kayau itu sendiri hakekatnya adalah bukan “memburu” namun
lebih tepat dikatakan “hukum sebab akibat” di tatanan masyarakat Dayak, karena ketika dia berbuat maka dia yang menanggung dari akibat perbuatan tersebut.

Spoiler for :


Kayau menurut tradisi Dayak adalah dimana seorang (kesatria) itu memang harus memotong kepala demi satu tujuan, yang dimana tujuan tersebut mempunyai tujuan yang jelas dan dalam tujuan tersebut tidak bisa
asal-asalan, karena masyarakat adat dayak juga mempunyai adat ataupun aturan yang melarang tentang pembunuhan, ini yang dikenal dengan
sebutan, putang (Dayak Katingan), hasaki’/manyaki’ (Dayak Katingan)

Spoiler for Mandau senjata khas Suku Dayak Kalimantan:

Adapun jenis kayau menurut versi Kapuas (Dayak Ot Danum) dan
katingan (Dayak Katingan, keluarga atau sub suku Dayak Ngaju) adalah sebagai berikut :

1. Kayau Tabuh
adalah dimana ketika ada suatu peperangan memang mengharuskan mereka untuk memotong kepala dan atau karena keterpaksaan sehingga memang dilakukan seperti itu.

2. Kayau Asang
adalah keinginan seseorang untuk mencari kekuasaan dan kekuatan atau hanya ingin mencari status sosial yang lebih tinggi di dalam tatanan sosial masyarakat.

3. Kayau Adat
tujuan pertama adalah untuk suatu upacara tiwah maka harus ada kepala manusia untuk sebagai syarat pelengkap tiwah, yang dimana
fungsinya itu sendiri adalah untuk menjadikan yang kena kayau tersebut sebagai budak di alam nirvana.

Spoiler for acara adat tiwah:


kemudian yang kedua adalah “kayau adat” karena menghina PENYANG seseorang yang didalam masyarakat adat tersebut (terutama masyarakat
adat Dayak Kalteng), karena memang ini disebut dengan PALI’ dan bisa mendatangkan kutuk langsung dari Ranying Hatalla Langit bagi si
penghina tersebut, begitu juga dengan kampung halaman yang selama dia huni tersebut, dan karena penghinaannya tersebut maka dia biasanya akan dihukum adat oleh tetua adat dengan memenggal kepala.

4. Kayau Habales/Hapalas
maksudnya disini adalah dimana Hakayau tersebut mempunyai
tujuan untuk balas dendam akibat kekalahan yang terjadi selama peperangan yang pernah terjadi dan atau pembalasan dendam akibat suku yang lain pernah Mengayau masyarakat suku tersebut.

Spoiler for Jangan dibuka!:


Namun setelah kolonial Belanda masuk, dengan berbagai cara pula mereka melakukan agar Hakayau tersebut tidak terjadi, karena itulah salah satu momok menakutkan bagi Kolonial Belanda pada saat itu dan juga menjadi penghalang bagi Belanda untuk menguasai tanah Kalimantan.
Sehingga merekapun melakukan pendekatan terhadap para sesepuh Dayak, Tetua Adat, Damang, Pisur, untuk menyepakati agar hal itu tidak terjadi, dan melalui politik etis kolonial Belanda ( VOC ) yang akhirnya melahirkan kesepakatan tumbang anoi. Pemerintah Belanda juga mendekati etnis Dayak dengan cara yang halus dan tidak berperang tapi mereka mengunakan “Misionaris“. Maka tidak heran diberi nama Borneo ( Lahir Baru ).

Namun setelah kesepakatan tersebut (Perjanjian Tumbang Anoi) dilaksanakan agar Hakayau tersebut tidak lagi dilaksanakan bukannya Dayak tidak bisa mengayau lagi tapi justru tambah menguatkan posisi Dayak dan semakin membuat pertahanan Dayak pada zaman itu semakin kuat, dan dengan seiring waktu Kolonial Belanda pun sudah semakin tersingkir, mereka pun akhirnya benar-benar dan pelan-pelan meninggalkan pulau kalimantan karena tekanan yang berubi-tubi oleh penduduk pribumi.

Perjanjian Tumbang Anoi ini merupakan sebuah perjanjian yang sangat penting yang ada di Pulau Kalimantan ini, Karena Perjanjian Inilah Persatuan Suku Dayak semakin dalam dengan filsafat Rumah Betang, berikut isi perjanjian tumbang anoi itu.

Spoiler for Para Demang(Kepala Suku) :


Pertemuan Kuala Kapuas, 14 Juni 1893
membahas:
1. Memilih siapa yang berani dan sanggup menjadi ketua dan sekaligus sebagai tuan rumah untuk menghentikan 3 H ( Hakayau = Saling mengayau, Hopunu’ = saling membunuh, dan Hatetek=Saling memotong kepala musuhnya ).
2. Merencanakan di mana tempat perdamaian itu.
3. Kapan pelaksanaan perdamaian itu.
4. Berapa lama sidang damai itu bisa dilaksanakan.
5. Residen Banjar menawarkan siapa yang bersedia menjadi tuan rumah dan menanggung biaya pertemuan. Damang Batu’ menyanggupi. Karena semua yang hadir juga tahu bahwa Damang Batu’ memiliki wawasan yang luas tentang adat-istiadat yang ada di Kalimantan pada waktu itu, maka akhirnya semua yang hadir setuju dan ini disyahkan oleh Residen Banjar.

Spoiler for Rumah Betang Tumbang Anoi masa lalu:


Kesepakatan:
1. Pertemuan damai akan dilaksanakan di Lewu’ (kampung) Tumbang Anoi, yaitu di Betang tempat tinggalnya Damang Batu’.
2. Diberikan waktu 6 bulan bagi Damang Batu’ untuk mempersiapkan acara.
3. Pertemuan itu akan berlangsung selama tiga bulan lamanya
4. Undangan disampaikan melalui tokoh/kepala suku masing-masing daerah secara lisan sejak bubarnya rapat di Tumbang Kapuas.
5. Utusan yang akan menghadiri pertemuan damai itu haruslah tokoh atau kepala suku yang betul-betul menguasai adat-istiadat di daerahnya
masing-masing.
6. Pertemuan Damai itu akan di mulai tepat pada tanggal 1 Januari 1894 dan akan berakhir pada tanggal 30 Maret 1894.

Spoiler for Desa Tumbang Anoi di masa lalu:


Pertemuan Damai dari 1 Januari 1894 hingga 30 Maret 1894, di Rumah Betang Damang Batu di Tumbang Anoi. Dalam pertemuan Damai itu,
menghasilkan beberapa keputusan:
1. Menghentikan permusuhan antar sub-suku Dayak yang lazim di sebut 3H (Hakayou =saling mengayau, Hapunu’ = saling membunuh, dan
Hatetek = saling memotong kepala) di Borneo pada waktu itu.
2. Menghentikan sistem Jipen’ (hamba atau budak belian) dan membebaskan para Jipen dari segala keterikatannya dari Tempu (majikannya) sebagai
layaknya kehidupan anggota masyarakat lainnya yang bebas.
3. Menggantikan wujud Jipen yang dari manusia dengan barang yang bisa di nilai seperti balanga’ (tempayan mahal atau tajau), halamaung, lalang, tanah / kebun atau lainnya.
4. Menyeragamkan dan memberlakukan Hukum Adat yang bersifat umum, seperti : bagi yang
membunuh orang lain maka ia harus membayar Sahiring (sanksi adat) sesuai ketentuan yang berlaku. pada yang digunakan lawannya.
5. Memutuskan agar setiap orang yang membunuh suku lain, ia harus membayar Sahiring sesuai dengan putusan sidang adat yang diketuai
oleh Damang Batu. Semuanya itu harus di bayar langsung pada waktu itu juga, oleh pihak yang bersalah.
6. Menata dan memberlakukan adat istiadat secara khusus di masing-masing daerah, sesuai dengan kebiasaan dan tatanan kehidupan yang dianggap baik.

Spoiler for Tiruan Rumah Betang Tumbang Anoi masa kini:


Dengan demikian tidak ada lagi yang namanya kayau di jaman sekarang. Memang itu merupakan sebuah cerita nyata tapi itu semua hanya terjadi di zaman dulu. Di zaman serba modern di masa kini, 'Kayau' menjadi sebuah legenda atau cerita sebelum tidur yg sering dipergunakan oleh orang tua untuk menakut-nakuti anaknya yg masih kecil agar tidak nakal atau pun berkeliaran di luar rumah di malam hari.

Oleh karena itu untuk teman-teman dari luar Pulau Kalimantan, janganlah takut untuk berkunjung ataupun tinggal di Kalimantan. Karena kami orang Dayak Kalimantan adalah orang-orang yang cinta damai dan ramah kepada siapa saja. Apalagi gadis dayak kalimantan cantik-cantik lo gan. Ga kalah sama artis-artis Korea emoticon-Ngakak

Spoiler for Jangan dibuka 18+:


Moga bermanfaat n menambah khasanah pengetahuan agan-agan sekalian tentang Pulau Kalimantan ya. Makasih

Spoiler for Sumber:
Diubah oleh gwennadisci 20-08-2013 03:24
0
27.6K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.