Gua-gua adalah salah satu desa yang berada di wilayah Raas, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Peta letak Pulau Guwa Guwa
Guwa Guwa adalah sebuah pulau kecil di antara gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura, atau di sebelah timur Pulau Raas. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Raas, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Pulau GUwa penduduknya, sebagian banyak merantau bekerja di Kalimantan, Jakarta, Bali, dan juga sebagai TKI di Luar Negeri seperti malaysia dan sebagainya.

Di Pulau Guwa ada leluhur nenek moyang yang bernama H. IBRAHIM, nama aslinya ILYAS. Dia beraktivitas sebagai NA'ib, juga sebagai pemuka agama di Guwa-Guwa pada jamannya. Saudara H. Ibrahim di Guwa-Guwa banyak lebih dari 4 orang, sehinga dengan demikian keturunan-keturunannya hingga sekarang dari garis H. Ibrahim yang dipanggilnya Gung Pangola, banyak menjadi penduduk Guwa -Guwa hingga sekarang.

Disebelah utara P. Guwa sekitar jarak 1 km lebih terdapat pulau kecil namanaya Pulau Kamoddi, tidak berpenduduk. Di Pulau Kamoddi terdapat mercusuar yang dibawah kelola Dep. Perhubungan. Dan dengan demikian di P. Kamoddi itu hanya dihuni oleh petugas penjaga mercusuar yang berstatus PNS, namun juga ada para nelayan yang selalu berkunjung ke pulau kamoddi dan para pencari kayu bakar, yang dijual ke penduduk di Guwa-Guwa.

SESUAI rute perjalanan, dari Pulau Tonduk tim jelajah melanjutkan berlayar menuju Pulau Kamudi. Dengan perahu carter, tim jelajah berlayar ke Pulau Kamudi. Perahu bergerak ke arah timur untuk rute perjalanan ke Pulau Kamudi. Pulau Kamudi sama sekali tidak kelihatan dari atas perahu yang tim jelajah tumpangi. Perahu seolah berlayar tanpa titik yang jelas ke arah timur. Baru ketika jarum jam menunjuk pukul 14.00 mulai ada titik kecil di kejauhan sana.

”Ya, itu Pulau Kamudi,” kata Sahari sambil memegangi pancer (semacam setir) perahu. Perahu terus berjalan ke arah timur membuat Pulau Kamudi semakin jelas terlihat. Laut mendekati Pulau Kamudi ternyata cukup dangkal. Perahu sengaja dipelankan agar tidak menabrak karang atau tumpukan pasir. Tapi tetap saja perahu ini dua kali terhenti karena tanpa sengaja terdampar di timbunan pasir. Bahkan, mesin perahu sempat mati karena banyak rumput laut liar tersangkut di baling-baling.

Sahari sigap menyeburkan diri ke laut untuk membersihkan. Kedalaman laut hanya sampai pinggang nelayan asli Tonduk itu. Perlahan, perahu terus bergerak ke arah timur mendekati Pulau Kamudi. Pukul 15.00 akhirnya perahu berhenti. Perahu tidak bisa menepi di pinggir pantai Kamudi karena air laut yang dangkal. Tim jelajah turun dari perahu besar menggunakan perahu kecil untuk sampai ke Pulau Kamudi.

Sahari menamai perahu kecilnya itu buntek. Di Pulau Kamudi hanya ada satu rumah warga. Rumah itu milik sepasang suami istri Matrawi, 60, dan Sulasiya, 55. Matrawi mengatakan, dia dan istrinya sudah 40 tahun menjadi penghuni Pulau Kamudi dan belum dikarunia keturunan. Matrawi memiliki sebuah perahu. Selain dipakai untuk menangkap ikan di laut, perahu Matrawi menjadi satu-satunya alat transportasi pengangkut kebutuhan pokok.

Matrawi memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya dengan belanja ke Pulau Goa-Goa yang berada di sebelah selatan Kamudi. Selain rumah Matrawi, tower atau bangunan mercusuar berdiri menjulang di Pulau Kamudi. Di sekitar mercusuar terdapat bangunan lain seperti tempat tidur, kamar mandi, ruang mesin, dan beberapa bangunan lainnya. Menurutnya, mercusuar di Pulau Kamudi biasanya dijaga oleh tiga orang petugas. Sayang, saat itu penjaga mercusuar tidak di tempat.

Informasinya, sedang terjadi pertukaran tempat jaga antarpetugas. Pulau Kamudi dikelilingi pasir putih. Tidak dijumpai pohon besar di pulau ini. Pulau nampak hijau karena banyak ditumbuhi pohon lamtoro dan pohon dun jeren (pohon palembang). Pulau Kamudi ditumbuhi rumput hingga setinggi lutut orang dewasa.

Tak terasa, hampir satu jam tim jelajah menyusuri Pulau Kamudi sembari berbincang dengan Matrawi. Tim jelajah lantas pamit untuk melanjutkan pelayaran menuju Pulau Komirian. Selama perjalanan menyusuri Pulau Kamudi, banyak dijumpai belalang terbang berseliweran. Menurutnya, tidak jarang nelayan dari luar Pulau Kamudi singgah untuk berburu belalang. (radar)