Santun Di Jalanan
Masyarakat Jepang juga dikenal sebagai bangsa yang santun. Saat berada di jalanan, orang-orang yang menyebrang dapat menyebrang dengan tenang dan aman lantaran tak ada gangguan dari lalu lalang kendaraan bermotor yang tetap berjalan walaupun traffic light telah memperlihatkan tanda berhenti.
Bahkan, mobil tak akan berjalan mendahului sepeda motor, sedangkan sepeda motor tak akan berjalan mendahului sepeda dan para pengendara sepeda tak akan mendahului pejalan kaki.
Selain itu, membunyikan klakson di jalanan Jepang berarti menunjukkan adanya bahaya atau pada kondisi-kondisi genting saja. Dan di luar kondisi tersebut maka para pengguna kendaraan bermotor dilarang membunyikan klakson.
Tak hanya itu, suasana jalanan di Jepang pun tak seberisik di negeri kita.
Menerapkan Budaya Mengantri
Jepang dikenal sebagai negara yang begitu menerapkan budaya mengantri untuk seluruh urusan yang mereka butuhkan. Bahkan, mereka melakukannya dengan penuh kedisiplinan.
Uniknya, budaya mengantri ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap kotanya. Di Osaka misalnya, orang-orang yang benar-benar terburu-buru dipersilahkan untuk menggunakan eskalator di sisi kiri, sedangkan orang yang tak terburu-buru diharuskan untuk menggunakan eskalator di sisi kanan. Lain halnya dengan di Tokyo dan beberapa kota lainnya yang mengharuskan pengguna jalan berjalan di sebelah kiri apabila tengah tak terburu-buru. Sedangkan orang yang tengah terburu-buru diharuskan berjalan di sisi kanan.
Uniknya, orang Jepang pasti akan merasa menyesal jika ia menghalangi jalan orang lain.
Aneh banget khan kalo di Indonesia orang-orangnya bisa kayak 2 contoh di atas??...
Agan bisa seperti mereka?,,,
Tanya kenapa?...
Tapi ada satu kaskuser aneh yg sampe nge-bata ane,,, kayaknya dia gagal paham dgn beberapa kalimat dlm thread ini,,, entah dia lg error atau blum dpt hidayah dr Yang Maha Kuasa,,,
Ah,,, sudahlah...
Btw,,, dr semua kebiasan orang jepang yang ane sebutkan di bawah,,, banyak Kaskuser yg suka dengan yg satu ini=
29. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan.
Entahlah…
maaf,,, ternyata ada yg gak setuju:
Quote:
Original Posted By RoxbitERS►
koreksi buat yg bilang orang jepang atheist.
orang jepang percaya dewa2, mereka menganggap semua benda punya dewanya sendiri (bahkan kebanyakan percaya jumlah dewa yg ada di dunia lebih banyak dari jumlah manusia).
selain itu kebanyakan mereka dalam hidupnya menjalankan ibadah 3 agama dalam hidupnya: upacara adat kebanyakan dari ajaran shinto, menikah di gereja (walaupun ada yg di kuil), dan mati diupacarakan secara ajaran budha...
CMIIW,,, Thanks untuk koreksinya gan...
Berencana menghabiskan liburan ke Jepang? Tunggu dulu. Sebelum pergi ke negeri sakura tersebut, sebaiknya kamu harus tahu beberapa tradisi atau kebiasaan di sana yang mungkin terbilang aneh buat orang kita, tapi jamak dilakukan di sana.
Kalau cuma membungkuk saat mengucapkan salam, atau membuka sepatu saat masuk ke dalam rumah mungkin sudah sering kamu ketahui. Bagaimana dengan kebiasaan mendorong orang di kereta atau tidur di penginapan yang tak lebih besar dari bak mobil pick up?
Saat memasuki rumah, kuil, restoran atau gedung apapun, orang-orang harus melepas sepatu. Imbasnya, Kamu akan menemukan banyak sekali sandal.
Angka 4 sangat dihindari. Kenapa? Kata dalam bahasa Jepang untuk 4 sama artinya dengan 'kematian'. Aktifitas menghindarinya dikenal dengan sebutan "tetraphobia," sama seperti angka 13 di sebagian kawasan Asia.
- Di Jepang, angka 4 dan 9 tidak disukai, sehingga sering tidak ada nomer kamar 4 dan 9.
4 dibaca “shi” yang sama bunyinya dengan yang berarti “mati”,
sedang 9 dibaca “ku”, yang sama bunyinya dengan yang berarti “kurushii / sengsara.
- Orang Jepang menyukai angka “8?. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8?. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).
12. Kalau musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu).
13. Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak.
14. Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri.
Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).
15. Tanda tangan di Jepang hampir tidak pernah berlaku untuk keperluan formal, melainkan harus memakai hanko/inkan/ cap.
Jenis hanko di Jepang ada beberapa, a.l. jitsu-in, ginko-in, dan mitome-in. Jadi satu orang kadang memiliki beberapa jenis inkan, untuk berbagai keperluan.
Jitsu-in adalah inkan yang dipakai untuk keperluan yang sangat penting, seperti beli rumah, beli mobil, untuk jadi guarantor, dsb. jenis ini diregisterkan ke shiyakusho. Ginko-in adalah jenis inkan yang dipakai untuk khusus membuat account di bank. inkan ini diregisterkan ke bank. Mitome-in dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan tidak diregisterkan.
16. Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang: ini bacanya bagaimana? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehingga bisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
17. Fotocopy di Jepang self-service, sedangkan di Indonesia di-service.
18. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.
19. Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”…. dengan jari tangannya?
Kalau anda perhatiin, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan. Kalo nggak percaya, coba deh… jikken dengan teman Jepang anda.
20. Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.
21. Kalo naik eskalator di Tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kanan kalo kita ga langsung naik.
22. Pacaran di Jepang sungguh hemat, traktir2an bukan budaya pacaran Jepang. Jadi selama belum jadi suami-istri, siapin duit buat bayar sendiri-sendiri.
23. Nganter jemput pacar juga bukan budaya orang Jepang. Kalo mau ketemuan, ya ketemuan di stasiun.
24. Jangan pernah sekali-kali bilang ke orang jepang : “Gue maen ke rumah lu ya”. Karena itu dianggap ga sopan. Ke rumahnya cuma kalo udah diijinin.
25. “Aishiteru” yang berarti aku cinta kamu, jarang dipake sama orang pacaran, kecuali kalo mereka bener-bener udah mau nikah. Biasanya mereka make “Daisuke desu” buat ngungkapin kalo mereka sayang sama pacarnya.
26. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu ngecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalo ada orang bawa payung, pasti kita bakal liat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.
27. Bunga sakura adalah yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, ga ada satupun sakura, yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa , dan jadi ga menarik lagi.
19. Di Indonesia, kita bakal dapet duit kalo kita ngejual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalo mau naro barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih milih ninggalin TV bekas mereka gitu aja kalo mo pindah apartemen.
28. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, ga ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merah, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai aja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah hijau. Padahal ga ada mobil yang lewat satupun. Mungkin kalo mereka ngelanggar peraturan juga ga akan celaka.
29. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan.
Entahlah…
Tambahan yang mungkin anda tidak ketahui :
Kawasan hutan lindung Aokigahara di Jepang selama ini terkenal dengan dua hal. Pertama, hutan di sebelah barat Ibukota Tokyo ini menyajikan pemandangan Gunung Fuji yang indah dengan udara yang menyegarkan. Namun, hal berikut yang membuat hutan ini menyajikan suasana angker adalah di situlah tempat favorit untuk bunuh diri. Konon, tak sedikit mayat orang-orang yang bunuh diri di sana tak lagi ditemukan.