Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

provokator.7Avatar border
TS
provokator.7
Pengusaha Bisa Bangkrut Jika Rupiah Tembus 15.000
Pengusaha Bisa Bangkrut Jika Rupiah Tembus 15.000



Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kian memusingkan pengusaha. Pengusaha khawatir jika gejolak tak juga reda, bisnis mereka berpotensi rugi bahkan gulung tikar.

Seperti kita tahu, perdagangan rupiah di pasar valas yang dicatat oleh Kurs Tengah Bank Indonesia sebesar Rp 13.998 per dolar AS. Sementara di pasar spot, Senin (24/8) pukul 19.05 WIB mencatat rupiah menembus Rp 14.050 per dolar AS.

"Kalau dolar terus anjlok di Rp 14.500, kami sudah sulit sekali bertahan. Kalau sudah Rp 15.000 kami bisa kolaps," kata Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas) kepada KONTAN, Senin (24/8).

Efek tekanan rupiah ini sangat berat bagi industri kimia, lantaran. Pertama, di sisi permintaan pasar, saat ini terus menyusut lantaran daya beli masyarakat juga lemah. Seperti kita tahu, industri kimia khususnya plastik kemasan, berhubungan langsung dengan industri consumer goods seperti makanan dan minuman. Jika permintaan industri ini turun, maka permintaan kemasan plastik juga ikut turun.

Kedua, bahan baku berbasis impor, sehingga berpotensi mengerek ongkos produksi yang harus di keluarkan industri ini. Untung dari sisi suplai ini harga minyak mentah sebagai bahan baku industri kimia tengah mengalami penurunan, yakni di kisaran 40 dolar AS per barel.

Meski saat ini kondisi bisnis tengah sulit, Fajar menegaskan hingga kini belum ada perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan karyawan. "Utilitas masih kami jaga di 80 persen, jadi banyak stok menumpuk di gudang. Karena kami optimistis kondisi akan membaik, dan barang akan banyak terserap di akhir tahun," ujar Fajar.

Tekanan rupiah juga memberatkan industri tekstil. Sekretaris jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy menerangkan, saat ini industri tekstil mulai kesulitan lantaran bahan baku industri tekstil di Indonesia mayoritas masih impor. Padahal mereka harus menjual produk di dalam negeri memakai harga rupiah. Kondisi ini jelas menyulitkan saat nilai tukar rupiah terus melemah.

Meskipun industri tengah dirundung masa sulit, Ernovian tidak bisa memastikan berapa lama produsen tekstil lokal ini masih bisa bertahan di gejolak. "Beban biaya bahan baku semakin tinggi secara otomatis akan mengerek harga jual produk tekstil menjadi semakin mahal," ungkapnya.

Ketua API, Ade Sudrajat menambahkan sekitar 80 persen bahan baku tekstil masih diimpor sehingga industri ini sulit bersaing. Misalnya bahan pembuatan serat kapas hanya diproduksi di Eropa, begitu juga bahan baku garmen.

Ade menyebut, efek pelemahan rupiah tidak hanya berimbas mengerek harga jual produk tekstil, tapi berefek terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK). "Sudah ada 36.000 tenaga kerja yang kena PHK," ungkap Ade kepada KONTAN, Senin (24/8).

Meski begitu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan berharap kondisi ini bisa menjadi momentum bagi investor asing untuk merealisasikan investasinya di Indonesia. Karena secara kurs saat ini lagi murah," ujar Putu.

Semoga investor yang datang bukan spesialis pencaplok perusahaan sakit.


Sumber


Bahaya nih..... pengusaha bangkrut, PHK massal dimana2 ....

bisa terjadi kerusuhan seperti tahun 98 nih ....

bahaya emoticon-Takut (S)emoticon-Takut (S) emoticon-Takut (S)
0
3.2K
34
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.