- Beranda
- The Lounge
"BUREAU 121" & KORUT BIKIN USA GELISAH,GUNDAH,RESAH,MERADANG,,MENGELUS DADA..
...
TS
rayapcomunity
"BUREAU 121" & KORUT BIKIN USA GELISAH,GUNDAH,RESAH,MERADANG,,MENGELUS DADA..
Bureau 121, Pasukan Khusus Cyber Elit dari Korut
Kemelut antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) belum juga berakhir. Kali ini, Korut menuding AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tumbangnya jaringan internet negara itu dalam beberapa hari terakhir.
Jaringan internet utama Korut diketahui mengalami ganguaan berkala pada awal pekan ini. Sejumlah dugaan mengenai masalah itu bermunculan, mulai dari gangguan teknologi hingga serangan hacker.
Tak lama berselang, Korut mengeluarkan pernyataan dan menuduh AS sebagai dalang dari lumpuhnya jaringan internet negara tersebut. Bahkan Korut menyebut AS seperti anak ingusan, karena melakukan serangannya secara sembunyi-sembunyi.
"Amerika Serikat dengan ukuran fisik yang besar, tapi tidak malu bermain secara sembunyi-sembunyi seperti anak kecil dengan hidung berair karena telah mulai menggangu operasional internet dari media utama republik kita. Ini benar-benar menggelikan," kata juru bicara Komisi Pertahanan Nasional Korut dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/12/2014).
Juru bicara itu sekaligus kembali membantah tudingan Federal Bureau of Investigation (FBI) bahwa Korut adalah dalang dari serangan cyber terhadap Sony Pictures. Dia menuntut AS memberikan bukti atas tuduhan tersebut.
Seperti diketahui, Korut selama ini diduga sebagai dalang dari sebuah kelompok hacker yang menyerang Sony Pictures. Serangan ini disinyalir muncul karena Korut keberatan atas penayangan film komedi terbaru Sony, The Interview, yang menceritakan tentang upaya pembunuhan terhadap pimpinan Korut, Kim Jong Un.
Sony pada awalnya membatalkan penayangan The Interview, kemudian kembali mengubah keputusannya setelah mendapatkan kritikan dari Presiden AS, Barack Obama. Obama saat itu mengkritik Sony karena tunduk pada tekanan Korut.
"Obama sebaiknya mendorong dirinya untuk membersihkan semua perbuatan jahat yang dilakukan AS atas kebijakan permusuhan melawan (Korut), jika dia mencari perdamaian di AS. Maka semuanya akan baik-baik saja," ungkap juru bicara itu.
Di sisi lain, pihak berwenang AS mengatakan bahwa negara itu tidak terlibat dalam masalah jaringan internet Korut.
Bureau 121 berisikan para hacker yang telah dididik sejak usia muda di University of Automation.
Belakangan Korea Utara menjadi sorotan lantaran dituding sebagai dalang peretasan sistem komputasi Sony Pictures. Menanggapi hal itu, pemerintah Korut telah membantah dan menyatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang dialami oleh Sony Pictures.
Kabar terkini yang beredar membuktikan bahwa Korut tidak bersalah atas peretasan terhadap Sony Pictures. Hacker pelaku penyerangan itu diduga kuat berasal dari Bangkok, Thailand.
Namun bagaimanapun Korut diketahui memang memiliki latar belakang cyber army (tentara cyber) yang cukup kuat. Sudah bukan rahasia lagi jika negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu diperkuat oleh pasukan cyber elit bernama Bureau 121.
Menurut keterangan yang dikutip dari laman Techworms, Kamis (11/12/2014), Bureau 121 berisikan para hacker yang telah dididik sejak usia muda di University of Automation, sebuah perguruan tinggi ilmu komputer yang dipayungi oleh otoritas militer Korut.
Data terakhir menunjukkan bahwa Bureau 121 kini diperkuat oleh sekitar 1.800 hacker yang bertanggung jawab langsung kepada General Bureau of Reconnaissance, biro intelijen Korut.
Jang Se-yul, seorang staf pengajar di University of Automation kepada Reuters menjelaskan, para hacker yang terpilih masuk menjadi anggota Bureau 121 adalah yang terbaik. Bahkan menurut Jang, posisi seorang hacker yang tergabung di Bureau 121 cukup dihormati oleh kalangan militer Korut.
"Bagi mereka (Korut) senjata terkuat adalah cyber. Mereka menyebutnya sebagai 'Perang Rahasia'," papar Jang kepada Reuters.
Menariknya lagi, Jang mengungkapkan jika gaji yang diterima oleh para hacker di Bureau 121 sangat tinggi, di atas rata-rata gaji prajurit militer lainnya di Korut. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya generasi muda Korut yang tertarik mendalami ilmu komputer dan menjadi hacker.
"Gaji untuk seorang ahli cyber di Korut sangat besar. Mereka menjadi orang-orang yang sangat kaya di Pyongyang (Ibu Kota Korut)," kata Jang.
Jang sendiri telah membelot ke Korea Selatan (Korsel) sejak 6 tahun lalu bersama beberapa rekannya di University of Automation
USA Yakin 100% Korut Dalangi Serangan Sony Pictures
Campur tangan Korut terdeteksi pihak FBI akibat kecorobohan kelompok hacker Guardian of Peace
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan sanksi ekonomi kepada Korea Utara (Korut) terkait kasus peretasan Sony Pictures. Sanksi ini diberikan lantaran AS telah secara bulat menuduh Korut sebagai dalang di balik peretasan Sony Pictures yang hendak menayangkan film 'The Interview', film yang berceritakan soal pembunuhan Kim Jong-un.
Tuduhan AS terhadap Korut tentunya bukan tanpak bukti kuat. Pada pidatonya di ajang International Conference on Cyber Security di Fordham University, Direktur FBI James Comey membeberkan sejumlah alasan kenapa pihaknya meyakini 100% bahwa Korut adalah pelaku peretasan Sony Pictures.
Comey menjelaskan, campur tangan Korut terdeteksi pihak FBI akibat kecorobohan kelompok hacker yang mengklaim bernama Guardian of Peace (GOP). Menurutnya, GOP sempat mengirimkan beberapa pesan ke sejumlah petinggi Sony Pictures melalui alamat IP dan server proxy yang bisa terlacak. Dan setelah ditelusuri, ternyata alamt IP dan server proxy yang digunakan adalalah jaringan internet eksklusif milik Korut.
"Ini terungkap oleh kecerobohan mereka sendiri. Temuan kami membuat jelas siapa yang ada di balik serangan ini," papar Comey seperti yang dikutip dari laman New York Times, Kamis (8/1/2014).
Selain alamat IP dan server proxy yang berhasil terlacak, FBI sebelumnya juga telah mencurigai Korut karena jenis malware yang digunakan identik dengan kelompok hacker asal Korut.
"Saya pribadi memiliki keyakinan yang sangat tinggi atas keterlibatan Korut, seperti halnya seluruh komunitas intelijen lainnya," tegas Comey.
Dengan bukti-bukti yang kuat ini, Comey berharap tidak ada lagi pandangan-pandangan skeptis yang diarahkan pada FBI dan pemerintah AS. Comey berharap para ahli cyber mendukung fakta ini dan tidak mengaburkan pandangan publik dengan mengatakan bahwa Korut tidak ada sangkut pautnya dengan serangan Sony Pictures.
Comey menyatakan, "Mereka (ahli cyber) tidak memiliki fakta-fakta yang saya miliki, mereka tidak melihat apa yang telah kami (FBI) lihat..
AS Beri Korut Sanksi Terkait Peretasan Sony Pictures
Kim Jong-un dalam film The Interview
Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi kepada Korea Utara (Korut) terkait peretasan Sony Pictures. Sanksi ekonomi tersebut diberikan lantaran menurut AS, Korut melakukan peretasan Sony Pictures yang hendak menayangkan 'The Interview', film yang berceritakan soal pembunuhan Kim Jong-un.
Presiden AS Barack Obama telah menandatangani pemberian sanksi yang membatasi aktivitas ekonomi terkait Korut tersebut. Sebelumnya Obama mengatakan Korut berada di balik lumpuhnya jaringan Sony Pictures beberapa waktu lalu.
"Ini tidak ditargetkan untuk warga Korut, tapi pemerintah Korut dan segaka aktivitasnya yang bisa mengancam pemerintah Amerika Serikat dan pihak lain," tulis Obama dalam sebuah surat kepada Pejabat Gedung Putih, seperti dimuat CNN, Sabtu (3/1/2014).
"Negara ini (Korut) terus-terusan mengancam keamanan nasional, kebijakan luar negeri dan ekonomi Amerika Serikat," imbuh dia.
Pihak Gedung Putih menyatakan langkah pemberian sanksi ini baru permulaan.
Selain pemerintah Korut secara keseluruhan, sanksi ini juga menyasar pada pejabat perdagangan Kementerian Korut yang menurut AS bertanggung jawab atas perdagangan senjata.
Menteri Perdagangan AS Jack Lew mengatakan sanksi tersebut bertujuan untuk mengisolasi Korut dari aktivitas internasinal. "Kami akan terus menekan pejabat Korut dan pihak terkait dari negara tersebut," ujar Lew.
Sebelumnya Korut mengancam AS atas film 'The Interview' lantaran film tersebut telah melecehkan pemimpin tertingginya, Kim Jong-un. Korut juga mengancam untuk berkonfrontasi lantaran As menuding pihaknya melakukan peretasan terhadap Sony Pictures.
Selain itu, Korut menuding balik AS telah menjadi biang keladi atas matinya internet di negara tersebut beberapa waktu lalu.
Kim Jong-un `Serang` Kantor Sony Pictures
Hal ini tidak terjadi dunia nyata, hanya di dalam sebuah game bertajuk Glorious Leader!
Liputan6.com, Jakarta - Kasus peretasan Sony Pictures terus bergulir. Hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara dikabarkan semakin memanas setelah FBI menuding Korut sebagai dalang serangan cyber tersebut.
Terkini, dilaporkan bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un turun langsung untuk menyerang kantor Sony Pictures. Namun tenang saja, hal ini tidak terjadi dunia nyata, hanya di dalam sebuah game bertajuk Glorious Leader!
Ya, game besutan pengembang indie asal Atalanta bernama Moneyhorse Games ini memang menghadirkan Kim Jong-un sebagai 'jagoan' utama yang memerangi kapitalisme barat seorang diri.
Awalnya Glorious Leader! hanya terdiri dari tujuh level. Namun seiring hebohnya kasus pertasan Sony Pictures, Moneyhorse Games menambahkan satu level lagi, yakni level penyerangan kantor Sony Pictures.
"Ide awalnya adalah saya membuat game perang antara tentara Korut dan AS, Kim Jong Un hanya sebagai cameo tambahan pada salah satu scene. Namun teman-teman memberi ide lain, kenapa tidak menjadikan orang paling menarik di dunia (Kim Jong Un) sebagai tokoh utama?" ungkap Jeff Miller salah seorang developer dari Moneyhorse Games kepada Pocket Gamer.
Tak hanya menghancurkan kantor Sony Pictures, di level-level lainnya Kim Jong-un akan berhadapan dengan tank dan pesawat tempur AS. Menariknya, Kim Jong-un dapat meminta bantuan mantan pebasket nyentrik AS, Denis Rodman untuk membantu perjuangannya.
Hingga kini game Glorious Leader! masih dalam proses pendanaan via situs Kickstarter.com. Kemungkinan besar Glorious Leader! akan dirilis pada awal tahun 2015 untuk platform perangkat mobile dan PC.
Akses internet di Korea Utara (Korut) mengalami gangguan parah. Salah satu pengamat bahkan menyebut, interconnection-networking di negara paling menutup diri di muka Bumi itu itu lumpuh total.
Seperti Liputan6.com kutip dari BBC, insiden tersebut terjadi beberapa hari setelah Amerika Serikat menuding Korut sebagai dalang serangan siber (cyber attack) atau peretasan terhadap Sony Picture.
Presiden AS Barack Obama sebelumnya bahkan langsung angkat bicara. Ia menegaskan akan melakukan respons yang 'proposional' terhadap peretasan terhadap Sony Picture tersebut. Sejauh ini belum ada konfirmasi dan bukti keterlibatan Negeri Paman Sam soal gangguan internet Korut tersebut.Sejumlah pengamat mengatakan, problem teknis atau serangan siber bisa jadi penyebabnya. "Selama 24 jam terakhir konektivitas Korea Utara ke dunia luar menurun hingga mencapai titik di mana mereka benar-benar offline secara total," kata Doug Madory, dari perusahaan analisa internet Dyn Research.
Arbor Networks, sebuah sebuah layanan teknologi internet, mengaku mereka mendeteksi serangan denial-of-service terhadap insfrastruktur internet di Korut sejak Sabtu 20 Desember 2014.
Sementara, Matthew Prince, presiden CloudFlare, menggambarkannya, "Seakan-akan Korut terhapus dari peta internet global," kata dia seperti dikutip dari CNN.
Prince berpendapat, penyerang internet Korut bukanlah level negara, melainkan individu. "Jika benar ini adalah serangan, tak mungkin pelakunya adalah AS. Lebih masuk akal tersangkanya adalah bocah 15 tahun di belakang topeng Guy Fawkes."
Tak seperti di negara lain, di mana internet digunakan secara meluas, di Korut hanya segelintir orang punya akses ke dunia maya -- yang tanpa sensor ketat pemerintah.
Investigasi FBI
Pekan lalu, Pemerintah AS mengumumkan bahwa berdasarkan penyelidikan FBI, Korut diduga kuat berada di balik insiden peretasan terhadap Sony Picture -- yang yang menyebabkan film yang belum dirilis dan email-email pribadi bocor. Namun, Pyongyang membantah bertanggung jawab.
Meski demikian, Korut memuji peretasan pada Sony. Negara yang dipimpin Kim Jong-un -- generasi ketiga dinasti penguasa -- sejak lama mengutuk film komedi Sony, 'The Interview' yang mengisahkan plot pembunuhan terhadap sang 'Supreme Leader'.
Sony akhirnya membatalkan rilis film tersebut.
Namun, Obama tak tinggal diam. Ia menyebut, AS akan merespons serangan terhadap Sony.
Senin kemarin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Marie Harf menyatakan, negaranya tak akan membeberkan soal detil operasi terkait 'respons' tersebut. Pihak pemerintah hanya akan mengonfirmasi bahwa mereka telah melaksanakan respons tersebut. Baik yang terlihat ataupun tak kasat mata.
Gangguan internet terjadi bertepatan dengan pembahasan di Dewan Keamanan PBB tentang hak asasi di Korut untuk kali pertamanya, meski ada penolakan dari China dan Rusia.
Duta esar AS untuk PBB Samantha Power menolak permintaan Korut untuk melakukan investigasi gabungan dengan AS terkait serangan peretasan terhadap Sony. Yang dibumbui ancaman -- akan terjadi sesuatu kalau sampai Amerika menolak tawaran itu.
Sementara, diplomat Korea Utara Kim Song mengatakan, keputusan untuk merespons langkah Dewan Keamanan PBB akan dilakukan Pyongyang. "Kami menentang keras membawa permasalahan HAM di DPRK (Korea Utara) ke DK PBB," kata dia seperti dimuat Reuters
Quote:
Kemelut antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) belum juga berakhir. Kali ini, Korut menuding AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tumbangnya jaringan internet negara itu dalam beberapa hari terakhir.
Jaringan internet utama Korut diketahui mengalami ganguaan berkala pada awal pekan ini. Sejumlah dugaan mengenai masalah itu bermunculan, mulai dari gangguan teknologi hingga serangan hacker.
Tak lama berselang, Korut mengeluarkan pernyataan dan menuduh AS sebagai dalang dari lumpuhnya jaringan internet negara tersebut. Bahkan Korut menyebut AS seperti anak ingusan, karena melakukan serangannya secara sembunyi-sembunyi.
"Amerika Serikat dengan ukuran fisik yang besar, tapi tidak malu bermain secara sembunyi-sembunyi seperti anak kecil dengan hidung berair karena telah mulai menggangu operasional internet dari media utama republik kita. Ini benar-benar menggelikan," kata juru bicara Komisi Pertahanan Nasional Korut dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/12/2014).
Juru bicara itu sekaligus kembali membantah tudingan Federal Bureau of Investigation (FBI) bahwa Korut adalah dalang dari serangan cyber terhadap Sony Pictures. Dia menuntut AS memberikan bukti atas tuduhan tersebut.
Seperti diketahui, Korut selama ini diduga sebagai dalang dari sebuah kelompok hacker yang menyerang Sony Pictures. Serangan ini disinyalir muncul karena Korut keberatan atas penayangan film komedi terbaru Sony, The Interview, yang menceritakan tentang upaya pembunuhan terhadap pimpinan Korut, Kim Jong Un.
Sony pada awalnya membatalkan penayangan The Interview, kemudian kembali mengubah keputusannya setelah mendapatkan kritikan dari Presiden AS, Barack Obama. Obama saat itu mengkritik Sony karena tunduk pada tekanan Korut.
"Obama sebaiknya mendorong dirinya untuk membersihkan semua perbuatan jahat yang dilakukan AS atas kebijakan permusuhan melawan (Korut), jika dia mencari perdamaian di AS. Maka semuanya akan baik-baik saja," ungkap juru bicara itu.
Di sisi lain, pihak berwenang AS mengatakan bahwa negara itu tidak terlibat dalam masalah jaringan internet Korut.
Quote:
Bureau 121 berisikan para hacker yang telah dididik sejak usia muda di University of Automation.
Quote:
Belakangan Korea Utara menjadi sorotan lantaran dituding sebagai dalang peretasan sistem komputasi Sony Pictures. Menanggapi hal itu, pemerintah Korut telah membantah dan menyatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang dialami oleh Sony Pictures.
Kabar terkini yang beredar membuktikan bahwa Korut tidak bersalah atas peretasan terhadap Sony Pictures. Hacker pelaku penyerangan itu diduga kuat berasal dari Bangkok, Thailand.
Namun bagaimanapun Korut diketahui memang memiliki latar belakang cyber army (tentara cyber) yang cukup kuat. Sudah bukan rahasia lagi jika negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu diperkuat oleh pasukan cyber elit bernama Bureau 121.
Menurut keterangan yang dikutip dari laman Techworms, Kamis (11/12/2014), Bureau 121 berisikan para hacker yang telah dididik sejak usia muda di University of Automation, sebuah perguruan tinggi ilmu komputer yang dipayungi oleh otoritas militer Korut.
Data terakhir menunjukkan bahwa Bureau 121 kini diperkuat oleh sekitar 1.800 hacker yang bertanggung jawab langsung kepada General Bureau of Reconnaissance, biro intelijen Korut.
Jang Se-yul, seorang staf pengajar di University of Automation kepada Reuters menjelaskan, para hacker yang terpilih masuk menjadi anggota Bureau 121 adalah yang terbaik. Bahkan menurut Jang, posisi seorang hacker yang tergabung di Bureau 121 cukup dihormati oleh kalangan militer Korut.
"Bagi mereka (Korut) senjata terkuat adalah cyber. Mereka menyebutnya sebagai 'Perang Rahasia'," papar Jang kepada Reuters.
Menariknya lagi, Jang mengungkapkan jika gaji yang diterima oleh para hacker di Bureau 121 sangat tinggi, di atas rata-rata gaji prajurit militer lainnya di Korut. Hal ini pula yang menyebabkan banyaknya generasi muda Korut yang tertarik mendalami ilmu komputer dan menjadi hacker.
"Gaji untuk seorang ahli cyber di Korut sangat besar. Mereka menjadi orang-orang yang sangat kaya di Pyongyang (Ibu Kota Korut)," kata Jang.
Jang sendiri telah membelot ke Korea Selatan (Korsel) sejak 6 tahun lalu bersama beberapa rekannya di University of Automation
Quote:
USA Yakin 100% Korut Dalangi Serangan Sony Pictures
Campur tangan Korut terdeteksi pihak FBI akibat kecorobohan kelompok hacker Guardian of Peace
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan sanksi ekonomi kepada Korea Utara (Korut) terkait kasus peretasan Sony Pictures. Sanksi ini diberikan lantaran AS telah secara bulat menuduh Korut sebagai dalang di balik peretasan Sony Pictures yang hendak menayangkan film 'The Interview', film yang berceritakan soal pembunuhan Kim Jong-un.
Tuduhan AS terhadap Korut tentunya bukan tanpak bukti kuat. Pada pidatonya di ajang International Conference on Cyber Security di Fordham University, Direktur FBI James Comey membeberkan sejumlah alasan kenapa pihaknya meyakini 100% bahwa Korut adalah pelaku peretasan Sony Pictures.
Comey menjelaskan, campur tangan Korut terdeteksi pihak FBI akibat kecorobohan kelompok hacker yang mengklaim bernama Guardian of Peace (GOP). Menurutnya, GOP sempat mengirimkan beberapa pesan ke sejumlah petinggi Sony Pictures melalui alamat IP dan server proxy yang bisa terlacak. Dan setelah ditelusuri, ternyata alamt IP dan server proxy yang digunakan adalalah jaringan internet eksklusif milik Korut.
"Ini terungkap oleh kecerobohan mereka sendiri. Temuan kami membuat jelas siapa yang ada di balik serangan ini," papar Comey seperti yang dikutip dari laman New York Times, Kamis (8/1/2014).
Selain alamat IP dan server proxy yang berhasil terlacak, FBI sebelumnya juga telah mencurigai Korut karena jenis malware yang digunakan identik dengan kelompok hacker asal Korut.
"Saya pribadi memiliki keyakinan yang sangat tinggi atas keterlibatan Korut, seperti halnya seluruh komunitas intelijen lainnya," tegas Comey.
Dengan bukti-bukti yang kuat ini, Comey berharap tidak ada lagi pandangan-pandangan skeptis yang diarahkan pada FBI dan pemerintah AS. Comey berharap para ahli cyber mendukung fakta ini dan tidak mengaburkan pandangan publik dengan mengatakan bahwa Korut tidak ada sangkut pautnya dengan serangan Sony Pictures.
Comey menyatakan, "Mereka (ahli cyber) tidak memiliki fakta-fakta yang saya miliki, mereka tidak melihat apa yang telah kami (FBI) lihat..
Quote:
AS Beri Korut Sanksi Terkait Peretasan Sony Pictures
Kim Jong-un dalam film The Interview
Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi kepada Korea Utara (Korut) terkait peretasan Sony Pictures. Sanksi ekonomi tersebut diberikan lantaran menurut AS, Korut melakukan peretasan Sony Pictures yang hendak menayangkan 'The Interview', film yang berceritakan soal pembunuhan Kim Jong-un.
Presiden AS Barack Obama telah menandatangani pemberian sanksi yang membatasi aktivitas ekonomi terkait Korut tersebut. Sebelumnya Obama mengatakan Korut berada di balik lumpuhnya jaringan Sony Pictures beberapa waktu lalu.
"Ini tidak ditargetkan untuk warga Korut, tapi pemerintah Korut dan segaka aktivitasnya yang bisa mengancam pemerintah Amerika Serikat dan pihak lain," tulis Obama dalam sebuah surat kepada Pejabat Gedung Putih, seperti dimuat CNN, Sabtu (3/1/2014).
"Negara ini (Korut) terus-terusan mengancam keamanan nasional, kebijakan luar negeri dan ekonomi Amerika Serikat," imbuh dia.
Pihak Gedung Putih menyatakan langkah pemberian sanksi ini baru permulaan.
Selain pemerintah Korut secara keseluruhan, sanksi ini juga menyasar pada pejabat perdagangan Kementerian Korut yang menurut AS bertanggung jawab atas perdagangan senjata.
Menteri Perdagangan AS Jack Lew mengatakan sanksi tersebut bertujuan untuk mengisolasi Korut dari aktivitas internasinal. "Kami akan terus menekan pejabat Korut dan pihak terkait dari negara tersebut," ujar Lew.
Sebelumnya Korut mengancam AS atas film 'The Interview' lantaran film tersebut telah melecehkan pemimpin tertingginya, Kim Jong-un. Korut juga mengancam untuk berkonfrontasi lantaran As menuding pihaknya melakukan peretasan terhadap Sony Pictures.
Selain itu, Korut menuding balik AS telah menjadi biang keladi atas matinya internet di negara tersebut beberapa waktu lalu.
Quote:
Kim Jong-un `Serang` Kantor Sony Pictures
Hal ini tidak terjadi dunia nyata, hanya di dalam sebuah game bertajuk Glorious Leader!
Liputan6.com, Jakarta - Kasus peretasan Sony Pictures terus bergulir. Hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara dikabarkan semakin memanas setelah FBI menuding Korut sebagai dalang serangan cyber tersebut.
Terkini, dilaporkan bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un turun langsung untuk menyerang kantor Sony Pictures. Namun tenang saja, hal ini tidak terjadi dunia nyata, hanya di dalam sebuah game bertajuk Glorious Leader!
Ya, game besutan pengembang indie asal Atalanta bernama Moneyhorse Games ini memang menghadirkan Kim Jong-un sebagai 'jagoan' utama yang memerangi kapitalisme barat seorang diri.
Awalnya Glorious Leader! hanya terdiri dari tujuh level. Namun seiring hebohnya kasus pertasan Sony Pictures, Moneyhorse Games menambahkan satu level lagi, yakni level penyerangan kantor Sony Pictures.
"Ide awalnya adalah saya membuat game perang antara tentara Korut dan AS, Kim Jong Un hanya sebagai cameo tambahan pada salah satu scene. Namun teman-teman memberi ide lain, kenapa tidak menjadikan orang paling menarik di dunia (Kim Jong Un) sebagai tokoh utama?" ungkap Jeff Miller salah seorang developer dari Moneyhorse Games kepada Pocket Gamer.
Tak hanya menghancurkan kantor Sony Pictures, di level-level lainnya Kim Jong-un akan berhadapan dengan tank dan pesawat tempur AS. Menariknya, Kim Jong-un dapat meminta bantuan mantan pebasket nyentrik AS, Denis Rodman untuk membantu perjuangannya.
Hingga kini game Glorious Leader! masih dalam proses pendanaan via situs Kickstarter.com. Kemungkinan besar Glorious Leader! akan dirilis pada awal tahun 2015 untuk platform perangkat mobile dan PC.
Quote:
Akses internet di Korea Utara (Korut) mengalami gangguan parah. Salah satu pengamat bahkan menyebut, interconnection-networking di negara paling menutup diri di muka Bumi itu itu lumpuh total.
Seperti Liputan6.com kutip dari BBC, insiden tersebut terjadi beberapa hari setelah Amerika Serikat menuding Korut sebagai dalang serangan siber (cyber attack) atau peretasan terhadap Sony Picture.
Presiden AS Barack Obama sebelumnya bahkan langsung angkat bicara. Ia menegaskan akan melakukan respons yang 'proposional' terhadap peretasan terhadap Sony Picture tersebut. Sejauh ini belum ada konfirmasi dan bukti keterlibatan Negeri Paman Sam soal gangguan internet Korut tersebut.Sejumlah pengamat mengatakan, problem teknis atau serangan siber bisa jadi penyebabnya. "Selama 24 jam terakhir konektivitas Korea Utara ke dunia luar menurun hingga mencapai titik di mana mereka benar-benar offline secara total," kata Doug Madory, dari perusahaan analisa internet Dyn Research.
Arbor Networks, sebuah sebuah layanan teknologi internet, mengaku mereka mendeteksi serangan denial-of-service terhadap insfrastruktur internet di Korut sejak Sabtu 20 Desember 2014.
Sementara, Matthew Prince, presiden CloudFlare, menggambarkannya, "Seakan-akan Korut terhapus dari peta internet global," kata dia seperti dikutip dari CNN.
Prince berpendapat, penyerang internet Korut bukanlah level negara, melainkan individu. "Jika benar ini adalah serangan, tak mungkin pelakunya adalah AS. Lebih masuk akal tersangkanya adalah bocah 15 tahun di belakang topeng Guy Fawkes."
Tak seperti di negara lain, di mana internet digunakan secara meluas, di Korut hanya segelintir orang punya akses ke dunia maya -- yang tanpa sensor ketat pemerintah.
Investigasi FBI
Pekan lalu, Pemerintah AS mengumumkan bahwa berdasarkan penyelidikan FBI, Korut diduga kuat berada di balik insiden peretasan terhadap Sony Picture -- yang yang menyebabkan film yang belum dirilis dan email-email pribadi bocor. Namun, Pyongyang membantah bertanggung jawab.
Meski demikian, Korut memuji peretasan pada Sony. Negara yang dipimpin Kim Jong-un -- generasi ketiga dinasti penguasa -- sejak lama mengutuk film komedi Sony, 'The Interview' yang mengisahkan plot pembunuhan terhadap sang 'Supreme Leader'.
Sony akhirnya membatalkan rilis film tersebut.
Namun, Obama tak tinggal diam. Ia menyebut, AS akan merespons serangan terhadap Sony.
Senin kemarin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Marie Harf menyatakan, negaranya tak akan membeberkan soal detil operasi terkait 'respons' tersebut. Pihak pemerintah hanya akan mengonfirmasi bahwa mereka telah melaksanakan respons tersebut. Baik yang terlihat ataupun tak kasat mata.
Gangguan internet terjadi bertepatan dengan pembahasan di Dewan Keamanan PBB tentang hak asasi di Korut untuk kali pertamanya, meski ada penolakan dari China dan Rusia.
Duta esar AS untuk PBB Samantha Power menolak permintaan Korut untuk melakukan investigasi gabungan dengan AS terkait serangan peretasan terhadap Sony. Yang dibumbui ancaman -- akan terjadi sesuatu kalau sampai Amerika menolak tawaran itu.
Sementara, diplomat Korea Utara Kim Song mengatakan, keputusan untuk merespons langkah Dewan Keamanan PBB akan dilakukan Pyongyang. "Kami menentang keras membawa permasalahan HAM di DPRK (Korea Utara) ke DK PBB," kata dia seperti dimuat Reuters
Quote:
akhir kata terimakasih telah mampir di thread kami
0
8K
Kutip
50
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya