Bolanasional-Piala Kemerdekaan Miris,Pemain Naik Angkot karena Match Fee Belum Dibayar.

Menciptakan tata kelola sepak bola yang baik dan benar memang tidak seperti memutar telapak tangan. Orang yang hidup di habitat sepak bola saja belum tentu mudah melaksanakan pertandingan sesuai dengan jati diri sepak bola itu sendiri.

Buktinya, janji-janji penyelenggara Piala Kemerdekaan 2015 dengan kenyataan di lapangan ibarat jauh panggang dari api. Keluhan demi keluhan mulai muncul.

Tim Transisi Kemenpora, yang menggandeng Catalunya Sportindo, menjanjikan bonus 50 juta Rupiah bagi setiap tim untuk setiap pertandingan, terlepas dari hasil akhir. Namun hingga Jumat (21/8/15), bonus belum diterima oleh Mojokerto Putra (MP), yang telah bertanding pada Selasa (18/8/15).

Manajer MP, Hendro Ismiarso, juga mengeluhkan servis dari panitia selama pertandingan. Tim dari Jawa Timur itu mengalami kesulitan selama berada di Serang, tempat penyelenggaraan pertandingan Grup B.”Terutama saat perjalanan kami menuju stadion, anak-anak harus rela naik angkutan umum lantaran tidak ada bis dari panitia yang menjemput,” kata Hendro.

“Yang membuat mereka kian marah itu setelah tidak ada jemputan dari panitia saat kami akan berangkat ke stadion untuk pertandingan. Kondisi itu ditambah lagi match fee yang belum cair,” ungkap pria berusia 59 tahun itu.”Yang saya khawatirkan, anak-anak akan mogok bermain di dua pertandingan terakhir,” tambahnya.

Tak hanya gagal menyediakan fasilitas dan memenuhi janji bonus, penyelenggara juga kecolongan oleh sejumlah kericuhan yang berbuntut adu fisik. Pada laga Persis Solo lawan Persinga Ngawi, pelatih Persis, Aris Budi, menanduk wasit karena merasa timnya dirugikan.Sementara itu, pada laga antara Persatu Tuban lawan Persebo Bondowoso. Seorang pemain Persebo tak bisa menahan emosi dan menendang wasit.

sumur

mengpora mana mengpora..
ga malu apa?? katanya mau bikin yg lebih baik dari liga mapia.. ini sih lebih parah dari liga mapia..