Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yantiqueAvatar border
TS
yantique
Mengukur ”Jokowi Effect” Secara Ekonomi. (Sayang Jokowi akan Dibawah Ketiak Megawati)
Mengukur ”Jokowi Effect”
Senin, 17 Maret 2014 | 09:30 WIB


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada detik-detik pengumuman capres dari PDIP

KOMPAS.com - Pasar merespons positif, bahkan cenderung berlebihan, menyusul penetapan Joko Widodo sebagai calon presiden. Setelah ditutup menurun pada sesi pagi, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia langsung melejit pada sesi siang, Jumat (14/3/2014), naik 3,2 persen mencapai 4.878, level tertinggi tahun ini.

Nilai rupiah juga menguat pada Rp 11.355 per dollar AS atau naik 0,2 persen mencapai nilai terendah tahun ini. Begitupun imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun 4,1 bps menjadi 7,9 persen. Pendek kata, pencapresan Jokowi mampu mendorong masuknya modal asing sehingga menimbulkan sedikit pelonggaran likuiditas di pasar domestik yang pada 2014 ini diproyeksikan masih akan ketat. Pertanyaannya, sampai kapan ”Jokowi effect” ini dan sejauh mana pelonggaran likuiditas ditimbulkan?

Jauh sebelum pengumuman itu, analis bank asing sudah secara eksplisit melihat efek positif figur Jokowi. Malayan Banking Bhd (Maybank) membuat skenario jika Jokowi menjadi presiden, rupiah akan menguat mencapai Rp 11.300 per dollar AS; sementara jika presidennya bukan Jokowi, rupiah sebesar Rp 11.700 per dollar AS.

Menurut Bank OCBC, jika Jokowi presiden, nilai tukar menjadi Rp 12.000 per dollar AS; jika bukan, nilai tukar Rp 12.600 per dollar AS. Waktu itu, rupiah berada pada kisaran Rp 12.200 per dollar AS. Beberapa bank asing lain punya prediksi sama. Rabobank International memproyeksikan rupiah akan menguat menjadi Rp 11.750 per dollar AS; sedangkan Morgan Stanley Rp 11.800 jika Jokowi terpilih sebagai presiden (Bloomberg, 10/2/2014).

Mengapa investor asing pro Jokowi? Jika dilihat lebih jauh, sebenarnya alasan mereka cukup rasional, bahkan pragmatis. Selama ini, investor asing masih memandang Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi paling menarik. Prospek jangka panjangnya tak terbantahkan, terutama karena faktor bonus demografi yang begitu besar. Selain akan mendorong konsumsi, bonus demografi juga bisa memacu produktivitas perekonomian.

Sayangnya, selama ini ada semacam kemandekan dalam transformasi ekonomi, khususnya terkait dengan pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan perilaku korupsi. Ketiganya masih menjadi persoalan yang secara akut membebani perekonomian domestik. Lambatnya reformasi struktural terjadi karena sistem politiknya tidak mendukung. Tak ada kekuatan dominan di parlemen dan kabinet diwarnai koalisi pelangi yang tak efektif.

Dari kacamata investor, perekonomian Indonesia akan melaju kencang jika proses politik lebih sederhana. Ada kekuatan politik cukup dominan di parlemen dan birokrasi diisi oleh orang yang kompeten dan solid. Dari berbagai survei, potensi itu mungkin terjadi jika Jokowi dicalonkan. Pertama, partai pendukung Jokowi diperkirakan akan meraup kursi cukup banyak di parlemen sehingga jika harus berkoalisi cukup dengan satu atau dua partai. Kedua, pemilihan presiden bisa satu putaran sehingga kepastian akan segera tercipta.

Begitulah skenario optimistis yang dibayangkan investor sehingga mereka sangat antusias begitu Jokowi dicalonkan. Bahkan, lebih jauh, investor sudah mengantisipasi aneka sektor dalam perekonomian yang diproyeksikan akan melaju dengan pemerintahan lebih efektif, di antaranya sektor infrastruktur, properti, perbankan, dan otomotif. Dengan kata lain, peluang bisnis dan proyeksi keuntungan bagi para pelaku usaha begitu besar jika skenario optimistis tersebut terjadi. Tentu ini alasan fundamentalnya. Ada pula alasan jangka pendek sebagai aksi spekulasi mendapatkan keuntungan sesaat dalam perubahan konstelasi yang begitu cepat.

Hal itu perlu disadari mengingat konstelasi politik juga bisa berubah dengan cepat sehingga sentimen pun bisa berbalik arah seketika. Kalaupun proses politik lancar, pertanyaan dari sisi fundamental, siapa wakil presidennya dan bagaimana komposisi kabinet. Jika beberapa posisi kunci kementerian, seperti Menteri Keuangan, Menteri BUMN, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, ditempati orang kompeten, kepercayaan investor kembali meningkat.

Kepercayaan investor dan masuknya modal asing hanyalah sebagian cerita terkait dengan dinamika jangka pendek. Kuncinya tetap terletak pada transformasi fundamental yang bersifat jangka panjang. Pemerintahan baru nanti harus mampu mempertemukan dilema yang selalu muncul dalam upaya memitigasi dinamika perekonomian jangka pendek serta pencapaian target jangka panjang.

Tahun 2015, kita akan masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga presiden baru harus langsung berhadapan dengan begitu banyak persoalan yang akan muncul. Dalam skala global, pertengahan 2015 diperkirakan menjadi momentum kenaikan suku bunga di negara maju sebagai akhir dari era likuiditas longgar secara global. Berbagai tantangan itu tentu akan berdampak pada dinamika domestik.

Harus diakui, ada banyak keraguan terkait kompetensi dan kapabilitas Jokowi, apalagi terkait dengan diplomasi luar negeri. Namun, jika menteri luar negerinya sangat kompeten, keraguan itu bisa diatasi. Tentang keraguan akan visi jangka panjang, sebenarnya juga bisa ditopang dengan peran partai politik dan lembaga pendukung lainnya. Kuncinya kemampuan memimpin birokrasi. Sebab, pada dasarnya tak mungkin figur sehebat apa pun mampu mengatasi persoalan yang begitu kompleks tanpa dukungan tim yang solid.

Satu faktor lagi, Jokowi mendapat dukungan cukup luas di kalangan masyarakat sipil. Bahkan, sosoknya diidentifikasi sebagai simbol perjuangan masyarakat sipil. Baru kali ini kepentingan investor (asing) sejajar dengan kepentingan masyarakat sipil dalam hal calon presiden. Namun, semakin tinggi ekspektasi, risiko terjadinya pembalikan dukungan juga besar karena sulit melayani semua kepentingan secara bersamaan.

Tantangan berat bagi parpol pemenang pemilu nanti adalah membangun infrastruktur kelembagaan yang memadai. Khususnya bagi partai pendukung Jokowi harus mampu merealisasikan harapan banyak pihak. Jika tidak, antusiasme pencapresan Jokowi akan berubah dengan cepat menjadi buih yang siap meletus sebagai ”Jokowi bubble” belaka.
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...Jokowi.Effect.

SABTU, 08 FEBRUARI 2014 | 09:15 WIB
Jokowi Capres Idaman Investor Asing?

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan bahwa investor di luar negeri masih menunggu kepasitian siapa presiden terpilih Indonesia pada Oktober nanti. Jika investor memandang bahwa presiden terpilih tidak sesuai dengan harapan mereka maka diperkirakan arus modal masuk (capital inflow) akan berbalik dari Indonesia. (Baca pula: Pemilu Sukses, Pertumbuhan Ekonomi Melejit).

"Investor masih wait and see kepastian siapa presiden di Indonesia. Namun, berdasarkan beberapa survei memang Jokowi diperkirakan akan menjadi presiden. Investor masih menunggu kepastian dari Megawati Soekarnoputri sebagai pengambil keputusan partai," ujar Lana ketika dihubungi, Jumat malam, 7 Februari 2014.

Lana mengatakan investor menunggu informasi yang jelas siapa calon presiden yang dicalonkan masing-masing partai. Bila partai mengumumkan lebih awal maka investor akan mempunyai gambaran dan bisa mengambil keputusan terkait dengan penanaman modal di Indonesia. "Jika investor mendapat kejelasan lebih awal mengenai calon presiden yang akan tampil di 2014 nanti maka diyakini capital inflow akan cepat masuk, hal ini akan berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia," ujar Lana.

Data perekonomian pada 2013 sampai awal tahun ini, menurut Lana kebanyak sudah menunjukkan tanda-tanda positif. Namun hal ini belum meyakinkan investor untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia. Apalagi Indonesia dimasukkan keladam lima negara yang rentan terhadap defisit transaksi berjalan. "Lima negara itu adalah Brazil, Afrika Selatan, India, Turki, dan Indonesia," ujar Lana.
http://www.tempo.co/read/news/2014/0...nvestor-Asingi

Kamis, 20 Mar 2014 14:13 WIB
Jokowi Effect Berakhir, IHSG Jatuh 93 Poin dan Dolar ke Rp 11.415

MedanBisnis - Jakarta.Jokowi Effect sepertinya mulai mereda. Investor justru melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah terjadi penguatan signifikan akhir pekan lalu. Hal ini terbukti dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jatuh cukup dalam hingga 93 poin atau 1,95%.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dibuka di posisi Rp 11.390 per dolar AS terjungkal hingga Rp 11.425. Pada perdagangan preopening, IHSG melemah 13,740 poin (0,28%) ke level 4.807,717. Sedangkan Indeks LQ45 turun 3,562 poin (0,44%) ke level811,768.

Mengawali perdagangan, IHSG dibuka berkurang 35,182 poin (0,73%) ke level 4.786,275. Hingga sesi I, Kamis (20/3), IHSG jatuh cukup dalam hingga 93 poin atau 1,95% ke 4.727,582.

Sementara indeks LQ45 juga berada di zona merah di 795,256 atau minus 20 poin. Hanya 59 saham emiten yang bergerak naik di sesi I ini. Sedangkan 222 saham jatuh di zona merah. Adapun 58 saham emiten tak bergerak.

Total frekuensi perdagangan saham sampai siang ini mencapai 146.272 transaksi dengan total volume 3,08 miliar. Adapun total nilainya mencapai Rp 3,74 triliun. Sektor consumer goods dan manufaktur menjadi sektor yang membuat IHSG jatuh cukup dalam. IHSG sempat jatuh ke level terendahnya di 4.723 dan tertingginya cuma di level 4.808.
http://medanbisnisdaily.com/news/rea...r_ke_rp_11415/


Pemilu Sukses, Pertumbuhan Ekonomi Melejit
SENIN, 03 FEBRUARI 2014 | 15:55 WIB


Budiono dan Jokowi

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Adiningsih, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 sangat tergantung pada kesuksesan penyelenggaraan pemilihan umum legislatif dan presiden. Jika pesta demokrasi berjalan lancar dan damai, dia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 6 persen.

"Apalagi kalau presiden terpilih bisa memberikan keyakinan kepada dunia usaha terkait investasi di Indonesia. Saya yakin investasi akan segera naik," ujarnya setelah menjadi pembicara seminar "Peran Bank Indonesia Solo dalam Pengembangan Perekonomian Daerah" di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Senin, 3 Februari 2014.

Jika pemilu berakhir dengan kekacauan, kata dia, pertumbuhan ekonomi 2014 tidak beranjak dari 5,5 persen. Karena itu, dia meminta pemerintah benar-benar menjaga kepercayaan investor menjelang dan sesudah pemilu.

"Kalau otoritas ekonomi tidak hati-hati dan tidak bisa meyakinkan dunia usaha, bisa menyebabkan instabilitas ekonomi," ujarnya. Dia meminta pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang tidak memihak pelaku pasar dan investor. Dia mengingatkan tim ekonomi pemerintah agar tetap berfokus pada pengelolaan perekonomian. "Kita tahu dalam tim ekonomi ada politikus yang mungkin jadi calon presiden."

Tantangan lain pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi global yang cenderung belum pulih, bahkan terancam akan turun. Sebagai negara yang tergantung pada negara asing baik dari segi modal maupun barang, dia mengatakan ekonomi Indonesia sangat terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global.

"Dampak tapering off cukup signifikan. Misalnya rupiah dan IHSG (indeks harga saham gabungan) yang volatilitasnya tinggi," ujarnya.
http://www.tempo.co/read/news/2014/0...konomi-Melejit

Jokowi Presiden, Penuhi Harapan Publik
Jumat, 28/03/2014 - 10:50:17 WIB

JAMBI - Pasar langsung bereaksi positif sambut penetapan Jokowi sebagai Capres PDIP, Jum’at (14/03) lalu. Pencalonan Jokowi telah membuat bursa saham dan pasar keuangan Indonesia gempar. Walaupun beberapa hari berselang setelah penetapan itu IHSG cenderung mulai menurun. Namun pasar bereaksi pada hari pencapresan Jokowi. Hal ini membuat IHSG ditutup meroket tertinggi di level Asia. Nilai kurs Rupiah juga ikut menguat 11 poin ke level Rp 11.375 per USD.

Ekspektasi yang tinggi pada pencapresan Jokowi memang sudah muncul sejak mantan Walikota Solo tersebut hijrah ke Jakarta. Namanya semakin harum setelah sejumlah polling selalu menampatkannya di posisi pertama.
Sekretaris Hubungan Internasional DPP PDI P Ihsan Yunus menyambut baik keputusan pencapresan Jokowi oleh Ibu Mega. ”Kita menyambut baik, akhirnya Pak Jokowi diputuskan menjadi Capres PDI P. Sesuai amanat kongres, keputusan mengenai Calon Presiden sepenuhnya di Ketua Umum. Ini adalah hadiah spesial Ibu Mega kepada seluruh rakyat Indonesia, termasuk di Jambi,” kata Caleg DPR RI nomor urut satu ini beberapa waktu lalu.

Bersamaan dengan pencapresan Jokowi, dukungan kian deras bermunculan dari berbagai daerah, kalangan masyarakat, akademisi dan aktivis. Sebut saja presiden partai golput Fadjroel Rahman. Tokoh kritis ini menilai Jokowi layak didukung. “Tahun 2014, Golput harus merebut kekuasaan, mulai dari dewan hingga eksekutif, yaitu dengan mendukung sosok yang dipercaya yaitu Jokowi. Tidak ada keraguan, kita dukung Jokowi,” katanya.

Pengamat politik dari Sigma Indonesia, Yasril, menyebut animo masyarakat mendukung jokowi disebabkan kemunculan mantan Walikota Solo ini tepat di saat partai-partai lain tak memiliki stok pemimpin yang dipercayai rakyat. Sehingga Jokowi dianggap paling menjawab ekspektasi publik.
“Terlepas dari pro kontra pencapresan Jokowi, animo masyarakat yang besar tentu tidak datang tiba-tiba. Ada semacam kejenuhan, akumulasi kekecewaan terhadap kepemimpinan Nasional yang berjalan sudah lama. Dan di saat bersamaan Jokowi diyakini memenuhi harapan publik,” sebutnya.

Menurut Yasril, mantan Walikota Solo ini sudah mematahkan tradisi kepemimpinan yang cenderung ekslusif selama ini. Jokowi menjungkirbalikkan model kepemimpinan yang membuat jarak dengan rakyatnya. Jokowi memang menghadirkan gaya berbeda. Ia dekat dengan rakyat tanpa batasan. Gubernur Jakarta ini juga mengidentifikasi sendiri permasalahan-permasalahan yang dihadapi rakyatnya dengan turun langsung di tengah-tengah mereka. Masyarakat seperti menemukan oase di tengah padang pasir yang tandus.
“Sebenarnya type pemimpin seperti ini yang diperlukan sekarang, yang mau berkubang dengan permasalahan warga dan turun tangan mencari dan menyelesaikan akar permasalahannya,” tukasnya. Seperti diketahui sebelumnya, satu tahun masa kepemimpinan Jokowi, Jakarta semakin berbenah. Banyak program-program unggulannya yang bisa membawa Jakarta menjadi lebih baik.
http://www.jambiekspres.co.id/berita...an-publik.html

Quote:


---------------------------

Rakyat dan asing sih, yakin kalau Jokowi pilihan mereka. Tetapi kalau kelak sebagai Presiden RI, ternyata Jokowi hanya berlindung dibawah ketiak Megawati, dimana semua kebijakan negara (termasuk memilih kabinet misalnya) ditentukan dari rumah Megawati ... apa kita yakin NKRI akan lebih baik dari sekarang? Jangan-jangan Indonesia semakin habis ditelan asing seperti era zaman Megawati jadi Presiden dulu. Semuanya di lego ke asing dengan harga murah. Bahkan utang BLBI dari konglomerat hitam, diampuninya saat dia presiden dulu!
Diubah oleh yantique 29-03-2014 00:55
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
3.8K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.