- Beranda
- The Lounge
Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati
...
![angin26112001](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/06/18/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
angin26112001
Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH
WELCOME TO MY THREAD
Spoiler for cek:
Spoiler for Pembuka:
Kisah di bawah ini akan mengajari kita untuk selalu menepati janji!
Spoiler for Jalan melewati hutan Tamil Nadu:
![Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati](https://dl.kaskus.id/ichef-1.bbci.co.uk/news/ws/624/amz/worldservice/live/assets/images/2015/08/09/150809135352_vert_travel_family_means_1_624x351_thangarajkumaravel_nocredit.jpg)
Spoiler for Insiden:
Supir taksi melihat saya dengan tatapan tak percaya. "Ya, betul Pak, di sana," kata saya meminta dia untuk terus melaju ke arah hutan.
Kami berkendara ke luar kota, ke titik yang sulit untuk kembali lagi. Pepohonan 'menelan' kami selagi mobil melintasi medan tak beraspal.
Sebuah papan peringatan tentang adanya gajah liar mengingatkan kami bahwa kami tidak mungkin kesasar.
Tetapi, saya tidak tahu di mana kami berada.
Setahun lalu, saya menghabiskan satu bulan yang tak terlupakan di hutan Tamil Nadu ini, saat menjadi relawan proyek konstruksi di desa kecil India yang berisi hanya 40 orang. Desanya tidak memiliki nama dan tidak ada di peta manapun.
Saya telah menggali parit untuk meletakkan pipa, membantu membangun tangki air beton besar dan menghubungkan desa ke sumber air yang berjarak dua kilometer.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, penduduk desa bisa mendapatkan pasokan air yang tak terbatas untuk tanaman mereka.
Sebelum datang ke desa yang terbengkalai di sebelah selatan India, saya berharap bisa cocok dan mungkin berteman dengan 16 relawan lainnya, serta mendapat gambaran bagaimana hidup di pedalaman India.
Namun apa yang tidak saya duga adalah menjadi bagian dari keluarga orang-orang desa.
“Will-Pak, chai Pak?”
Saya bertemu dengan bocah berusia 12 tahun bernama Marymut dan ibunya bernama Aadya. Tiap hari, saya selalu disambut dengan secangkir chai panas - teh susu India yang dicampur gula.
Bertemu dengan mereka menjadi rutinitas pagi. Marymut akan membangunkan saya setiap pagi untuk secangkir chai panas. Sedangkan relawan lainnya tidur, saya akan menghabiskan satu jam di pagi hari mengobrol dengan Marymut dan Aadya. Lalu, saya akan menuju ke hutan untuk bekerja.
Pada akhir pekan pertama saya, saya menghabiskan hampir semua waktu dengan Marymut, menjelajahi hutan, mengumpulkan kayu bakar, memanjat pohon dan bermain kriket.
Kami hanya bisa berbincang dengan beberapa kata satu sama lain, tapi saya cepat belajar untuk mengerti dia. Saya menunjukkan padanya bagaimana menggunakan Swiss Knife -pisau lipat serba guna; dia mengajari saya bagaimana mengikat kayu bakar dengan tanaman rambat.
Kami tidur siang di bawah sinar matahari, makan samosa dan bermain dengan Frisbee kuning yang saya beli dari rumah.
Ketika saya bekerja, ia sering menghabiskan sepanjang hari membantu menyeret batu keluar jalan, menggali parit dan mengayunkan kapak. Di malam hari, Marymut sering akan mengambil kamera saya, bermain dengan setiap variasai setelan dan mengambil ratusan gambar matahari terbenam.
Perlahan tapi pasti, saya menjadi jauh dengan rekan-rekan relawan saya. Saya lebih dekat dengan warga desa, setiap orang dari mereka mempengaruhi saya. Saya mengagumi kerja keras mereka di ladang, di parit, di hutan.
Marymut dan Aadya khususnya yang sangat baik, mungkin mereka merasa bahwa saya rindu keluarga saya di rumah. Mereka memastikan saya makan dengan baik, dan selalu memiliki secangkir chai di tangan, serta memastikan saya merasa nyaman.
Kami tidak bisa berbicara banyak, tapi kami menggunakan isyarat tangan untuk membicarakan kegiatan sehari-hari. Percakapan tentang kesulitan menggunakan kapak misalnya, bisa berubah menjadi permainan tebak-tebakan yang lucu.
Pada malam hari, Aadya memasak kari, beras dan chapattis (roti India berbentuk pipih). Kadang-kadang, sebagai bonus, akan ada ayam di dalam kari. Makan dengan keluarga setiap malam, disambut ke dalam lingkaran percakapan, bermain kartu dengan Marymut ditemani kerlip lilin - saya merasa di rumah.
Pekan demi pekan berlalu, setiap hari pipa semakin dekat ke desa, dan saya tahu bahwa, segera, akan waktu pulang akan tiba.
Perpisahan
![Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-_wzZw2ibzqU/UiHYg-EQFMI/AAAAAAAAA7Q/WVuadYyMfi4/s1600/kumpulan-puisi-perpisahan-paling-sedih.jpg)
Hari terakhir tiba dengan luapan emosi. Karangan bunga marigold - untuk menandari hari besar dan hari berkabung - diserahkan oleh para tetua desa.
Ada teriakan, tangisan, dan kutukan. Saya tidak siap untuk pergi. Saya datang ke sini untuk melakukan pekerjaan tapi entah bagaimana, di sepanjang jalan, saya telah diterima dalam sebuah keluarga baru, yang sama sekali berbeda dari apa yang saya miliki. Saya telah ditunjukan cara hidup sederhana dan cara yang lebih tenang berinteraksi dengan orang-orang.
Ketika sudah saatnya pergi, Marymut dan Aadya memeluk saya ketika saya berbalik pergi. Mata Aadya berlinang. Saya memberikannya pisau lipat Swiss saya, menunjuk Marymut, dan memberi isyarat bahwa dia harus memastikan agar dia jangan sampai melukai dirinya saat menggunakan pisau itru. Dia tersenyum dan memeluk saya lagi.
Saya mencium kening, menggenggam tangannya dan berbalik, air mata sudah ingin tumpah di pipi saya. Saya memanggul tas. Marymut mengikuti dan menangis. Saya juga mulai menangis. Kemudian, saya berlutut.
“Marymut, dalam waktu dua tahun, saya akan kembali."
Dia melihat saya, saya tidak yakin dia mengerti.
"Dua," saya mengangkat dua jari saya. "Dua tahun dan saya akan kembali."
Dia melihat saya, tampak tak yakin, tetapi ada harap di matanya.
"Saya berjanji."
Bertemu kembali
![Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati](https://dl.kaskus.id/cdn-2.tstatic.net/pekanbaru/foto/bank/images/ilustrasi-bertemu-salaman-tolong_20150811_195252.jpg)
Saya tidak tahu apakah saya bersungguh-sungguh sampai saya mengatakannya. Sesaat setelah dua kata itu meluncur dari mulut saya, saya berjanji akan mewujudkannya.
Saya akan kembali ke Tamil Nadu, saya akan menepatinya.
Namun untuk membuktikannya, saya harus menemukan desa itu - yang terbukti sangat sulit. Saya bisa merasakan tatapan bingung ibu dan ayah saya menusuk tengkorak saya dari jok belakang. Mungkin, membawa mereka untuk menemui keluarga India saya bukanlah ide yang bagus.
Saya sekarang sudah berjalan-jalan di India selama beberapa bulan, perlahan menelusuri jalan dari Rajastan di utara ke sebelah bawah ke Tamil Nadu. Saya sudah mengatakan kepada orang tua saya tentang keluarga India saya berulang kali, dan mereka telah terbang dari Inggris untuk bertemu saya dan penduduk desa. Yang harus kami lakukan adalah menemukan mereka.
Seekor gajah tiba-tiba muncul dibalik dedaunan sekitar 20 meter di depan, menatap langsung pada kami. Supir taksi memandang saya, kemudian melihat gajah, lalu mengeluarkan suara ketakutan. Dia menutup mata, mengucap sesuatu dengan berbisik.
Ketika dia membuka mata, gajah telah pergi, kembali ke semak-semak.
Saya mencoba untuk meyakinkannya bahwa kami harus melanjutkan perjalanan ke dalam hutan. Desa itu sudah tak jauh, saya bisa merasakannya.
"Pak, ini tidak aman... pak"
Protes supir taksi kemudian melemah, saya memiliki janji yang harus ditepati.
Saya keluar dari mobil dan mengikuti jejak zig zag. Saya tidak tahu apakah saya benar. Kami telah melewati lusinan jejak semacam ini, dan ini adalah ketiga kalinya saya mencoba.
Supir taksi menjadi histeris dan meyakinkan bahwa saya bisa saja dimangsa harimau.
Orang tua saya menunggu, gelisah tetapi sabar di jok belakang. Mereka yakin saya tahu apa yang saya lakukan.
Tapi, saya tidak.
Lalu saya melihat jejak kaki di tanah. Saya tidak jago melacak tapi jejak itu jelas adalah jejak manusia. Saya berjalan mengikutinya, berharap saya bisa menemukan jalan kembali ke mobil.
Saya mengitari sebuah kelokan dan tiba-tiba saya berada di luar desa, pagar anti-gajah yang saya ingat tepat perada di depan kaki saya.
Ada orang berjalan melewati pintu gerbang dan kebetulan melirik ke arah saya. Dia berhenti di tengah jalan.
"Will-Pak!"
Marymut bergegas mendekati saya, membuka pintu gerbang dan memanggil Aadya dan sisanya dari desa. Taksi dari hutan muncul di saat yang tepat, setelah mengikuti saya pada jarak yang aman.
Penduduk desa berputar-putar di sekitar kami, memberi kami cangkir panas chai, menepuk-nepuk punggung kami, menjabat tangan kami. Saya tersenyum. Saya berada di rumah.
Malam itu, saya duduk di atas batu favorit saya, menonton matahari terbenam, sementara Marymut bermain dengan teleskop yang saya bawa selama berbulan-bulan. Pisau lipat Swiss terlihat terpasang di celana jinsnya dan tampak dirawat dengan baik.
Ibu saya sibuk dengan Aadya di depan kompor sementara ayah saya duduk tabah samping saya, meresapi semuanya dalam-dalam.
Marymut berbalik ke arah saya dan tersenyum. Kami masih tidak bisa benar-benar berkomunikasi: Bahasa Tamil saya berkarat seperti biasa dan bahasa Inggris-nya terbatas hanya selusin kata. Tapi tak masalah. Kami berdua mengerti.
Saya telah menepati janji saya.
Kami berkendara ke luar kota, ke titik yang sulit untuk kembali lagi. Pepohonan 'menelan' kami selagi mobil melintasi medan tak beraspal.
Sebuah papan peringatan tentang adanya gajah liar mengingatkan kami bahwa kami tidak mungkin kesasar.
Tetapi, saya tidak tahu di mana kami berada.
Setahun lalu, saya menghabiskan satu bulan yang tak terlupakan di hutan Tamil Nadu ini, saat menjadi relawan proyek konstruksi di desa kecil India yang berisi hanya 40 orang. Desanya tidak memiliki nama dan tidak ada di peta manapun.
Saya telah menggali parit untuk meletakkan pipa, membantu membangun tangki air beton besar dan menghubungkan desa ke sumber air yang berjarak dua kilometer.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, penduduk desa bisa mendapatkan pasokan air yang tak terbatas untuk tanaman mereka.
Sebelum datang ke desa yang terbengkalai di sebelah selatan India, saya berharap bisa cocok dan mungkin berteman dengan 16 relawan lainnya, serta mendapat gambaran bagaimana hidup di pedalaman India.
Namun apa yang tidak saya duga adalah menjadi bagian dari keluarga orang-orang desa.
“Will-Pak, chai Pak?”
Saya bertemu dengan bocah berusia 12 tahun bernama Marymut dan ibunya bernama Aadya. Tiap hari, saya selalu disambut dengan secangkir chai panas - teh susu India yang dicampur gula.
Bertemu dengan mereka menjadi rutinitas pagi. Marymut akan membangunkan saya setiap pagi untuk secangkir chai panas. Sedangkan relawan lainnya tidur, saya akan menghabiskan satu jam di pagi hari mengobrol dengan Marymut dan Aadya. Lalu, saya akan menuju ke hutan untuk bekerja.
Pada akhir pekan pertama saya, saya menghabiskan hampir semua waktu dengan Marymut, menjelajahi hutan, mengumpulkan kayu bakar, memanjat pohon dan bermain kriket.
Kami hanya bisa berbincang dengan beberapa kata satu sama lain, tapi saya cepat belajar untuk mengerti dia. Saya menunjukkan padanya bagaimana menggunakan Swiss Knife -pisau lipat serba guna; dia mengajari saya bagaimana mengikat kayu bakar dengan tanaman rambat.
Kami tidur siang di bawah sinar matahari, makan samosa dan bermain dengan Frisbee kuning yang saya beli dari rumah.
Ketika saya bekerja, ia sering menghabiskan sepanjang hari membantu menyeret batu keluar jalan, menggali parit dan mengayunkan kapak. Di malam hari, Marymut sering akan mengambil kamera saya, bermain dengan setiap variasai setelan dan mengambil ratusan gambar matahari terbenam.
Perlahan tapi pasti, saya menjadi jauh dengan rekan-rekan relawan saya. Saya lebih dekat dengan warga desa, setiap orang dari mereka mempengaruhi saya. Saya mengagumi kerja keras mereka di ladang, di parit, di hutan.
Marymut dan Aadya khususnya yang sangat baik, mungkin mereka merasa bahwa saya rindu keluarga saya di rumah. Mereka memastikan saya makan dengan baik, dan selalu memiliki secangkir chai di tangan, serta memastikan saya merasa nyaman.
Kami tidak bisa berbicara banyak, tapi kami menggunakan isyarat tangan untuk membicarakan kegiatan sehari-hari. Percakapan tentang kesulitan menggunakan kapak misalnya, bisa berubah menjadi permainan tebak-tebakan yang lucu.
Pada malam hari, Aadya memasak kari, beras dan chapattis (roti India berbentuk pipih). Kadang-kadang, sebagai bonus, akan ada ayam di dalam kari. Makan dengan keluarga setiap malam, disambut ke dalam lingkaran percakapan, bermain kartu dengan Marymut ditemani kerlip lilin - saya merasa di rumah.
Pekan demi pekan berlalu, setiap hari pipa semakin dekat ke desa, dan saya tahu bahwa, segera, akan waktu pulang akan tiba.
Perpisahan
![Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-_wzZw2ibzqU/UiHYg-EQFMI/AAAAAAAAA7Q/WVuadYyMfi4/s1600/kumpulan-puisi-perpisahan-paling-sedih.jpg)
Hari terakhir tiba dengan luapan emosi. Karangan bunga marigold - untuk menandari hari besar dan hari berkabung - diserahkan oleh para tetua desa.
Ada teriakan, tangisan, dan kutukan. Saya tidak siap untuk pergi. Saya datang ke sini untuk melakukan pekerjaan tapi entah bagaimana, di sepanjang jalan, saya telah diterima dalam sebuah keluarga baru, yang sama sekali berbeda dari apa yang saya miliki. Saya telah ditunjukan cara hidup sederhana dan cara yang lebih tenang berinteraksi dengan orang-orang.
Ketika sudah saatnya pergi, Marymut dan Aadya memeluk saya ketika saya berbalik pergi. Mata Aadya berlinang. Saya memberikannya pisau lipat Swiss saya, menunjuk Marymut, dan memberi isyarat bahwa dia harus memastikan agar dia jangan sampai melukai dirinya saat menggunakan pisau itru. Dia tersenyum dan memeluk saya lagi.
Saya mencium kening, menggenggam tangannya dan berbalik, air mata sudah ingin tumpah di pipi saya. Saya memanggul tas. Marymut mengikuti dan menangis. Saya juga mulai menangis. Kemudian, saya berlutut.
“Marymut, dalam waktu dua tahun, saya akan kembali."
Dia melihat saya, saya tidak yakin dia mengerti.
"Dua," saya mengangkat dua jari saya. "Dua tahun dan saya akan kembali."
Dia melihat saya, tampak tak yakin, tetapi ada harap di matanya.
"Saya berjanji."
Bertemu kembali
![Perjalanan Menemukan Arti 'Keluarga' yang Sejati](https://dl.kaskus.id/cdn-2.tstatic.net/pekanbaru/foto/bank/images/ilustrasi-bertemu-salaman-tolong_20150811_195252.jpg)
Saya tidak tahu apakah saya bersungguh-sungguh sampai saya mengatakannya. Sesaat setelah dua kata itu meluncur dari mulut saya, saya berjanji akan mewujudkannya.
Saya akan kembali ke Tamil Nadu, saya akan menepatinya.
Namun untuk membuktikannya, saya harus menemukan desa itu - yang terbukti sangat sulit. Saya bisa merasakan tatapan bingung ibu dan ayah saya menusuk tengkorak saya dari jok belakang. Mungkin, membawa mereka untuk menemui keluarga India saya bukanlah ide yang bagus.
Saya sekarang sudah berjalan-jalan di India selama beberapa bulan, perlahan menelusuri jalan dari Rajastan di utara ke sebelah bawah ke Tamil Nadu. Saya sudah mengatakan kepada orang tua saya tentang keluarga India saya berulang kali, dan mereka telah terbang dari Inggris untuk bertemu saya dan penduduk desa. Yang harus kami lakukan adalah menemukan mereka.
Seekor gajah tiba-tiba muncul dibalik dedaunan sekitar 20 meter di depan, menatap langsung pada kami. Supir taksi memandang saya, kemudian melihat gajah, lalu mengeluarkan suara ketakutan. Dia menutup mata, mengucap sesuatu dengan berbisik.
Ketika dia membuka mata, gajah telah pergi, kembali ke semak-semak.
Saya mencoba untuk meyakinkannya bahwa kami harus melanjutkan perjalanan ke dalam hutan. Desa itu sudah tak jauh, saya bisa merasakannya.
"Pak, ini tidak aman... pak"
Protes supir taksi kemudian melemah, saya memiliki janji yang harus ditepati.
Saya keluar dari mobil dan mengikuti jejak zig zag. Saya tidak tahu apakah saya benar. Kami telah melewati lusinan jejak semacam ini, dan ini adalah ketiga kalinya saya mencoba.
Supir taksi menjadi histeris dan meyakinkan bahwa saya bisa saja dimangsa harimau.
Orang tua saya menunggu, gelisah tetapi sabar di jok belakang. Mereka yakin saya tahu apa yang saya lakukan.
Tapi, saya tidak.
Lalu saya melihat jejak kaki di tanah. Saya tidak jago melacak tapi jejak itu jelas adalah jejak manusia. Saya berjalan mengikutinya, berharap saya bisa menemukan jalan kembali ke mobil.
Saya mengitari sebuah kelokan dan tiba-tiba saya berada di luar desa, pagar anti-gajah yang saya ingat tepat perada di depan kaki saya.
Ada orang berjalan melewati pintu gerbang dan kebetulan melirik ke arah saya. Dia berhenti di tengah jalan.
"Will-Pak!"
Marymut bergegas mendekati saya, membuka pintu gerbang dan memanggil Aadya dan sisanya dari desa. Taksi dari hutan muncul di saat yang tepat, setelah mengikuti saya pada jarak yang aman.
Penduduk desa berputar-putar di sekitar kami, memberi kami cangkir panas chai, menepuk-nepuk punggung kami, menjabat tangan kami. Saya tersenyum. Saya berada di rumah.
Malam itu, saya duduk di atas batu favorit saya, menonton matahari terbenam, sementara Marymut bermain dengan teleskop yang saya bawa selama berbulan-bulan. Pisau lipat Swiss terlihat terpasang di celana jinsnya dan tampak dirawat dengan baik.
Ibu saya sibuk dengan Aadya di depan kompor sementara ayah saya duduk tabah samping saya, meresapi semuanya dalam-dalam.
Marymut berbalik ke arah saya dan tersenyum. Kami masih tidak bisa benar-benar berkomunikasi: Bahasa Tamil saya berkarat seperti biasa dan bahasa Inggris-nya terbatas hanya selusin kata. Tapi tak masalah. Kami berdua mengerti.
Saya telah menepati janji saya.
Spoiler for Penutup:
Sebuah janji yang ditepati akan mengakhiri cerita yang berujung manis!
Spoiler for Rekomen HT:
Spoiler for sumur:
CUMA MINTA
![Ketupat emoticon-Ketupat](https://s.kaskus.id/images/smilies/lebaran05.gif)
![Ketupat emoticon-Ketupat](https://s.kaskus.id/images/smilies/lebaran05.gif)
![Ketupat emoticon-Ketupat](https://s.kaskus.id/images/smilies/lebaran05.gif)
![Sundul emoticon-Sundul](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1iy2y34.gif)
![Sundul emoticon-Sundul](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1iy2y34.gif)
![Sundul emoticon-Sundul](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1iy2y34.gif)
Diubah oleh angin26112001 16-08-2015 15:40
0
1.3K
Kutip
11
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![The Lounge](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-21.png)
The Lounge![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya