RMOL. Menpora Imam Nahrawi seperti tengah
memainkan jurus mabuk. Apa saja dilakukan
untuk menjegal langkah PSSI. Setelah melarang
PSSI menggelar kompetisi, kini Menpora berusaha
mendongkel Ketum PSSI La Nyala Matalitti.
Caranya, dengan kongres luar biasa (KLB) PSSI
untuk mencari pengganti La Nyala yang baru
terpilih April lalu.
Rencana KLB ini dikemukakan anggota Tim
Transisi PSSI bentukan Menpora, Zuhairi Misrawi
saat menerima perwakilan Jakmania yang
menggelar unjuk rasa di Gedung Kemenpora,
Senayan, kemarin. Zuhairi yakin, dengan KLB itu
sanksi FIFA untuk Indonesia bisa segera dicabut.
Dalam unjuk rasa ini, sekitar seribuan The Jak
menuntut Menpora mencabut SK Pembekuaan
PSSI agar sepak bola nasional bisa berdenyut
kembali. Pihak Kemenpora kemudian menerima
beberapa perwakilan The Jak untuk dialog. Salah
satu yang ikut dalam perwakilan itu adalah
pelatih Persija Rahmad Darmawan. Sedang dari
pihak Kemenpora diwakili Zuhairi Misrawi dan
Sekretaris Kemenpora Alfitra Salam.
"Saya diminta Pak Menteri (Imam Nahrawi)
sebagai perwakilan menemui saudara-saudara.
Pak Menteri saat ini sedang berada di luar kota,"
ucap Zuhairi membuka pembicaraan.
Zuhairi menyatakan Kemenpora tidak akan
mencabut SK Pembekuaan PSSI itu. Dia
beralasan, saat ini Kemenpora sedang
membangun tata kelola sepak bola yang
transparan. Untuk itu, pihaknya tengah
merancang KLB untuk mencari pengurus PSSI
baru.
"Kami sadar membangun tata kelola sepakbola.
Salah satu caranya, yakni kami akan gelar KLB
secepat-cepatnya. Rencananya, Desember atau
paling lama Januari," ucapnya.
Setelah pengurus PSSI baru terbentuk, Tim
Transisi akan langsung bertemu FIFA meminta
pencabutan sanksi ke Indonesia. "Kami janji
Januari bertemu FIFA dan memberikan road map
sepak bola Indonesia. Kami yakin hal tersebut
akan membuat FIFA mencabut sanksinya,"
tandasnya.
Ucapan Zuhairi membuat suasana dialog menjadi
panas. Dengan nada keras, Rahmad Darmawan
menyebut, langkah KLB itu justru akan membuat
polemik sepak bola nasional semakin parah.
"Bapak tahu tidak jika KLB itu tetap digelar yang
terjadi adalah keributan seperti yang terjadi
beberapa tahun lalu. Akan terjadi kloningan klub,
asosiasi dan lainnya. Jika itu terjadi maka akan
butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. Dua
klub yang tidak bapak-bapak izinkan berkompetisi
yakni Persebaya dan Arema Cronus itu terjadi
karena dampak dualisme kepengurusan yang
terdahulu," tegasnya.
Menurut Rahmad, harusnya Kemenpora dan Tim
Transisi melakukan pembinaan dengan cara-cara
yang elegan. Bukan malah membuat kebijakan
yang menimbulkan kerugian besar bagi dunia
sepak bola nasional.
"Mungkin karena bapak-bapak ini penguasa, bisa
saja menang dalam usaha-usaha itu (KLB). Tapi,
sekali lagi pikirkan dampak yang terjadi nantinya.
Kami ini merasakan kondisi saat dualisme
terjadi," pinta Rahmad.
Rahmad juga tidak percaya Tim Transisi bisa
bertemu FIFA. Pasalnya, tidak sembarang orang
bisa bertemu FIFA. "Bagaimana caranya bisa
bertemu FIFA? Yang kami tahu FIFA itu hanya
menemui anggotanya saja," tandasnya.
Namun, masukan Rahmad ini tidak didengar
Zuhairi. Dia keukeuh akan menggelar KLB.
"Setelah mendengar ini kami akan berkoordinasi
dengan Menpora untuk segera menggelar
kompetisi. Setelah pembekuan, acting (Plt) PSSI
adalah Tim Transisi. Kami juga akan melakukan
persiapan bertemu FIFA, kemudian menggulirkan
KLB," ucapnya, setelah pertemuan.
Sekjen PSSI Azwan Karim tidak yakin Tim
Transisi benar-benar mampu menggelar KLB itu.
"KLB itu tidak semudah yang diucapkan. Banyak
hal yang harus dipersiapkan," ujarnya, tadi
malam.
Dari sisi hukum, kata Azwan, Tim Transisi tidak
punya hak menggelar KLB PSSI. Berdasarkan
Statuta, KLB adalah ranah yang dimilik anggota
PSSI yaitu klub dan pengurus daerah. Bukan
pihak lain.
"Tim Transisi itu harus sudah bubar. Dengan
putusan PTUN Jakarta yang membatalkan SK
Pembekuan PSSI, Tim Transisi tidak ada lagi.
Sebab, Tim Transisi itu turunan dari SK
Pembekuaan itu," jelasnya.
Untuk itu, Azwan meminta Menpora memegang
spirit sepak bola yaitu fair play. Jika sudah kalah,
harus terima kalah, bukan ngotot ingin menang.
"Jadi, terimalah kekalahan," tandasnya. ***
link
1. Berawal dari orang masuk got dipoles nastak dan dijadikan pemimpin
2. Terbitlah janji kampanye mengenai punggawa yang ramping, propesional dan non transaksional
3. Akhirnya oknum ini pun terpilih jadi punggawa demi menyenangkan organisasi pendukung
4. Fix ini salah pks dan wowo
* Bentar lagi akan bermunculan nastak bentukan nahrowo yg berava pemain bola, sok mengaku netral dan sok peduli bola, padahal cuma pengen pssi di kuasai moncong berbusa