Libur panjang (apalagi ditambah cuti), pasti akan menyebabkan pekerjaan yang menumpuk. Kadang kita bingung mana yang harus dikerjakan lebih dulu. Nah, agar tidak bingung, catat semua daftar pekerjaan (atau istilah kerennya to do list). Jangan ada yang terlewat ya!

Melihat pekerjaan menumpuk, tentu kita ingin segera menyelesaikannya. Tapi ingat, bahwa waktu itu tidak bisa ditambah. Satu hari ya cuma 24 jam saja. Karenanya, tidak mungkin kita bisa menyelesaikan semua pekerjaan sekaligus dalam waktu bersama-sama. Harus satu per satu. Mindset ini harus kita tanamkan agar kita tidak kebingungan, atau bahasa jawanya grusa grusu alias gedubrakan.

Kalau kita sudah paham bahwa tidak semua pekerjaan bisa diselesaikan sekaligus, nah selanjutnya buat skala prioritas pekerjaan. Tentu kita tahu mana yang urgent dan tidak terlalu urgent. Jika memang memungkinkan, coba letakkan pekerjaan yang ringan pada prioritas awal. Mengapa? Karena kita butuh pemanasan. Seperti olah raga juga butuh pemanasan dengan gerakan yang ringan-ringan dulu. Ya kan? Nah otak kita juga butuh pemanasan setelah libur sekian lama.

Mengingat-ingat kenangan asyik saat liburan memang menyenangkan. Tapi jangan keterusan. Karena hal itu justru membuat kita terlena akan bayang-bayang masa lalu saat liburan dan membuat semakin malas. Bahasa kerennya, “ayo move on“!

Setelah liburan habis, biasanya kita ingin libur lagi. Lantas mencari-cari tanggal merah (alias liburan). Boleh sih, tapi jangan keasyikan. Karena kalau sampai keasyikan, konsentrasi kita justru teralihkan dengan rencana-rencana liburan yang akan datang. Sesekali boleh lah cari tanggal merah terdekat di kalender, tapi jangan kelamaan.

Kamu bisa membayangkan hal terburuk apa yang akan terjadi jika kamu terlalu asyik dengan ritme liburan padahal sudah di dalam kantor. Coba bayangkan betapa marahnya bos-mu jika kamu malas-malasan pasca liburan. Kalau ternyata bos-mu sangat baik sehingga tidak mungkin marah, coba bayangkan berapa dosa yang ditanggung kalau kita makan gaji buta karena kamu malas-malasan… hehehe

Atau kalau kamu seorang wirausahawan yang mana justru kamu adalah bos-nya, maka bayangkan berapa kerugian usahamu yang bakal terjadi jika kamu tetap malas-malasam. Atau bayangkan berapa kesempatan dari calon klien hilang jika kamu masih berleha-leha. Dengan membayangkan hal seperti itu, akan menggugah kita dari keterlenaan.