Dulu Dijual Rp 500 Ribu, Kini Batu Akik Diobral Rp 25 Ribu
TS
yokono
Dulu Dijual Rp 500 Ribu, Kini Batu Akik Diobral Rp 25 Ribu
Dulu Dijual Rp 500 Ribu, Kini Batu Akik Diobral Rp 25 Ribu
SURYAMALANG.COM, BLIMBING – Puluhan penjual akik se-Indonesia mengobral alias menjual murah batu-batu akik koleksi mereka dalam Bursa Batu Akik Agustusan di Plaza Araya, Selasa (28/7/2015).
Harga jual paling rendah dalam bursa ini adalah Rp 25.000 per batu akik.
Batu akik yang memiliki harga jual paling rendah dalam bursa ini, yakni batu akik jenis Sulaiman. Batu akik ini merupakan keluarga bebatuan Chalsadeon yang memiliki banyak penggemar. Dahulu harga batu akik jenis ini berkisar Rp 500.000.
“Saat ini batu jenis ini diobral mulai dari Rp 25.000 dan Rp 50.000, tergantung ukuran dan motifnya,” kata Joko, salah satu penjual batu akik di sana pada SURYAMALANG.COM, Selasa siang.
Tak hanya batu Sulaiman yang ia obral. Batu akik seperti Yahman Wulung, Pancawarna serta Pandankapas juga diobral dengan harga Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per biji. Walau diobral, Joko yang bekerja di stand Andi Jogja Gemstone menjamin keaslian batu tersebut.
Tak hanya stand Andi Jogja Gemstone yang mengobral harga batu akik. Beberapa penjual lain dalam bursa ini juga cenderung mengobral bebatuan akik mereka dengan jenis yang serupa, yaitu Pancawarna, atau Sulaiman.
Batu lain yang juga dijual murah di sini adalah batu kecubung dengan berat berkisar 17 Kg milik Aji Kurniawan Sugiarto. Batu ini dijual murah dengan kisaran harga Rp 30 juta.
“Ditempat lain, harganya di atas Rp 50 juta,” aku Aji.
Selain itu, adapula batu akik yang berbentuk bulat yang proses pengerjaannya membutuhkan waktu lebih dari satu hari. Di tempat Aji, batu akik dengan model seperti ini juga dijual murah mulai dari Rp 100.000.
Alasan harga murah ini, karena batu akik kini tak lagi langka alias batu akik mudah ditemukan di banyak tempat. Pembeli juga sudah mulai pintar, dan memahami batu akik sehingga mereka tak asal beli.
Ketua Panitia Kegiatan, Wahyu Firdaus menambahkan, bebatuan Chalsedon, mulai dari pancawarna, hingga batu Sulaiman ada, dan mudah ditemukan di banyak tempat Indonesia.
“Bahkan, penjualannya juga sampai ke tingkat RT,” kata Wahyu Firdaus.
Walau demikian, lanjut Wahyu, tak semua batu akik jenis Chalsedon harganya turun. Bebatuan seperti Bacan, Black Oval, Raflesia, Red Baron Pacitan masih memiliki harga tinggi di masyarakat. bursa ini batu-batuan ini harganya masih jutaan rupiah. “Harganya masih stabil,” tambahnya.
Wahyu menambahkan, pameran ini berlangsung hingga 2 Agustus 2015. Pameran ini diikuti oleh lebih dari 30 penjual batu akik di Indonesia, termasuk Kota Malang.
Selain mengobral batu akik, pameran ini juga menawarkan batu-batu akik bermotif langka, seperti ikan koi, pemandangan gunung, serta naga yang memiliki harga yang sangat tinggi.
Salah satunya batu akik motif Ikan Koi. Batu akik ini sempat ditawar Rp 120 juta tapi belum dilepas dengan alasan pemiliknya masih ingin mengikutkan lomba.
“Batu ini memang sudah beberapa kali menang event nasional, tapi saya masih belum puas,” aku Andi Sibob, pemilik batu motif ini.
Saya lbih suka ngoleksi batu bata dripada batu akik biar bisa bngun rmah
Quote:
Original Posted By netloader►ane posting ini aja deh :
halo, masi nget saya ?
Spoiler for gambar:
dulu aku dihargai sangat mahal, bahkan sampai ada yg rela membeli saya dengan harga ratusan juta... gak sedikit ada yg menganggap saya sebagai pembawa rejeki.... lalu bagaimana nasib saya sekarang ?
Spoiler for sekedar artikel sharing dari FB:
Waspada "MONKEY BUSINESS"
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50.000,- per ekor. Padahal monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50.000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut..
Maka si orang kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100.000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan "angin segar" bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150.000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500.000,- per ekor!
Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350.000,- / ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- . Bagaimana...?".
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun...
Kemudian...
Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu!
Selamat datang di Wall Street..!
Inilah yang dikatakan orang "Monkey Bussiness"!
Hati-hati Bro... jangan terjebak oleh "Monkey Business"...
Seperti pohon Anthorium
Seperti ikan Lohan
Seperti semua barang yang kita beli tetapi bukan karena kita membutuhkan nya..
Hati hati Monkey Business yang sekarang lagi marak adalah
"DEMAM BATU AKIK"
Quote:
Original Posted By kakekserbatahu►PacitanNews – Trend batu akik yang semula sempat memboming, kini perlahan mulai meredup. Menurut sejumlah sumber, menurunnya demam batu akik belakangan, memang disebabkan beberapa persoalan. Satu diantaranya, sudah semakin luasnya kepemilikan akik bagi masyarakat. ?Salah seorang pengusaha ternama di Pacitan, Sugiharto mengatakan, sejak setahun demam batu akik menelisik semua strata masyarakat, kini trend tersebut memang mulai turun. Salah satu indikatornya, karena banyaknya masyarakat yang sudah memiliki dan mengenakan batu akik. Baik dalam bentuk cincin, liontin, ataupun perhiasan-perhiasan lainnya. “Kondisi ini yang menyebabkan perdagangan batu akik mulai lesu,” kata pengusaha minyak ini, Kamis (7/5).
Sugi, begitu Sugiharto karib disapa mengungkapkan, dengan banyaknya masyarakat yang sudah mengenakan akik, tentu daya beli mereka juga semakin kendur. Kalaupun masih ada geliat transaksi pembelian akik, itu hanya menyasar dikalangan kolektor yang memang menginginkan varian baru. “Karena mereka belum punya, sehingga ada upaya mencari serta membelinya,” terangnya pada wartawan.
Trend batu akik, memang bakal mengalami pasang-surut. Terlebih kondisi ekonomi masyarakat saat ini lagi terpuruk. Akan tetapi, demam bebatuan mulia, diprediksi akan kembali menghangat pada waktu tertentu. Udin, salah seorang penggemar bebatuan akik mengatakan, sudah hukum ekonomi, ketika kebutuhan masyarakat terpenuhi, animo pembelian terhadap barang tertentu yang merupakan kebutuhan sekunder ataupun tersier, pasti akan mengalami degradasi. Akan tetapi, pada saatnya nanti, trend tersebut bakal kembali mengemuka. “Terlebih ketika ada sekelompok orang yang cukup berpengaruh, kembali memopulerkannya. Tentu trend akik akan kembali menggeliat,” jelas Udin, secara terpisah.
Sementara itu pendapat berbeda disampaikan, Nur, yang juga kolektor batu akik Pacitan. Menurutnya, sekalipun lintas perdagangan batu akik mulai lesu, namun omset perajin akik tetap stabil. Bahkan cenderung mengalami kenaikan. Nur mengakui, memang belakangan sudah banyak orang memakai akik. Sehingga daya beli mereka terhadap bebatuan mulia terus menurun. Namun, dari semula membeli akik siap pakai, mereka beralih membeli bahan yang dianggap lebih murah. Selain itu, ada keasyikan tersendiri, ketika bahan tersebut dibelah dan dibentuk bebatuan mulia di perajin. “Karena alasan itulah, omset perajin akik tetap bertahan bahkan cenderung meningkat,” pendapatnya. (yun).
Penjualan Batu Akik di Solo Mulai Menurun
Berita UtamaSurakartaSolo27 Juli 2015
Seorang anak kecil sedang melihat akik pada Pameran Bursa dan Wisata Kerajinan Batu Akik dan Batu Mulia, Minggu (19/04/2015) di kawasan Sitihinggil Keraton Solo. Pada acara tersebut Keraton Solo tak ketinggalan memamerkan koleksi batu akik milik kerabat dan putra dalem. Foto: Joglosemar/Maksum Nur Fauzan
SOLO- Penjualan batu akik di Kota Solo mulai menurun setelah perayaan Lebaran tahun ini. Bahkan, momentum Lebaran yang diharapkan dapat mendongkrak pemasaran justru lebih mengalami penurununan penjualan dibanding pekan terakhir bulan puasa lalu.
Menurut keterangan Haryono, penjual akik di bagian utara Alun-alun utara Keraton Solo menuturkan semenjak perayaan hari raya Idul Fitri 1436 H penjualan batu akik mengalami penurunan hingga 50 persen dibanding saat Lebaran.
“Saat ini penjualan menurun hingga 50 persen dibanding Lebaran,” ucapnya kepada Joglosemar, Sabtu (25/7).
Lebih lanjut, Yono sapaan penjual akik kelahiran Klaten ini menyampaikan, selain untuk berlebaran kebutuhan masyarakat digunakan untuk persiapan tahun ajaran baru 2015-2016. Menurutnya, saat ini pedagang hanya mengandalkan penjualan dengan mengikuti pameran.
“Setelah habis untuk berlebaran, para penggemar akik sedang fokus untuk pembiayaan pendidikan memasuki tahun ajaran baru,” terang bapak dua anak yang sebelumnnya menjadi pengusaha stiker.
Terpisah, Sunardi perajin batu akik di sekitar Pasar Burung Depok membenarkan hal tersebut. Menurutnya, dalam satu pekan terakhir, perajin sudah jarang mendapatkan pesanan pengerjaan dan pembelian batu akik.
“Kendati selama Lebaran banyak pemudik yang datang di Solo, perdagangan batu akik juga sepi. Situasi tersebut tidak sesuai dengan perkiraan kami,” ujarnya.
Gelembung Sabun
25 Februari 2015 20:29:12 Dibaca : 76

-
Batu akik, sekarang sedang mendapatkan perhatian lebih. Yang tadinya, biasa saja, sekarang 'luar biasa'. Orang ramai-ramai melihat, memburu, & membeli batu akik. Entah memang hobi, koleksi atau hanya ikut-ikutan. Pameran batu akik di Bandung, yang diberi judul Festival Batu Akik, Selasa (24/2/2015) bertempat di RRI Bandung, jalan Diponegoro sebelah Lapangan Gasibu. Berbagai batu akik dipajang. Aneka motif khusus, katanya banyak diburu kolektor. Tawaran harganya fantastis. Jutaan hingga ratusan juta rupiah. Begini cerita salah satu peserta pameran (dikutip dari detik). Nama penjual batu akik asal Aceh ini, Oba. Koleksinya istimewa. Motif sperma & Lumut Aceh. Motif Lumut Aceh, ia tawarkan Rp 150 juta. Akik seharga Avansa ini dipasang harga segitu, setelah juara 2 pada kompetisi batu akik di Jakarta sebelumnya. Lumut Aceh, kalau kena cahaya terlihat lumut di dalamnya. Batu akik ini adalah batu mulia jenis Natural Indocrase. Batuan yang sudah langka, kata Oba. Ada lagi koleksi unik lain. Yaitu bergambar sperma. Warnanya kuning gading. Terlihat ada bentuk lonjong, dengan ekor di belakangnya. Tawaran harganya, 'cukup murah', Rp 50 juta. Melihat cerita di atas, saya jadi teringat beberapa peristiwa serupa. Fenomena khas Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, kita sudah sering & berulang dihebohkan fenomena bunga Anturium. Sama, harganya, setinggi 'langit'. Semua sibuk, 'beranturiumkan' diri. Mulai menanam, membeli, menjual,memburu seperti kesetanan. Semua sibuk, serba Anturium. Suka, apa tidak, pokoknya Anturium man! Berbagai jenis-jenis Anturium, tiba-tiba diburu. Pedagang bunga pemilik stok Anturium, meraup untung besar. Baik pedagang, ataupun 'mendadak pedagang'. Sebenarnya, yang meraup yang untung besar tentulah 'spekulan'. Yang 'memprovokasi', hingga harga melambung. Harga 'tidak masuk' akal. Ketika itu, beberapa orang menduga & saya setuju. Fenomena itu hanya sebentar. Akan segera berganti, dengan barang lain. Entah siapa yang mampu mengkondisikan situasi seperti ini. Masih ingat kehebohan barang-barang di bawah ini:
Berapa kira-kira umur fenomena seperti itu? Awas, sebentar lagi meletus, seperti gelembung sabun! Kemudian berganti dengan barang lain. Terus, apa masalahnya? Kalau anda penggemar, menyukai keindahannya, atau keantikannya, tidak masalah. Karena memang suka, hobi baik-baik saja. Saat Anturium dulu, semua berburu. Dengan harga berapapun dibayar. Dengan harapan, bisa menjual kembali dengan harga berlipat-lipat. Ketika situasinya berangsur-angsur berkurang, harga mulai turun drastis. Waktu itu, ada Anturium asal Kabupaten Karanganyar Surakarta, jenis tertentu ditolak ketika ada yang menawar sekitar 1M. Entah benar atau tidak. Ketika tren turun, kehebohan mereda, dia coba tawarkan lebih murah, masih sulit. Sudah habis trennya. Hilang momennya. Batu akik punya nasib seperti Anturium? Sederhana, cara memeriksanya. Tidak ada pihak yang berani memberikan jaminan, ketika dijual kembali. Masihkah seharga belinya? Bandingkan dengan emas & berlian! Bawa batu akik seharga avansa itu ke bank, bisa untuk jaminan tidak? Cairkah kreditnya? Itulah, cara sederhana memeriksa 'kesaktian' barang. Sudah terlalu banyak peristiwa seperti itu. Dan biasanya, masyarakat yang tidak paham, dirugikan. Kemudian sulit mendapatkan kembali duitnya. Ingat Koperasi Langit Biru di Tangerang? Duit yang terkumpul hingga satuan T. Akhirnya, ketika si pengurus meninggal. Kemana menuntut pengembalian miliknya? Juga lainnya. Tulisan ini, hanya mengingatkan. Fenomena batu akik, menurut hemat kami mirip fenomena-fenomena sebelumnya. Andaikan sebatas hobi, tentu tidak perlu kawatir. Akan tetapi, ketika berharap meraup keuntungan fantastis, bisa menjebak kalau tidak hati-hati. Salam..
Yg ini terjadi ama temennya temen kakek (sebut aja A) waktu booming anthurium dulu.
A jualan anthurium kecil2an, anthurium yg kecil dibeli ama kenalan baru (B) dengan harga di atas harga pasar 3 jutaan. Terus B itu cerita dia sanggup beli seharga 400 juta kalo A mampu cari anthurium yg buesaar. B kasih nomor telepon kalau2 A nemu anthurium yg dimaksud.
Kira2 seminggu kemudian dia dideketin ama kenalan baru lagi (C), ngobrol punya ngobrol... C cerita kalo punya Anthurium seperti ciri2 itu... dia hargain cuma 200juta. tawar menawar dilepas harga 175 juta. Deal... jual mobil kijang beli cash anthurium dari C.
Dan sudah bisa ditebak akhir cerita... B ama C ngacir gak bisa dihubungin lagi....
tinggal A yg meratapi anthuriumnya yg makin layu...
cuma mo bilang hati2 aja, cerita anthurium itu bisa diganti akik.
bisnis monyet sederhana
Diubah oleh yokono 29-07-2015 03:12
0
25.6K
Kutip
196
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!