calvinkaskusAvatar border
TS
calvinkaskus
Bisnis Go-Jek, Bisnis Kepedulian
Biasanya orang berbisnis untuk kaya. Betul. Tapi, seharusnya ini bukan menjadi pemacu utama seorang calon entrepreneur untuk memulai bisnisnya.

Di setiap seminar/workshop tentang entrepreneurship, saya tekankan bahwa bisnis itu perlu PURPOSE. Mungkin lebih ngetopnya disebut VISI. Buat saya, visi sebuah bisnis itu harus sama dengan purpose kenapa bisnis itu dibuat. Dan, sifatnya HARUS MULIA.

Visi/Purpose YOT: to create stronger generations of Indonesia. Simple, gampang diingat, dan memang ini tujuan kenapa YOT dikembangkan sampai seperti sekarang. Dan, setiap kali saya lagi 'down', saya kembali mengingat visi/purpose ini. So far, saya selalu kembali semangat setiap kali saya mengingat visi/purpose-nya YOT.

Dalam tulisan kali ini, saya ngga mau bahas soal YOT. Yang saya mau bahas: Go-Jek.

Semua orang mungkin sudah tau Go-Jek. Foundernya, seorang anak muda lulusan Harvard University. Sebuah universitas terbaik di Amerika Serikat (dan dunia). Saya belum kenal dengan sang founder, tapi kalau dengar-dengar dari orang-orang yang cerita, katanya Go-Jek ini adalah thesisnya dia di Harvard yang dia terapkan, dan sukses seperti sekarang.

Minggu lalu saya kebetulan makan siang dengan Steve Kosasih, CEO Trans Jakarta & Gunawan Susanto, CEO IBM Indonesia. Di kesempatan itu Steve yang kebetulan kenal dengan founder Go-Jek, cerita ke kita soal Go-Jek.

Tau ngga YOTers, bahwa tukang-tukang ojek yang sekarang gabung di Go-Jek penghasilannya bertambah berkali-kali lipat? Steve yang ngaku sering naik Go-Jek sempat ngobrol sama seorang pengemudi Go-Jek. Dia nanya berapa pendapatannya. Dia sempat dijawab, " Saya kurang rajin orangnya, Pak. Kalau teman-teman saya lebih rajin, jadi pendapatan mereka lebih besar."

Steve pun penasaran dan nanya lagi berapa pendapatan dia. (Maaf kalau saya lupa/salah), dijawab oleh pengemudi Go-Jek itu: Rp4jutaan - 7jutaan / bulan. Sementara teman-temannya yang rajin bisa Rp9juta - hingga diatas Rp10juta. ***Steve, mohon koreksinya kalau kurang tepat ya.

Anyway, sebuah angka yang menakjubkan (buat saya). Saya pikir, tukang ojek itu penghasilannya palingan Rp.1-2jutaan. Mungkin dulu cuma segitu, tapi sekarang yang gabung ke Go-Jek bisa berpenghasilan segitu, amazing! Kalau dipikir-pikir, masuk akal juga. Kenapa? Karena kalau dulu, mayoritas waktunya mereka dihabiskan menunggu di pangkalan ojek. Kalau sekarang, mereka yang 'jemput bola'. Pake app, mereka bisa tau siapa yang lagi butuh. Mereka samperin.

Yang sering dibahas di artikel, Go-Jek bantu masyarakat urban di dalam kemacetan. OK, itu bener, tapi kalau saya lebih salutnya: Go-Jek bisa ngebantuin para tukang ojek memperbaiki tingkat penghasilannya. Kebayang ngga ribuan Go-Jek yang menjadi kepala rumah tangga kini mungkin bisa menyicil rumah, atau menyewa rumah yang lebih layak, memberikan makanan yang lebih bergizi atau sekolah yang lebih layak untuk anak-anaknya?

Satu hal lagi, tanpa disadari Go-Jek juga bantuin banyak UKM! Yang tadinya para UKM ini ngga bisa menjangkau customer yang ngga bisa dateng ke tokonya, sekarang para UKM ini bisa ngirim barang/makanannya via Go-Jek. Bayangin, berapa banyak bisnis UKM yang terbantukan karena Go-Jek?

Ini contoh nyata dari yang saya bilang: Bisnis itu Peduli. Semua bisnis harus punya visi/purpose yang mulia.

Semoga saya bisa kenal sama Nadiem. emoticon-Smilie Pengen belajar dari dia. Nanti saya share lagi hasil obrolan saya kalau saya udah ngobrol sama dia ya.

Sumber:Yot
0
1.7K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.