Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

comANDREAvatar border
TS
comANDRE
'Mencari Hilal': Jendela Kecil bagi Dunia Islam di Nusantara


'Mencari Hilal' adalah keberkahan sebuah film, karya yang dibuat begitu mendalam lewat skenario bersahaja tulisan Bagus Bramanti dan Salman Aristo. Film ini bercerita soal perjalanan ayah-anak berbeda kutub, masing-masing diperankan dengan begitu gemilang oleh Deddy Sutomo dan Oka Antara; permainan keduanya membawa dampak emosional yang luar biasa. Visi Ismail Basbeth ('Another Trip To The Moon’) sebagai sutradara di film ini amat cakap, didukung oleh sinematografi dari Satria Kurnianto ('Another Trip To The Moon') yang cekatan membingkai cakrawala pemandangan alam jadi latar duet erat antarkedua karakter utama, membuat film ini terasa begitu sensitif, dan dekat dengan keseharian.

Heli (Oka Antara, 'Sang Penari'), seorang aktivis kemanusiaan, sudah lama hidup menyendiri jauh dari ayah dan kakaknya yang tinggal di kampung. Kini, setelah sekian lama ia tak pulang mengunjungi keluarganya, akhirnya ia datang juga. Bukan lantaran kangen, tapi karena ia sedang butuh bantuan kakaknya, seorang pegawai imigrasi, untuk membuatkannya paspor agar ia dapat berangkat ke Nikaragua demi misi kemanusiaan di sana.

Di hari kedatangannya, Pak Mahmud (Deddy Sutomo, 'Janur Kuning', '2014'), ayahnya yang sangat taat beragama (Islam), sedang bersiap-siap pergi meninggalkan rumah demi misi mencari hilal, ritual yang sudah lama tak dilakukannya semenjak nyantri dahulu kala. Pak Mahmud resah ketika mendapati fakta bahwa sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah demi menentukan tanggal Hari Raya Idul Fitri menelan biaya miliaran rupiah. Ia tak habis pikir, menurutnya sidang untuk melihat hilal tersebut tak perlu menghabiskan biaya sebanyak itu. Lantas bertekadlah ia untuk pergi ke suatu tempat yang sudah puluhan tahun lamanya tak pernah ia datangi kembali, demi melihat hilal, sebelum ajalnya menjemput.

Heli diminta kakaknya untuk menemani perjalanan sang ayah, dengan ancaman --bila tidak-- paspornya tak akan ia buatkan. Lalu ayah-anak yang tak akur itu pergi bersama menapak tilas romantisme masa lalu sang ayah. Mereka menaiki bus, angkot, mengendarai sepeda motor, menumpang mobil, hingga berjalan kaki dan tersesat. Sepanjang perjalanan Heli sempat meminta ayahnya untuk menyerah dan pulang saja lantaran tak kunjung menemukan tempat yang dituju, Heli bahkan dengan sengaja membawa ayahnya nyasar demi membuat ayahnya berhenti, tapi Pak Mahmud tetap fokus pada tujuan perjalanan dan Heli hanya bisa kesal, tersiksa memenuhi tuntutan ayahnya.

Ketegangan antara ayah dan anak itu pun menyeruak: Heli tidak dapat memahami pentingnya perjalanan itu, dan ayahnya tidak dapat memahami ketidakpekaan Heli terhadap keyakinan agama yang dianutnya. Cara film ini bercerita begitu menyentuh dan kaya dengan makna. Pembuat film membawa road-trip mencari hilal untuk mengembalikan kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda, antara anak dan ayah, dan antara pembangkangan dan penerimaan nilai-nilai agama.

Dampak visual film ini luar biasa, rasanya seolah-olah kamera hanya menangkap begitu saja momen-momen yang terjadi untuk menghadirkan keindahan sekaligus kesederhanaan. Deddy Sutomo adalah aktor yang luar biasa, dan layak diganjar piala atas perannya di film ini. Dan, berbicara soal seni peran, salah satu hal lainnya yang menakjubkan bagi saya, film ini dipenuhi karakter-karakter pendukung yang diperankan oleh aktor-aktor mumpuni. Karakter-karakter yang kelihatannya remeh seperti pedagang warung, pemuda desa, hingga tukang montir bengkel tak bernama tampil begitu hidup dan menambah nilai realisme film ke level yang lebih jauh lagi. Jarang sekali film Indonesia memiliki jajaran pemain pendukung sesolid yang ditampilkan film ini.

'Mencari Hilal' adalah film yang sangat baik, tidak hanya sebagai kisah yang sangat manusiawi dari hubungan ayah-anak, tapi juga sebagai sebuah jendela kecil ke praktik dunia Islam di Nusantara. Ini adalah film yang merangsang pemikiran, menyenangkan dan dibuat dengan baik; menggambarkan muslim sebagai manusia yang berdarah daging, bukan karikatur. Tak ada stereotip di sini. Dan, keindahan film ini adalah menyaksikan perkembangan hubungan Pak Mahmud dan Heli, tantangan yang mereka hadapi, dan orang-orang yang mereka temui dalam perjalanan. Kita melihat kesenjangan generasi yang jelas di dalamnya, dan film ini mencoba menjadi jembatan agar keduanya mampu berkomunikasi satu sama lain.

Shandy Gasella pengamat perfilman Indonesia

sumber

emoticon-Recommended Seller
0
3.8K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.