Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

winnerjamesAvatar border
TS
winnerjames
Backpacker ke Maldives - Paradise on Earth


Maldives.. Mungkin di bayangan travelers sekalian adalah sebuah negara dengan pantainya yang cantik, langit biru, pasir putih, dan keindahan sebuah tempat berlibur yang eksotis. Mungkin juga di bayangan travelers adalah sebuah negara yang mahal, yang tidak ramah kantong ala-ala backpacker. Nah tanggal 25 Juni 2015 kemarin saya berkesempatan mengunjungi Maldives bersama seorang teman saya. Berikut laporannya.

Departure

Kami berangkat dari Surabaya menuju Jakarta terlebih dahulu dengan pesawat Air Asia (tiket pp sekitar IDR 1.2 juta / orang). Kemudian dari Jakarta kami naik pesawat Mihin Lanka menuju Colombo (ibu kota Srilanka). Penerbangan Jakarta - Colombo sekitar 5 jam (ditambah perbedaan waktu 1.5 jam). Setelah sampai di Colombo, kami harus transit naik Srilankan Airlines menuju Maldives. Penerbangan Colombo - Male sekitar 1.5 jam (ada perbedaan waktu Srilanka dan Maldives setengah jam).

Tiket PP Jakarta - Colombo - Male naik Mihin Lanka (beli dari bulan Oktober 2014) adalah sekitar USD 429. Cukup murah kan?

Pesawat Mihin Lanka dan Srilankan Airlines

Well.. penerbangan dengan Mihin Lanka bukanlah sebuah penerbangan yang nyaman ala-ala Cathay Pasific atau sebangsanya. Malah kami merasa Mihin Lanka ini sejenis Air Asia dengan jarak kursi yang cukup dekat, susah selonjor, tidak ada entertainment dalam pesawat. Makanan yang disajikan pun ala India/Srilanka gitu, dengan bumbu kare nya yang khas. Yah maklum deh, Mihin Lanka merupakan salah satu penerbangan low budget dari negara asalnya.

Penerbangan dengan Srilankan Airlines menuju Maldives tidak kalah parahnya. Pesawat lebih kecil dan tempat duduknya keras. Untungnya cuma satu jam lebih dikit. Maklum juga sih di Male airportnya kecil. Mungkin karena itu pesawat besar tidak disarankan menuju sana ya…

Bandara Ibrahim Nasir dan Maafushi

Spoiler for Bandara Ibrahim Nasir Maldives:


Sesampainya di Bandara Ibrahim Nasir, Male, kami langsung dijemput oleh pihak dari hotel dengan menggunakan speed boat. Sedikit ulasan mengenai bandara ini. Bandara Ibrahim Nasir merupakan bandara internasional yang tidak terlalu besar. Yah, kira-kira sebesar airport Ngurah Rai Bali yang lama deh. Dan di sana tidak ada mobil. Keluar airport langsung pelabuhan/dock. Dan di sana sudah tersedia ferry untuk mengantar penumpang ke Male City. Ferry menuju Male City setiap 10 menit sekali berangkat. Hanya saja kalau menuju resort atau pulau yang jauh disarankan naik speed boat yang biasanya disediakan hotel untuk transfer. Tidak bisa naik taksi (kecuali ke Hulhumale yang berada satu pulau dengan bandara).

Perjalanan dari airport menuju Maafushi memakan waktu 45 menit naik speed boat. Siap-siap dibanting kiri-kanan ya kalo pas ombaknya besar. Banyak turis yang ga kuat bisa kena sea sick (mabuk laut).

Maafushi sendiri adalah sebuah pulau destinasi wisata di Maldives yang sering dikunjungi turis. Letaknya di selatan Male City. Pulaunya tidak terlalu besar, dan dikelilingi oleh pantai-pantai yang indah. Tetapi tidak semua pantai boleh berjemur. Turis hanya boleh memakai pakaian renang di area tourist beach. Tourist beach ini areanya tertutup dan tidak kelihatan dari luar, dan hanya turis yang boleh ke sini. Masyarakat lokal jarang. Ingat, Maldives adalah negara muslim.

Arena Beach Hotel

Spoiler for penampakan Arena Beach Hotel Maafushi Maldives:


Sebagian besar dari pulau ini terdiri dari hotel dan rumah penduduk. Harga penginapan di sini pun tidak terlalu mahal. Hotel yang kami pilih, Arena Beach Hotel memasang tarif sekitar IDR 1 juta / malam. Hotel ini sangat nyaman. Saran kami pilihlah kamar yang menghadap laut (sea view). Selain itu depan area Arena Beach Hotel sudah langsung akses terhadap pantai. Tidak perlu repot-repot berjalan jauh menuju pantai.

Pros: kamar nyaman (pilihlah kamar yang menghadap laut), pelayanan ramah, kamar dibersihkan setiap hari, langsung akses ke pantai, banyak pilihan excursion (wisata), makanannya relatif enak di lidah orang Indonesia.

Cons: wifi yang lambat, banyak lalat di ruang makan.

Spoiler for makan siang seharga USD 10++ di hotel:


Excursion

Spoiler for salah satu sandbank:


Pilihan wisata (excursion) yang disediakan Arena Beach Hotel cukup menarik dan beragam. Buktinya banyak sekali turis yang menginap di hotel lain tapi mengikuti excursion yang disedikan hotel kami. Harga excursion beragam mulai dari USD 30 - 45. Pilihannya antara lain ada scuba diving (snorkeling) di banyak titik, melihat ikan manta, makan siang di sandbank (pulau kecil yang hanya terdiri dari pasir dan akan tenggelam bila pasang), melihat penyu, memancing siang hari, memancing malam hari, scuba diving malam hari, dan wisata resort. Khusus wisata resort, pengunjung harus membayar tiket masuk ke resort sekitar USD 49 per orang.

Satu ketika, kami berdua bosan dengan scuba diving setiap hari. Akhirnya kami menuju ke salah satu “toko” water sport di Maafushi. Water sport di sana menyediakan wahana seperti wake boarding, surfboarding, ski-boarding, banana boat, knee boarding, sailing, dan banyak macam-macam olahraga air lainnya. Harganya cukup mahal. Saya dan teman saya yang memilih wake boarding ditarik USD 50. Oya, jangan lupa harga yang tertera di atas kertas mereka bisa ditawar ya. Kami berhasil menawar dari USD 36 menjadi USD 25. Bahkan dari cerita salah satu turis dari Malaysia, dia bisa mendapatkannya dengan harga hanya USD 20!

Male City

Spoiler for suasana Male City, ibukota Maldives:


Hari keempat, saat sedang bosan-bosannya kami scuba diving, kami berdua memutuskan untuk berjalan-jalan menuju Male City. Setelah tanya sana sini, akhirnya kami mendapatkan informasi kalau kapal ferry dari Maafushi menuju Male berangkat setiap jam 8 pagi, dan pulangnya jam 3 sore. Kami juga harus membeli tiket ferry dulu di toko kelontong terdekat. Harga tiket ferry satu arah USD 2 / orang. Perjalanan menuju Male kurang lebih 1.5 jam naik ferry.

Male City adalah ibukota Maldives. Kotanya merupakan pusat perniagaan dan ekonomi Maldives. Suasana kotanya sangat padat. Bahkan orang-orang sana naik sepeda motor tanpa menggunakan helm. Mengapa? Karena jalanannya kecil dan padat, sehingga tidak bisa ngebut.

Male City tidak terlalu besar. Dari ujung ke ujung bisa ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 20 menit. Suasananya juga ramah turis, alias tidak ada mata-mata yang memandang aneh melihat kami orang Asia timur (bayangkan kalau di Surabaya ada bule jalan, pasti pada ngeliatin kan?).

Lantas apa aja yang bisa dilihat di Male City? Sayangnya, tidak banyak. Kami hanya mengunjungi museumnya. Museum tersebut menarik tarif USD 15 untuk 2 orang (sudah termasuk ijin foto). Sayangnya lagi, di museum itu menurut kami tidak ada apa-apanya. Barang-barang yang dipajang di sana tidak terlalu tua. Mungkin sejarah Maldives juga belum tua-tua amat.

Setelah itu kami mengunjungi fish market atau pasar ikan yang terkenal di sana. Di sana beragam jenis ikan (sebagian besar tuna) dipajang di lantai. Iya, di lantai. Banyak sekali. Juga banyak turis yang rela ke sana untuk sekedar melihat-lihat pasar ikan yang terkenal ini.

Setelah itu? Well, tidak ada lagi. Sisanya kami mengunjungi masjid, taman, yang menurut kami biasa saja. Tidak ada yang spesial. Dan kami pun segera menuju dock untuk kembali ke Maafushi.

Other Experience

Spoiler for Maafushi, beach, sea, sky, and sun:

Maldives adalah sebuah negara yang merupakan kumpulan dari pulau-pulau kecil. Dari satu pulau ke pulau lain sarana transportasi yang digunakan adalah kapal ferry. Bagi teman-teman yang ingin backpacker ke sana, disarankan download jadwal keberangkatan kapal ferry tersebut di website milik pemerintah setempat (search google). Waktu tempuh antar pulau juga terbilang panjang. Dari Maafushi menuju Male City ditempuh selama 1.5 jam naik ferry.

Selain itu bagi teman-teman yang mudah mabuk laut, disarankan membawa antimo. Perjalanan menuju titik snorkeling dengan kapal speedboat sudah terbukti “memakan korban”. Kami satu rombongan dengan turis asal Kroasia, Taiwan, Singapore, dan Malaysia hendak snorkeling di satu titik. Gelombang yang tinggi membuat speedboat kami terbanting-banting. Alhasil, turis dari Singapore dan Taiwan muntah-muntah. Untungnya saya dan teman saya kuat naik kapal ya.

Jangan lupa bawa sunblock juga. Matahari di sana sangat panas menyengat.

Oya, air bersih di Maldives sangat mahal. Dan toko kelontong setempat menjualnya dengan harga yang cukup fantastis. Air mineral botol ukurang sedang saja sekitar USD 1.5. Sedangkan botol besar dihargai USD 3. Makan di sana juga cukup menguras kantung kami. Sekali makan minimal USD 10. Tapi makanannya enak sih.

Waktu berkunjung paling ideal adalah selama bulan Desember hingga Juni. Cuaca masih sangat cerah, tidak hujan, gelombang tidak begitu tinggi.

Akhir kata

Perjalanan kami kali ini ke Maldives begitu menarik. Sebuah negara yang hanya sering kami lihat di internet setiap malam, dengan pemandangan yang begitu menakjubkan. Untuk pantainya, tidak diragukan lagi, seperti gambar-gambar di kartu pos: langit biru, laut jernih, pasir putih, dengan pohon kelapa yang rindang.

Sebenarnya kami hendak melihat glowing sand di sana. Tapi fenomena alam yang satu ini munculnya sangat jarang dan cuma sesekali. Selama 7 hari kunjungan kami kesana, kami kurang beruntung melihat plankton-plankton yang bersinar di tepi pantai. Mungkin lain kali ya. Karena Maldives, kami pasti akan kembali lagi ke sana suatu hari kelak.

Spoiler for Contoh foto glowing sand di Maldives:
Diubah oleh winnerjames 04-07-2015 14:48
0
7.3K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
MancanegaraKASKUS Official
5.9KThread2.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.