Pilpres 2014 lalu merupakan pengalaman mengerikan bagi sebagian orang di Indonesia, termasuk TS.

Pada event itu ada kelompok SCRIPT WRITER yang membuat ribuan hingga jutaan artikel di internet tentang ajakan memilih salah satu kandidat yang mereka sebut2 sebagai seseorang yang membela kepentingan islam, agama yang mayoritas di Indonesia. Ajakan tersebut tentu ditujukan kepada umat Islam di Indonesia yang jumlahnya ±85% pemilih, kenapa? Ya karena ketentuan pemenangnya itu adalah yang mendapatkan suara 50% + 1 suara.

Apa hal tersebut salah? Tentu tidak, yang menjadi salah karena artikel tersebut dimasukkan rekayasa2 yang mendeskirbsikan bahwa kandidat lainya adalah kelompok yang bukan Islam, kafir, Liberal, Yahudi dan sebagainya dan sebagainya. Tidak hanya sampai disitu, artikel2 itu juga menyebarkan kebencian2 terhadap agama lain. Kenapa sampai begitu? Karena yang mereka jualbelikan untuk memperoleh suara adalah agama (bukan visi, misi, dan prestasi) dan saat kita berbicara soal agama maka PERASAAN yang bermain disini, bukan LOGIKA. Perasaan itu soal Cinta dan Benci, mereka mengarahkan pemilih untuk mencintai kandidatnya dengan cara menghadirkan kebencian pada kandidat serta umat beragama lainya.

Sebetulnya sudah sejak lama mereka menyebarkan “kebencian” terhadap umat beragama lain demi mendapatkan “kecintaan” dari umat Islam hanya saja menjadi intensif dan sporadis saat pilpres kemarin.

Sekarang konflik antar umat beragama kembali terjadi di papua. Dengan sigap mereka langsung membuat artikel di internet bahwa “ ketika Islam menjadi minoritas, toleransi beragama tidak berlaku”. Menurut TS pelaku penyerangan sangat bersalah. Tapi kita tidak bisa mengecilkan dan melupakan andil dari ribuan hingga jutaan artikel2 yang menyebarkan kebencian yang telah dibuat oleh kelompok SCRIPT WRITER tadi, sebab Minoritas dan Mayoritas hanya soal lokasi.
Sekarang coba di fikir apa yang telah dilakukan oleh kelompok SCRIPT WRITER tersebut untuk mengatasi konflik beragama seperti ini? GAK ADA. (Jangankan bertanggung jawab atas artikel2 kebencaian mereka) Justru dengan konflik seperti ini mereka senang karena punya ’bahan’ untuk membuat artikel yang ujung2nya mengajak pembaca untuk mempercayakan negeri ini pada mereka sebagai kelompok yang ‘membela kepentingan Islam’.

Bagi TS apa yang dilakukan oleh kelompok SCRIPT WRITER itu adalah perbuatan yang sungguh keji, karena memanfaatkan agama hanya untuk kepentingan politik mereka saja. TS sadar bahwa TS tidak punya kekuatan untuk menghentikan konflik seperti ini, tapi setidaknya TS berusaha untuk mencegah konflik seperti ini terjadi dengan cara meningkatkan toleransi beragama. Dan TS mengajak semuanya untuk paling tidak berhenti menyebarkan kebencian antar umat beragama di Indonesia.

#StopMenyebarkanKebencian
#StopSpreadingHatred
Karena saya adalah Naruto, Kita adalah Naruto
Because I am Naruto, We are Naruto