Tokoh-Tokoh Utama di cerita ini :
1. Ane sendiri
2. Mas Pekok disingkat MP ( nama samaran )
3. Mas Bentoel disingkat MB ( Nama Samaran )
4. Mbak Mia Disingkat MM ( Nama Samaran )
PART 1 : PREPARE TO CLIMB
Cerita pengalaman real ini terjadi pada akhir tahun 2004, waktu itu ane bersama rekan-rekan penggiat alam dari salah satu organisasi kepencintalaman Universitas Swasta di Yogyakarta melakukan pendakian bersama ke Gunung Lawu via jalur Cemoro Kandang, sebenarnya agenda pendakian gunung waktu itu adalah agenda pribadi ane yang jauh-jauh datang ke tanah Jawa dari tanah Sumatera untuk menapaki jejak kaki ane di tiga gunung Jawa tengah yaitu Gunung Merapi, Merbabu & Lawu atau biasa disingkat dengan M2L. --SKIP-- menjelang maghrib ane bersama 3 orang rekan perjalanan ane, yaitu MP & MB dari Yogyakarta serta MM dari Sumatera, telah tiba di gerbang masuk pintu pendakian via Cemoro Kandang, setelah cukup beristirahat dan mempersiapkan segala sesuatunya termasuk koordinasi ke base camp AGL ( Anak Gunung Lawu ) akhirnya sekitar lepas Isya kami berempat bersiap-siap melakukan start pendakian, waktu itu kami mendapatkan rekan seperjalanan baru yang ingin bareng dengan kami, total sekitar 10 orang ( dari solo ) termasuk sepasang suami istri paruh baya berasal dari Sragen kalau ane tidak salah ingat, oya waktu itu memang pas saat malam tanggal 1 suro sehingga wajar kalau pada saat itu beberapa pendaki gunung Lawu adalah orang-orang yang sengaja mendaki karena ingin mendatangi tempat-tempat yang dianggap mempunyai daya tarik mistik ( Laku Spiritual ) tak terkecuali di Gunung Lawu ini, dan sepasang suami istri tersebut adalah salah satu dari orang-orang yang mendatangi gunung Lawu karena ingin melakukan laku spiritual di gunung Lawu.
Setelah berkumpul dalam lingkaran untuk berdoa bersama memohon keselamatan-Nya, kami bersepuluh lalu berjalan beriringan menapaki jalan setapak di kegelapan malam, cahaya lampu senter adalah satu-satunya pelita yang membantu penglihatan kami menapaki belantara raya gunung Lawu malam itu...dalam perjalanan itu salah satu rekan perjalanan ane sempat menghampiri & berbicara kepada ane tentang keganjilan di dalam rombongan kami, selagi berdoa di awal start pendakian rekan ane iseng-iseng menghitung jumlah tim rombongan..tetapi yang membuat dia heran kenapa hitungannya meleset karena dia menghitung jumlah tim rombongan berjumlah 11, bukan 10 orang sebagaimana mestinya..namun ane segera menetralisir mungkin saja dia hanya selip karena waktu itu memang udara sangat dingin dan pencahayaan yang remang-remang sehingga error human itu sangat memungkinkan karena biasanya dalam suasana yang begitu konsentrasi manusia tidak akan optimal dalam beraktifitas, tak terkecuali untuk aktifitas hitung menghitung yang sederhana...selama perjalanan kami bersepuluh memang tidak selalu bersama-sama, terkadang ada beberapa rekan-rekan yang lainnya menyalip ketika ada yang beristirahat dan sebaliknya.. Skip, ketika tengah malam akhirnya kami bersepuluh tiba di Shelter Pos 3, dimana di Pos 3 tersebut terdapat warung sederhana terbuat dari kayu dan bambu milik penduduk lokal, lalu ane bersama 3 orang rekan ane pun segera mencari lokasi tanah yang datar dan kondusif untuk membuka doome ( tenda kubah ), rombongan pendaki yang lainnya pun sepertinya melakukan hal yang sama dengan kami, oya ane sama rekan ane MM membawa Doome sendiri, begitupun MP & MP (dua rekan ane dari Yogyakarta) membawa doome juga, sehingga tim ane cukup longgar doomenya karena berisi 2 orang tiap doome, malam pertama yang dingin di pos 3 Gunung Lawu kami lewati dengan banyak beristirahat setelah kurang lebih hampir 4 jam berjibaku berjalan menapaki jalan yang temaram, sesekali menanjak di tengah rimba raya kelam gunung Lawu..sesekali suara hewan malam khas pegunungan saut-menyaut melantunkan kidungnya seakan-akan menina bobokan pendaki yang cukup kelelahan malam itu...
Menjelang Shubuh yang sangat dingin...tenda ane dan tenda rekan ane yang dari Yogyakarta sudah dikejutkan oleh suara orang dari luar yang terdengar cukup panik meminta ane dan rekan ane segera keluar dari tenda.. ane dan rekan ane yang masih meringkuk didalam kantung tidur ( sleeping bag ) didalam tenda pun segera terbangun karena cukup terkejut karena teriakan panik orang diluar, lalu dengan bergegas kamipun segera berhamburan keluar memnuhi permintaan dari orang tersebut..ketika sudah diluar kamipun tak segan bertanya kenapa dia bertingkah seperti itu..lalu diapun menjelaskan dengan terbata-bata karena masih panik, bahwa ada Ibu-ibu yang terperosok ke dalam jurang di belakang Warung, sedangkan yang bapak-bapak ( suaminya ) sedang berada diwarung masih shock karena tidak bisa melakukan apa-apa ketika dia dan istrinya berusaha menuruni jurang yang cukup terjal itu, namun karena berbekal peralatan dan stamina yang sudah jauh menurun, sang istri mungkin kehilangan konsentrasi sehingga terpeleset jatuh ke dalam jurang yang terjal & kelam, sedang sang suami tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan istrinya....
------BERSAMBUNG----