Hello agan semua... Ane mau berbagi cerpen. Ini cerpen bukan buatan ane sendiri. Ini buatan Andy Weir, yang ngarang novel bestseller
(akan segera di bioskop September 2015 dengan bintang Matt Damon).
sendiri sangat bagus ceritanya, tentang astronot yang terdampar di Mars, dan dibuat serealistik mungkin. No alien, no faster-than-light speed, no unrealistic technology. Semua teknologi di buku ini nyata. Lah.. kok malah cerita novelnya sih....
Anyway, Andy sebenarnya nggak bermaksud mengarang untuk komersil. Dia memang seneng menulis. Nah, sebelum The Martian (yang sangat ane rekomendasikan untuk dibaca). Ane mau sharing karya dia yang judulnya "The Egg" alias "Telur". Nggak panjang, paling 1000 kata aja. (udah ane translate-in ke bahasa Indonesia).
OK cekidot.
The Egg
by Andy Weir
Kamu sedang di perjalanan ketika kamu meninggal.
Penyebabnya kecelakaan mobil. Nggak dahsyat sih, tapi tetep aja mematikan. Kamu meninggalkan seorang istri dan dua anak. Prosesnya nggak menyakitkan samasekali. Petugas IGD udah berusaha menyelamatkan, tapi gagal. Badanmu bener bener ancur, mendingan ga tau, percaya deh.
Dan saat itulah kamu ketemu aku.
"Apa... yang terjadi?", kamu tanya. "Dimana saya?"
"Kamu udah mati", kataku apa adanya. Nggak ada gunanya merangkai kata-kata ga jelas.
"Waktu itu ada... truk ngepot..."
"Yup", kataku.
"Saya.. Saya mati?"
"Iya, tapi ga usah terlalu sedih. Semua orang pasti bakalan mati kok", kataku.
Kamu melihat sekelilingmu. Ga ada apa-apa. Hanya kamu dan aku. "Tempat apaan ini?" Kamu bertanya. "Ini alam kubur ya?".
"Kurang lebih begitu", kataku.
"Kamu Tuhan?", kamu bertanya.
"Iya", jawabku. "Aku Tuhan".
"Anakku... Istriku", kamu berkata.
"Kenapa dengan mereka?"
"Apakah mereka bakalan baik baik aja?"
"Itu tuh yang aku pingin liat", kataku "Kamu barusan meninggal dan yang kamu pikirin urusan keluarga. Bagus tuh".
Kamu melihatku dengan tertarik. Dimatamu, aku nggak keliatan seperti Tuhan. Aku keliatan kayak orang biasa aja. Atau mungkin perempuan. Seperti orang yang berkuasa, mungkin. Lebih mirip guru bahasa di sekolahmu, daripada Yang Maha Kuasa.
"Jangan kuatir", kataku. "Mereka akan baik-baik saja. Anakmu akan mengingatmu secara sempurna. Mereka nggak punya waktu untuk memandang rendah kamu. Istrimu bakalan nangis bombay diluaran, tapi dalam hatinya sebenarnya diam-diam lega. Sebenarnya, pernikahanmu sedang jatuh ancur. Yang mungkin bikin kamu tenang, dia merasa bersalah karena telah merasa lega".
"Oh", kamu berkata. "Jadi, sekarang gimana? Apa saya masuk ke Surga atau Neraka, atau gimana nih?"
"Nggak keduanya", kataku. "Kamu bakalan ber-reinkarnasi".
"Ah", katamu. "Jadi, ternyata orang Hindu benar",
"Semua agama benar dengan caranya sendiri", kataku. "Jalan yuk".
Kamu mengikuti, kami berjalan di kehampaan. "Mau kemana kita?".
"Nggak kemana-mana", kataku. "Enak aja ngobrolnya sambil jalan".
"Jadi, apa tujuannya bereinkarnasi kalau begitu?" kamu bertanya. "Ketika saya terlahir kembali, saya akan kembali dalam kondisi bersih, iya kan? Seorang bayi. Jadi, seluruh pengalaman saya dan semua yang pernah saya alami di kehidupan ini nggak akan ngefek apa-apa."
"Nggak juga!" Kataku. "Didalam dirimu kamu punya semua pengetahuan dan pengalaman dari kehidupan lamamu. Hanya saja kamu nggak akan mengingatnya."
Aku berhenti berjalan dan memegang pundakmu. "Jiwamu itu lebih kuat, indah, dan besar daripada yang bisa kamu bayangkan. Pikiran manusia tuh cuma bagian kecil banget dalam dirimu secara keseluruhan. Ya kayak sebesar kalau kamu nyelupin jari ke air buat ngecek airnya panas atau dingin, cuma sebesar itu. Nah, kamu masukin bagian yang sekecil itu kedalam "kendaraan" hidupmu, dan ketika kamu keluar dari situ, kamu dapat semua pengalamannya."
"Kamu udah jadi manusia selama 48 tahun, jadi ya sekarang kamu belum banyak mengingat seluruh hidupmu. Kalau kita berdua disini terlalu lama, kamu bakal mulai mengingat semuanya. Tapi nggak ada gunanya ngelakuin itu diantara tiap-tiap kehidupanmu."
"Kalau gitu, udah berapa kali saya direinkarnasi?"
"Oh banyak. Buanyak banget lah. Dan banyak di kehidupan yang berbeda." Kataku. "Kali ini, kamu bakal jadi perempuan China miskin di tahun 540 masehi."
"Tunggu dulu, apa?" Kamu terkejut. "Engkau kirim saya balik ke jaman dulu?".
"Secara teknis begitu, sih. Waktu, yang kamu mengerti, hanya ada di dalam duniamu. Ditempat asalku keadaannya berbeda."
"Darimana asalMu?" Kamu bertanya.
"Oh tentang itu," Aku menjelaskan. "Aku berasal dari suatu tempat. Tempat yang bukan disini. Dan ada banyak yang lain sepertiku. Aku tau kamu pasti pengen tau kayak apa disana, tapi jujur aja kamu nggak bakalan paham."
"Oh," katamu, agak kecewa. "Tapi tunggu dulu. Jika saya ber-reinkarnasi ke tempat yang berbeda-beda waktunya, artinya saya bisa aja berinteraksi dengan diri saya sendiri dong."
"Iya memang. Selalu begitu. Dan karena tiap orang hanya ingat hidupnya sendiri, kamu nggak akan menyadarinya."
"Kalau gitu, tujuannya apa?"
"Beneran?" Aku bertanya. "Beneran kamu nanya apa artinya hidup, mainstream banget sih kamu?"
"Ya itu kan pertanyaan yang wajar," kamu bertahan.
Aku melihat matamu. "Arti hidup, alasan utama Aku membuat seluruh alam semesta ini, adalah supaya kamu bisa menjadi dewasa."
"MaksudMu seluruh umat manusia? Engkau ingin kami semua jadi dewasa?"
"Enggak, cuma kamu aja. Aku membuat seluruh alam semesta ini untukmu. Setiap menjadi orang lain, kamu akan tumbuh dan menjadi tambah dewasa dan menjadi kecerdasan yang lebih besar dan lebih bijak."
"Cuma saya? Bagaimana dengan yang lain?"
"Nggak ada yang lainnya," kataku. "Di alam semesta yang ini, hanya ada kamu dan aku."
Kamu melihat dengan mata melompong kepadaku. "Tapi semua orang di bumi...."
"Semuanya dirimu. Reinkarnasi dirimu semuanya."
"Tunggu dulu. Saya ini
semua orang!?"
"Nah, sekarang kamu mulai paham," kataku, sambil memberi selamat lewat tepukan di bahu.
"Saya ini semua orang yang pernah hidup?"
"Atau siapapun yang akan hidup nantinya, ya."
"Saya ini Abraham Lincoln?" (Presiden Amerika yang terbunuh - pent)
"Dan kamu juga John Wilkes Booth," tambahku (yang membunuh - pent)
"Saya Hitler?" Katamu, sambil ketakutan. (Diktator Jerman - pent)
"Dan juga jutaan yang dia bunuh."
"Saya ini Nabi Isa?"
"Dan kamu juga semua orang yang mengikuti dia."
Kamu terdiam.
"Setiap orang yang kamu jahati," kataku, "Kamu sebenarnya menjahati dirimu sendiri. Setiap kebaikan yang kamu lakukan, kamu melakukannya untuk dirimu sendiri. Setiap pengalaman bahagia dan sedih yang telah dialami setiap orang, atau yang akan dialami nantinya, semua dialami oleh dirimu."
Kamu berpikir lama.
"Kenapa?" Kamu bertanya. "Kenapa melakukan ini semua?"
"Karena suatu hari nanti, kamu akan menjadi Aku. Karena memang kamu begitu adanya. Kamu itu kaumku. Kamu itu anakku."
"Whoa," katamu nggak percaya. "MaksudMu, aku ini seorang tuhan?"
"Nggak. Belum. Kamu ini janin. Kamu masih tumbuh. Setelah kamu hidup di setiap orang di semua waktu, kamu akan cukup pertumbuhannya untuk dilahirkan."
"Jadi seluruh alam semesta ini," katamu, "hanyalah..."
"Telur." KataKu. "Sekarang waktunya kamu melanjutkan ke kehidupanmu selanjutnya."
Dan Aku mengirimmu.
Gimana ceritanya, menurut ane bagus. Ane sendiri ga percaya ada Tuhan yang kayak gitu, dan juga reinkarnasi (bahkan, yang ngarang aja ga percaya). Ini cuma cerita fiksi aja. Jangan dipercaya, dinikmati aja....