Spoiler for No
San Diego - Nafsu besar tenaga kurang. Mungkin ungkapan itu tepat untuk menggambarkan keinginan Indonesia tancap gas di dunia maya dengan koneksi internet yang masih lelet. Mungkinkah Indonesia bisa menerapkan Internet of Everything (IoE) yang menjadi dasar smart city?

"Pertanyaan yang sama datang dari negara-negara Amerika Latin‎, perbedaan konektivitas menjadi masalah untuk mengaplikasikan Internet of Everything, kami masih mencari pemecahan masalah tersebut," kata Chris White, Senior Vice President Global IoE/IoT Solutions Sales Cisco.

Chris mengatakan, perlu banyak eksperimen yang dilakukan untuk mencari solusi penerapan IoE di negara dengan kondisi internet kurang prima. Namun dia mendorong agar negara-negara tersebut tetap merintis penerapan IoE.

"Bayangkan jika semua orang terkoneksi di internet, hasilnya sangat hebat. Kehidupan akan meningkat, pendidikan, transportasi, banyak hal akan lebih maju," ia menguraikan.

Chris pun menyarankan Indonesia memulai dengan menerapkan IoE di sejumlah sektor yang memiliki keperluan koneksi internet tinggi, seperti di kampus-kampus dan dunia industri. Cisco juga terus mencoba menginspirasi dunia untuk bersiap menyambut IoE, salah satunya menjalin kerja sama dengan kota Kansas, untuk membuat kota yang terletak di Missouri itu menjadi smart city.

"Kansas akan menstimulasi kota-kota lain bertransformasi, dan pada akhirnya juga akan menjalar ke negara lain," ujarnya.

Cisco kini memang fokus untuk menerapkan IoE di seluruh aspek kehidupan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjalin kesepakatan untuk membangun Kota Kansas menjadi Smart City.

Ekosistem smart city akan membuat Kansas jadi kota yang penuh sentuhan teknologi. Tiap informasi di Kansas bisa diakses menggunakan perangkat mobile. Misalnya, menu di restoran bisa diketahui tanpa perlu turun dari kendaraan, peristiwa terkini selalu update di ponsel, tempat parkir kosong di mal bisa diketahui tanpa perlu masuk, informasi soal angkutan umum bisa diakses dengan mudah, dan keamanan lebih terjamin karena masyarakat bisa lapor polisi dengan mudah.

Seperti diketahui pemerintah kini juga sedang menggalakkan transformasi menjadi smart city di kota-kota di Indonesia. Namun seperti diketahui pula, kondisi internet di Indonesia belum mumpuni, meski di sejumlah kota besar koneksinya terbilang lumayan.

Kecepatan koneksi broadband di Indonesia dilaporkan mengalami penurunan drastis di kuartal IV 2014. Hal itu terungkap dalam laporan perusahaan Akamai Technologies yang secara konsisten melaporkan kecepatan koneksi negara-negara di dunia.

Pada tiga bulan terakhir tahun 2014 menurut laporan Akamai, kecepatan koneksi internet rata-rata mencapai 1,9 Mbps. Sehingga terjadi penurunan sampai 50% daripada kuartal sebelumnya. Pada kuartal III 2014, koneksi internet Indonesia sempat tembus 3,7 Mbps.

Kabar baiknya, kecepatan 1,9 Mbps itu masih lebih baik 16% dibanding tahun sebelumnya. Akan tetapi anjloknya kecepatan rata-rata koneksi internet di kuartal IV 2014 membuat posisi Indonesia merosot jadi di peringkat 122 dunia.

Di wilayah Asia Tenggara sendiri, Indonesia menempati posisi belakang. Di atasnya ada Filipina di urutan 101, Vietnam (99), Malaysia (75), Thailand (45) serta yang terbaik Singapura di posisi ke-12 dunia.

Pada posisi pertama masih bertengger Korea Selatan yang belum juga tergoyahkan. Meski sedikit mengalami penurunan, warga Korsel bisa menikmati kecepatan koneksi rata-rata 22,2 Mbps. (sumber:detikInet)