Pemain sepak bola yang tampil maksimal dilapangan, kerap mendapat cemoohan dari penonton. Padahal ia telah berusaha seoptimal mungkin. Semua daya upayanya telah dikerahkan. Sial bila teamnya kalah, caci maki akan datang padanya bertubi-tubi.

Bahkan pesepakbola Escobar terbunuh oleh penoton yang juga bebotoh yang bertaruh. Bebotoh marah karema kesalahan Escobar dalam goal bunuh diri yang tidak sengaja ia lakukannya. Tentunya Escobar tidak pula menginginkan hal itu terjadi, andai saja penonton yang membunuh Escobar menjadi player apakah bisa melampaui kemampuan Escobar?

Inilah letak perbedaan pemain (player) dan penonton. Pemain bekerja keras, penonton hanya asyik melihat. Sesekali pemain terjatuh, sesekali penonton berteriak mencaci, tertawa dan bertepuk tangan. Ketika posisi dibalik, player menjadi penonton dan penonton menjadi player maka akan ketahuan sesungguhnya "akan terjadi kelucuan dalam permainan bola".

Analogi player dan penonton tidak saja terjadi didunia sepakbola. Hampir seluruh kehidupan ini terjadi. Misal di pemerintahan juga demikian. Ketika aktivis masih ada dijalanan, suaranya lantang sampai-sampai ia serak Cumiik menentang dan mengkritik pemerintahan. Tapi ketika posisi dibalik ia ada dipemerintahan apa sebaik itu?

Perbandingan ini tentunya bisa kita ambil contoh dari seorang Anas Urbaningrum. Ia dulu ketua HMI yang mempunyai andil menumbangkan pemerintahan Soeharto. Ketika itu ia masih jadi penontom. Tetapi apa yang terjadi ketika ia jadi player, partai yang berkuasa. Terbukti secara sah dan meyakinkan ia tersangkut kasus korupsi Hambalang. Walaupun kasusnya kini masih peninjauan kembali.
Pelajarannya adalah penonton hanya bermodalkam komentar, player melaksanakan. Hormati posisi masing-masing.