Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adzhlan.ganAvatar border
TS
adzhlan.gan
Miris indonesiaku ini....
Assalamualaikum agan/aganwati

Ane mau share nih gan... Langsung aja ya cekibbrrottt...!\


Utang luar negeri membludak sementara kesejahteraan masyarakat masih jauh dari harapan. Malahan, dari waktu ke waktu kekuatan bangsa ini terus merosot karena perekonomian dikuasai kekuatan asing.

Tekanan utang dan dominasi asing dalam ekonomi itu membuat rakyat banyak tidak sejahtera. Bagaimana tidak, hasil mineral dan tambang, banyak diekspor, padahal di dalam negeri, mineral dan tambang itu sangat dibutuhkan.

Cendekiawan Muslim dan mantan menteri koperasi Adi Sasono, menyatakan kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono belum berpihak pada rakyat kecil, dan terbukti, penguasaan ekonomi dikuasai asing.

“Pemerintah kurang tepat dalam mengelola kekayaan sumber daya alam. Itu karena sumber migas dan tambang dikelola asing. Masyarakat tak menikmati kekayaan yang terkandung dalam perut bumi Indonesia,” .

Sementara itu, utang terus membengkak. pemerintah memiliki utang US$201,07 miliar atau Rp1.716 triliun dengan kurs Rp8.537 per dolar AS. Utang ini melonjak dibandingkan posisi akhir 2010, yang tercatat Rp1.676 triliun.

Dalam data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, utang tersebut lebih dari setengahnya dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN). Proporsi pinjaman luar negeri sebesar 34 persen, sedangkan SBN 65,7 persen. Bila dilihat dari mata uang, mayoritas dalam bentuk dolar AS, kecuali SBN rupiah yang nilainya Rp955 triliun atau setara US$112 miliar.

Para ekonom telah mengingatkan bahwa Indonesia terlalu patuh dan tunduk kepada Washington Consensus sehingga kebijakan ekonominya tidak mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan serta tidak bisa menciptakan lapangan kerja bagi jutaan TKI yang kini mencapai lebih 2 juta orang di Malaysia.

“Kita bisa membangun perkebunan dan industri kelautan untuk menciptakan lapangan kerja bagi 2 juta TKI itu dengan kebijakan ekonomi yang kreatif, pro-poor, pro-job dan produktif,” kata ekonom senior Rizal Ramli.

Kebijakan Washington Consensus yang antara lain menekankan privatisasi, liberalisasi ekonomi dan perdagangan, membuat kita tergantung kepada IMF dan World Bank, tergantung kepada asing yang membuat bangsa kehilangan kemandirian.

“Selain itu, juga terjadi banyak deindustrialisasi dan basis-basis produksi mengalami kontraksi atau penciutan, sementara sektor konsumsi lebih digeber, maka pembangunan ekonomi kita berkualitas rendah, tidak produktif dan lebih banyak ditopang sektor konsumsi. Ini sangat tidak menguntungkan bangsa kita yang sangat besar dan kaya,” kata Hendri Saparini PhD, ekonom Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI).

Tekanan utang, dominasi asing dalam sumber daya mineral dan pertambangan serta deindustrialisasi, telah membuat rakyat banyak belum sejahtera. Situasi ini terus mengancam ekonomi bangsa di era globalisasi yang kompetisinya kian meninggi.

Data Fakta SBY-Boed Neolib,

1. Di masa Raffles (1811) pemilik modal swasta hanya boleh menguasai lahan maksimal 45 tahun; di masa Hindia Belanda (1870) hanya boleh menguasai lahan maksimal selama 75 tahun; dan di masa Susilo Bambang Yudhoyono (UU 25/2007) pemilik modal diperbolehkan menguasai lahan selama 95 tahun. Teritorial Indonesia (tanah dan laut) telah dibagi dalam bentuk KK Migas, KK Pertambangan, HGU Perkebunan, dan HPH Hutan. Total 175 juta hektar (93% luas daratan Indonesia) milik pemodal swasta/asing(Sumber : Salamuddin Daeng(SD), Insititut Global Justice (IGJ)

2. Sebanyak 85% kekayaan migas, 75% kekayaan batubara, 50% lebih kekayaan perkebunan dan hutan dikuasai modal asing. Hasilnya 90% dikirim dan dinikmati oleh negara-negara maju. Sementara China tidak mengekspor batubara, Sekarang kita harus bertarung di pasar bebas dagang dengan China – Asean. Ibarat petinju kelas bulu diadu dengan petinju kelas berat dunia. Pasti Knock-Out ! Siapa yang melindungi rakyat dan tanah tumpah-darah kita ini?(Sumber : SD-IGJ)

3. Beberapa tahun terkhir kita impor 1,6 juta ton gula, 1,8 juta ton kedelai, 1,2 juta ton jagung, 1 juta ton bungkil makanan ternak, 1,5 juta ton garam, 100 ribu ton kacang tanah, bahkan pernah mengimpor sebanyak 2 juta ton beras(Sumber : RR) Pastinya ada yang salah dengan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia menyangkut sektor pertanian. Pasti juga ada agen kapitalis yang bermain di balik penindasan yang terjadi terhadap para petani Indonesia ini.

4. Penerimaan negara dari mineral dan batubara (minerba) hanya 3 persen (21 trilyun pada tahun 2006). Padahal kerusakan lingkungan dan hutan yang terjadi sangat dahsyat dan mengerikan!. Devisa remittance dari para tenaga kerja Indonesia (TKI) saja bisa mencapai 30 trilyun pada tahun sama.[Sumber : Tjatur Sapto Edy-(TSE)] Jadi kemanakah larinya hasil emas, tembaga, nikel, perak, batubara,timah,aluminium dan seterusnya, yang ribuan trilyun itu?…

5. Dari permainan ekspor – impor minyak mentah, pelaku perburuan rente migas ‘terpelihara’, dan setiap tahun negara dirugikan sampai 4 trilyun. Namun menguntungkan ‘oknum’ tertentu yg dikenal sebagai MR TWO DOLLARS dan memiliki hubungan dg penguasa(Sumber : RR).Inikah penyebab pansus BBM DPR RI tdk berkutik ? Malah mantan ketua pansus yang gagal itu jadi MENTERI.

6. Disepakati kontrak penjualan gas (LNG) ke luar negeri dengan harga antara tiga hingga 4 dollar Amerika/mmbtu. Padahal saat kontrak disepakati harga pasar internasional US$ 9/mmbtu(Sumber : TSE). Gas dipersembahkan buat siapa? Siapa yang bermain?

7. Dengan standar buatan Indonesia orang miskin di negeri ini tahun 2006 berjumlah 39 juta (pendapatan perhari 5.095,-) Tapi kalau memakai standar Bank Dunia/standar internasional US$ 2 per hari, maka orang miskin di Indonesia lebih kurang 144 juta orang (65%)(Sumber : FB). Lalu apa yang kita banggakan dari pemimpin bangsa ini?

8. Dengan 63 hypermarket, 16 supermarkets di 22 kota (termasuk 29 hypermartket Alfa dan jaringannya di seluruh Indonesia), maka Carefour Indonesia (komisarisnya jenderal-jenderal) total menguasai bisnis ritel. Bagaimana nasib jutaan warung-warung kelontong milik rakyat kecil? Atas nama liberalisme pasar semua digusur?

9. Sampai sekarang jumlah mall dengan konsep one stop shopping di JKT sekitar 80an dan akan bertambah tahun ini menjadi 90an .Smentara pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Jaya tinggal 150an dlm keadaan “babak belur”. SIAPAKAH PEMILIK MALL ?? Smentara penghuni pasar tradisional mayoritas pribumi yg dengan memelas dan menjerit pendapatannya terus melorot.Siapa peduli mereka?Persaingan atas nama ideologi apa ini ?Atau penindasan rakyat macam apa ini?

10. Sepuluh tahun kedepan Indonesia akan impor biji gandum lk 10 juta ton(butuh devisa lk 42,5 triliun rupiah).Sekarang masih 5 juta ton/tahun. Itu artinya akan jadi importir terbesar didunia.Kebijakan pertanian dan pangan yg tidak pro petani/rakyat, membuat kita tergantung pada impor gandum dari AS, Kanada dan Australia. Budaya makan mie,roti dll ikut andil(sukses marketing kapitalis juga).Padahal di Meksiko mampu memproduksi mie dari tepung jagung atau di China Selatan dari tepung beras. Indonesia sebenarnya mampu membuat yang seperti itu bahkan tepung sagu melimpahruah, kalau mau. Tapi bisnis impor gandum dan jual beli terigu sudah jadi “kerajaan tersendiri” yang dinikmati kapitalis. Tak peduli kesengsaraan petani Indonesia.

0
3.5K
17
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.