Agan2 semua..

Setelah 2 tahun memimpikan untuk melakukan Pilgrim ke beberapa tempat suci Buddhist, saya diajak teman2 saya untuk ikut Pilgrim ke Nepal.
Awalnya saya agak ragu untuk melakukan perjalanan ini karena waktu nya sangat mepet banget (kurang dari 2 minggu sebelum rencana keberangkatan). Karena saya benar2 ingin pergi ke salah satu tempat2 suci Buddhist, maka saya nekat untuk ikut bersama teman2 saya.

Untuk itu saya bersama teman2 langsung mencari tiket murah di Airasia. Awalnya kami agak ragu apakah akan berangkat mengingat kita tidak mempunyai persiapan yg cukup (ie. cuti kantor, kerjaan yg akan ditinggalkan etc etc). Hal ini mengakibatkan harga tiket Airasia naik cukup tinggi karena keragu2an kami.

Sebagai persiapan dan referensi, saya pun mencari2 FR dari internet, salah satunya dari agan wewenti; ( http://www.kaskus.co.id/post/514c496...d719a30a000001 )

semoga FR ini, bisa menjadi referensi bagi teman2 sekalian yang ingin ikut beribadah ke nepal.

Note: karena keterbatasan waktu, saya tidak memiliki photo yg cukup banyak, jadi sebagian photo saya ambil dari internet dan kamera teman2 saya sebagai ilustrasi FR ini.

Airasia:
Pada awalnya kami (ber 5) hanya memesan tiket yg paling murah (hanya memesan tambahan makanan untuk perjalanan dari KL-Kathmandu dan bagasi hanya 20 kg) kemudian mengingat cuaca cukup dingin di sana (sekitar 2’c) maka kami menambah bagasi menjadi total 25 kg (dan akan menambah lagi bagasi menjadi 30kg jika ternyata kami belanja banyak di sana). Kami juga memilih kursi supaya bisa duduk di quite zone (quite zone ternyata memang lebih sepi dibandingkan dengan “bukan quite zone”

Day 1: Jakarta – Kuala Lumpur – Kathmandu
Kami berangkat dari Terminal 3 sekitar jam 6 pagi, total perjalanan ke Kathmandu sekitar 7 jam (jkt-kl 2 jam, kl-kathmandu 4 jam 50 menit (transit di KL sekitar 2 jam)

Sekitar 20-30 menit sebelum tiba di Kathmandu, pilot airasia X mengumumkan bahwa pegunungan Himalaya bisa dilihat disebelah kiri kanan pesawat. Pada waktu pengumuman itu saya ada ditoilet, begitu saya keluar, pramugari dari jepang lgs berteriak dgn semangat: Himalaya.. himalayaa.. check that out.. sambil menunjuk2 ke jendela.. terus terang saya cukup takjub pertama kali melihat keindahan Himalaya dari pesawat.

Begitu mendarat di Tribhuvan Airport, saya cukup senang dengan cuaca yang sejuk (siang-sore hari suhu berkisar 24-25’c). Airport ini sangat sederhana, jauh lebih sederhana dari Soekarno Hatta. Seakan2 kita kembali 50 th lalu.

VISA:
Untuk visa on arrival sebaiknya mempersiapkan bank note usd dan 2 buah pas photo. Beberapa teman saya tidak membawa pas photo sehingga harus memotret dulu di bandara, tentunya kita harus membayar dgn Rupee Nepal. Jadi repot harus tukar dulu ke money changer yg ada.

Sebelum imigrasi memang ada money changer, tapi kurs nya kurang bagus. Usd 1 sekitar Rupee 95 (sedangkan diluar bisa dapat Rupee 98 -101). Sebaiknya tuker sedikit saja supaya bisa bayar taxi.

Selesai mengambil bagasi, kami pun keluar bandara dan menemui teman kami “Lama “ (Bhiksu aliran Vajrayana) yang akan mendampingi kami selama di Kathmandu. Mengingat taxi di Kathmandu sangatt kecil (seukuran Daihatsu Ceria) dan koper kami berlima cukup banyak, maka kami menyewa bus yang baru mengantar tourist ke bandara. Biaya sewa bus sekitar rupee 1000

Kami menginap di lingkungan Boudanath Stupa. Hotel kami hanya berjarak 20-30 meter saja dari Boudanath Stupa.

Boudanath adalah satu stupa Buddhist yang tersuci dan terbesar di Kathmandu. Pada tahun 1979, stupa ini menjadi salah satu peninggalan dunia (UNESCO World Heritage site). Berdasarkan legenda stupa ini menyimpan relic dari Buddha Kassapa.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Boudanath Stupa bisa dilihat di http://en.wikipedia.org/wiki/Boudhanath

Begitu tiba di Boudanath, saya benar takjub melihat kemegahan dan keagungan stupa ini. Begitu banyak orang (tua, muda, anak2, orang biasa, Bhiksu, maupun binatang(anjing dan merpati)) yang melakukan pradaksina (berjalan mengelilingi stupa searah jarum jam) sebagai bentuk penghormatan.
Setelah cek in di hotel, kami bersama 2 dengan Lama bersama2 melakukan pradaksina kemudian mencari makan malam




Makanan di Nepal murah2, dan banyak sekali variasi makanan. Dari yang murah meriah (seperti momo, dan nepali set) sampai makanan western.
Untuk hari pertama, kami makan malam western food di Garden Café di dekat hotel, suasananya sederhana, dingin, cozy ditemani lilin2 kecil (mati lampu; di Nepal tiap hari selalu ada jadwal mati lampu). Makanannya enak, terutama kue2 nya. tapi harga nya tidak murah menurut standard nepal.

Setelah makan malam, kami melakukan pradaksina beberapa kali sebelum kami kembali ke hotel untuk beristirahat.



DAY 2: Boudanath- Swayambunath- Namo Buddha
Pagi hari, karena kedinginan (suhu dipagi dan malam hari sekitar 2 derajat). Saya bangun sekitar jam 4:30 pagi, kemudian cuci muka, sikat gigi dan kemudian keluar dari hotel untuk melakukan pradaksina di Boudanath. Ternyata pada subuh itu, sudah banyak orang yang melakukan pradaksina sambil memutar prayer wheel yang ada disekitar Stupa.

Sekitar jam 6:30, saya segera ke dalam komplek stupa untuk melakukan 108 butterlamp offering. Setelah selesai saya kembali melakukan pradaksina.
Sekitar jam 8, kami ber 5 makan pagi disalah satu café di lingkungan Boudanath. Sekitar jam 9, kami berangkat. Hari ini kami mengkhususkan untuk melakukan pilgrim ke 3 tempat suci (Boudonath, Swayambunath dan Namo Buddha) dan menyelesaikannya dalam waktu 1 hari. Dipercaya hal ini akan memberikan berkah yang banyak yang dapat kita dedikasikan kepada semua mahluk.

Swayambunath Stupa: adalah salah satu stupa yang suci yg terletak di atas bukit di lembah Kathmandu. Stupa ini dikenal sebagai Monkey Temple. Stupa ini juga dikenal dengan nama local Singgu (berdiri sendiri). Sama seperti di Boudanath, disekeliling Stupa ini terdapat beberapa kuil dan temple (vihara) dan meseum.







Swayambunath mempunyai 2 pintu masuk. Jika kita memilih pintu pertama, kita harus menaiki ratusan anak tangga (katanya 365 anak tangga) untuk mencapai stupa ini. Sedangkan pintu kedua, jumlah anak tangga nya jauh lebih sedikit, sehingga kami memilih pintu masuk ke 2 ini.









Setelah melakukan offering, pradaksina dan dedikasi, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Namo Buddha. Namo Buddha terletak cukup jauh dari Kathmandu, sekitar 2-3 jam perjalanan.

Dalam perjalanan ke Namo Buddha, kami berhenti sejenak ke Bakthapur.
Bakthapur adalah sebuah kota kota (ancient city) yang cukup indah dan artistik. Tujuan kami kesini adalah untuk mengunjungi Green Tara Shrine yang tersembunyi di tengah kota tua ini.





Setelah melakukan butterlamp offering dan dedikasi, kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Untuk makan siang di "Himalayan Hotel". Hotel ini cukup mahal dibandingkan dengan hotel sederhana yang kami tempati di Boudanath. Rate hotel ini sekitar usd 1000-usd 1500. Tapi pemandangan hotel ini sangat indah karena menghadap ke pegunungan himalaya.
kami makan siang di taman yang menghadap ke pegunungan himalaya.


Namo Buddha:
Namo Buddha merupakan salah satu tempat suci Buddhist dimana Buddha mempersembahkan dirinya kepada macan betina dan 5 anaknya yang kelaparan.










(bersambung)