Ini bisa dibedakan dengan mudah. Kalau murid baru, perasaan malu mereka masih bisa dibilang lumayan, karena mereka cuma malu-malu sama kakak kelas, guru-guru, sama temen-temen yang belum mereka kenal. Tapi, mereka cuma malu aja. Murid-murid baru yang lain juga sama-sama malu kok. Jadi, agak santai sedikit . Tapi, kalau murid pindahan agak beda sedikit. Mereka juga malu ama murid-murid lain di sekitarnya. Dia juga malu-malu ama temen-temen sekelasnya. Tapi, perasaan mereka malu-malu campur takut gitu. Jadi bisa dibilang mereka malu tingkat tinggi. Tapi, perasaan malu-malu mereka bisa berkurang kalau ketemu ama temen-temen yang mereka kenal. Mungkin, bagi murid pindahan yang beruntung bisa ketemu ama temen yang dia kenal juga. Lebih beruntung lagi kalo temennya tadi dimasukkan ke kelas yang sama.
Kesimpulannya,
Murid baru punya perasaan malu-malu yang wajar-wajar aja.
Murid pindahan punya perasaan malu-malu yang terlalu besar.

Ini jadi masalah yang sama-sama dialami oleh kedua tipe ini. Murid baru, sebenarnya lebih mudah. Karena, murid-murid lainnya juga berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya juga. Jadi, mereka bisa saling kenalan, ngobrol-ngobrol, bahkan bisa jadi teman dekat hanya dalam hitungan menit. Atau mereka bisa dikenalkan sama teman-teman mereka biar lebih mudah. Tapi, kalau murid pindahan lebih sulit. Karena mereka harus beradaptasi sendirian (dalam skala kecil), sedangkan murid-murid sekitarnya sudah beradaptasi dulu. Justru, mereka bakal malu-malu buat kenalan (kecuali mereka punya kharisma tinggi ). Jadi, bisa memakan waktu seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun buat mengenal secara detail keadaan sekitar.
Kesimpulannya,
Murid baru bisa beradaptasi dengan cukup mudah dan cuma butuh waktu singkat.
Murid pindahan sulit beradaptasi dan butuh waktu cukup lama.

Hampir sama dengan poin kedua. Nah, hal ini berlaku bagi semua murid, bahkan kedua tipe ini. Sebenarnya, untuk dikenal banyak orang juga butuh usaha yang keras. Untuk masalah dari mana mereka berasal hanya menambah sedikit kemungkinan mereka bisa jadi terkenal. Murid baru cenderung agak sulit jadi terkenal, karena banyak saingan di mana-mana . Saingan mereka ya murid-murid baru yang lain. Tapi kalau murid pindahan biasanya lebih gampang "famous", entah apa alasannya. Mungkin banyak dibicarakan murid-murid lain, atau faktor yang belum diketahui. Ts juga bingung kenapa ya?
Kesimpulannya,
Kemungkinan murid baru jadi terkenal: 70%
Kemungkinan murid pindahan jadi terkenal: 80%
Bisa dilihat perbedaannya kan

Hal ini yang jadi masalah utama dikalangan para pelajar. Memang "bully" sekarang sudah gak jamannya lagi. Tapi, mungkin lebih ke mengolok-olok atau ngerjain gitu. Kalau murid baru jarang di"bully". Kecuali kalo mereka emang suka nantangin kakak kelasnya (parah amat ). Apalagi di"bully" ama murid baru yang lain, gak akan mungkin kejadian (di bulan-bulan pertama mereka masuk). Tapi, kalo murid pindahan lebih sering di"bully" ama temen-temennya. Tergantung juga sih, kalau si doi punya trik supaya gak diganggu lagi ama temennya, dalam waktu singkat mereka gak akan diganggu lagi ama temen-temennya. Namanya juga murid yang baru masuk, pasti diuji juga mentalnya .
Kesimpulannya,
Murid baru jarang kena bully.
Murid pindahan lebih sering kena bully.
*dalam jangka waktu 3 bulan

Kalau yang ini yang bisa menentukan cuma nomor induk mereka. Tapi, bisa juga didukung dua faktor lain, yaitu darimana asal sekolah mereka dan di mana sekolah yang mereka tempati. Intinya, kalau murid baru cuma tergantung urutan mereka setelah menjalani tes kelas. Tergantung juga tingkat intelejensi mereka. Kalau murid pindahan paling sering dapat nomor absen terakhir. Karena mereka juga termasuk murid yang terakhir masuk ke sekolah yang mereka masuki. Cukup miris ya bagi yang pernah dapat nomor absen terakhir .
Kesimpulannya,
Murid baru dapat no. absen tergantung dari no. induk mereka.
Murid pindahan dapat no. absen terakhir (kebanyakan).

Yap. Apalagi kalau bukan menimba ilmu. Karena mereka berdua juga termasuk murid, mereka tetap harus menjalankan amanat mereka untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak, beragama, juga memiliki pendidikan. Pendidikan merupakan sesuatu yang wajib dimiliki umat manusia.

Murid juga termasuk makhluk sosial. Meskipun disibukkan dengan "main task" yang sedang mereka jalani, mereka juga bisa memiliki teman bahkan lawan sekalipun. Bahkan, teman juga dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, seperti tugas kelompok. Yang terpenting, mereka tetap bisa berinteraksi satu sama lain.

Meskipun mereka menimba ilmu di sekolah yang berbeda, namun mereka tetap menjalankan rutinitas di sekolah yang sama dengan sekolah lain, walaupun ada beberapa perbedaan. Mungkin bedanya seperti banyaknya jam istirahat. Kalau di sekolah sebelumnya, mereka diberi jatah jam istirahat cuma sekali. Maka, di sekolah yang baru mereka dikasih jam istirahat dua kali. Ini sih sudah biasa kali ya. Contoh lain bisa ditanyakan sama anak sekolahan tuh .

1. Sama-sama dikasih uang jajan
   
2. Sama-sama ketemu guru
   
3. Sama-sama bisa naik kelas ataupun lulus
   
4. Sama-sama bawa buku banyak
   
5. Sama-sama dapat nilai tugas ataupun paraf
   
6. Sama-sama mengalami ulangan (ujian)
   
7. Sama-sama bisa mendapat ijazah
   
8. Sama-sama bisa disayang ataupun dimarahi guru
   
9. Sama-sama bisa pakai fasilitas sekolah
   
10. Sama-sama jajan ke kantin
    
11. Sama-sama melakukan rekreasi atau study tour
    
12. Sama-sama mengalami perpisahan (wisuda)
    
13. Sama-sama kangen sama sekolah suatu saat
    
14. Sama-sama reuni dengan teman-teman
    

Hal-hal yang terjadi di poin "Perbedaan" bisa dipengaruhi oleh fisik, intelejensi, bakat, minat, nyali, mental, kharisma, dll. sehingga beberapa hal bisa tidak berlaku.