Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

act.idAvatar border
TS
act.id
Senyawa Emosi Relawan dan Anak-anak Rohingya
Senyawa Emosi Relawan dan Anak-anak Rohingya

Laila Khalidah | Relawan Pendamping Anak ACT


Tersebutlah salah satu anak pengungsi Rohingya. Laki-laki. Perkiraan umurnya belum lagi 6 tahun. Jujur saja, dalam ingatan pribadi, anak laki-laki satu ini salah satu yang cukup atraktif. Rawan sekali memancing emosi. Ada saja tingkahnya yang memicu teriakan histeris relawan. Well, saya salah satunya yang paling sering histeris bilang “Noo..!”.

Hanya itu yang bisa saya katakan karena terbatasnya komunikasi kami. Mereka hanya bisa berbahasa Burma, sementara kami hanya sedikit menguasai bahasa Inggris. Jadinya cuma bisa pasrah dan bilang “No” setiap kali mengingatkan anak-anak malang itu melakukan sesuatu yang kurang tepat.

Dan anak laki-laki itu, salah satu yang jika mendengar “No” akan berhenti; melihat ke arah kita, bergeser atau menjauh kalau didekati, lalu akan berlari sambil tertawa-tawa. Seperti ingin mengatakan, betapa senangnya dia menang dan berhasil melakukan hal yang disukainya, tapi mengusik kami. Sering sekali begitu.

Waktu berjalan. Sebulan berlalu, terhitung sejak 14 mei sampai 14 juni kami bercengkerama di Kamp Kuala Cangkoi. Ketika akhirnya, tepat sehari setelahnya tanggal 15 Juni, mereka direlokasi ke gedung BLK di Gampong Blang Adoe, Kuta Makmur, sejam lebih perjalanan dengan bus dari Kuala Cangkoi. Ini tempat sementara mereka, tepat di sebelah shelter yang sedang dibangun oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk mereka.

Sayangnya, bersebelahan dan semakin dekat tak juga menjamin kebersamaan dengan mereka jadi lebih mudah. Untuk para relawan yang terbiasa berinteraksi dengan anak-anak, kepindahan mereka yang berubah menjadi seperti ‘terisolasi’ itu malah menghadirkan satu emosi tertentu. Tertutupnya akses masuk yang berujung pada kesulitan bertemu dan berinteraksi, berakhir pada satu hal: kangen!

Kami kangen anak-anak itu. Meski, sungguh kadangkala mereka tak selamanya selalu bertingkah menyenangkan. Jelang pekan ketiga di Kuala Cangkoi, mereka tumbuh menjadi anak yang lebih atraktif dibanding awal kedatangan mereka. Setelah lebih dari 20 hari bersama, mereka tak segan menarik jilbab, baju, bahkan ada relawan yang bagian rompinya tersobek. Ah satu lagi, mereka punya kecendrungan memperebutkan barang yang mereka suka dan mau, dari tangan kita. Maka, dengah berbagai polah semacam itu, mereka kadang membuat kami gemas juga sebenarnya emoticon-Smilie

Tapi, ada satu nasehat indah sekali yang selalu sayang ingat ; “mereka yang bisa menerima bagian buruk dari kitalah yang kemudian pantas menerima bagian terbaik dari kita”...^^ Lalu apa relevansinya dengan anak-anak itu ? Saya juga tak tahu apakah semua relawan punya pengalaman yang sama soal interaksi ini.

Saat relokasi, berulangkali saya melihat relawan lain, salah satunya Bu Noni menangis. Pasalnya kami dilarang masuk oleh NGO asing yang mengelola pengungsi di Gedung BLK itu. Padahal waktu bus-bus itu mengantar mereka masuk lokasi, kami yang menunggu di luar gerbang bisa mendengar histerisnya mereka cumiikkan “sarama... sarama”, ke arah kami yang melambai dan memanggil nama mereka satu-satu. Bus tetap melaju masuk melewati gerbang..lalu gerbang itu ditutup dan...bye.

Teriakan “sarama” yang berulangkali terucap dari bibir anak-anak itu kepada kami, saat itu serasa amat istimewa bagi kami. Meski 2 hari terakhir kami tidak mengunjungi mereka di Kuala Cangkoi, ternyata mereka ingat kami!

Setelah akhirnya diizinkan masuk sehari setelah relokasi, ini jadi satu kesan khusus bagi saya. Empat hari lalu, saat pertama kali masuk ke lokasi BLK, adalah ramadhan pertama kami di sana. Ada satu anak yang kembali meneriakkan “sarama”. Ia kemudian menyongsong kami masuk. Ada ragu saat melihat anak laki-laki itu berlari kencang ke arah saya. Batin saya, mungkin bukan saya yang mau didekatinya. Mungkin Sarama Moda atau Noni. Tapi ternyata tidak. Dia mendekati saya.

Bukan tanpa alasan saya ragu. Saya ingat sekali dengan bocah lelaki satu ini. Sebab saat masih di Kuala Cangkoi, dialah anak yang saya kejar dengan dramatisnya karena menjadikan rangkaian unit perosotan dan ayunan sebagai gerobak dorong emoticon-Smilie. Ia mendorongnya jauh dari tenda Posko kami, dan lebih ‘tragis’ lagi menggilas kotoran lembu. emoticon-Frown

Sulit untuk lupa dengan anak lelaki ini ketika ia bersama temannya memainkan ‘gerobak sorong’ dan menatap usil pada kami. Saya dan Hafiz waktu itu yang mengejar dan membawa kembali mainan itu ke dalam tenda. Dan bocah laki-laki itu, tatapannya galak sekaliii...! Dia pasti kesal mainannya dibawa kabur...ckckckck. Belakangan, Hafiz malah harus 'memandikan' ayunan itu.

Tapi saat bertemu, anak lelaki itu, anak yang menatap galak waktu mainannya saya ambil kembali, seolah berubah. Setelah berbuka puasa, tiba-tiba ia menggamit lengan saya. Lalu ketika saya bilang mau salat, diantarkannya saya ke tempat wudhu wanita. Sesudahnya, ia memaksa saya masuk ke ruangan yang ditempati ibunya. Ia berucap “Sarama Namas”, dan ibunya pun meminjamkan saya mukena.

Dia tampak sumringah sekali. Berulang kali juga mengatakan pada ibunya, pengungsi yang lain, juga teman-teman kecilnya kalau ada “Sarama Namas” di ruangannya.. emoticon-SmilieDi saat yang sama, ternyata Sarama Noni dan Moda juga diperebutkan anak-anak. Diajak salat dan dikenalkan ke ibu mereka masing-masing.

Jujur, sulit untuk tidak tersentuh merasakan perlakuan ini. Anak-anak itu, mereka selalu histeris melihat para sarama dan mamu. Sarama itu artinya guru perempuan. Mamu, paman artinya. Terlepas dari bagaimanapun kondisi sekarang ini, kami terkhusus para relawan perempuan selalu merasa ada keterkaitan emosi yang kuat dengan anak anak itu.

Maka tak peduli bahkan meski dibatasi untuk bertemu, ketika akhirnya bertemu, masing-masing kami dan anak-anak itu punya chemistry sendiri. Sebuah ‘senyawa’ emosi yang selalu mampu mengikat dan menjadi alasan untuk selalu saling histeris kala bertemu.. x_x

Selamat menanti berbuka...

#CatatanRelawan
#RamadhanIstimewa
#PeduliRohingya
#SemogaSemangatKitaAllahBantuJaga.



Foto: Ajmaha (depan saya), ibunya (kiri) dan Sakinahatu (kanan)
Sumber
0
2K
27
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.