Merdeka.com - Penyiar radio sebagai ujung tombak di sebuah stasiun radio ternyata profesinya belum menjanjikan. Hasil temuan KPID Provinsi Jawa Tengah masih banyak penyiar yang dibayar di bawah UMR (Upah Minimum Regional) dan bahkan ada yang dibayar per jam hanya Rp 3.000.

"Pemerintah belum memiliki kebijakan strategis dalam pemberdayaan penyiar berskala nasional," kata Komisioner KPID Jawa Tengah, Aserp Cuwantoro dalam Pelatihan Peningkatan SDM Penyiar di Hotel Move Mageland, Solo, Jawa Tengah, Kamis (28/5).

Lanjut dia, akibatnya, penyiar radio terkesan sebatas menjadi hobi, pekerjaan sampingan, dan kurang diminati secara serius sebagai profesi untuk jangka panjang.

"Bermacam faktor mendasari kondisi tersebut, seperti belum mapannya sistem pendidikan bagi penyiar, kesejahteraan yang kurang terpenuhi, dan minimnya penghargaan publik terhadap profesi tersebut," ucapnya.

Dia menyatakan, adanya sertifikasi penyiar merupakan langkah nyata dalam rangka peningkatan daya tawar profesi penyiar radio. Hal itu berkaca dari keberhasilan sertifikasi guru yang dinilai dapat meningkatkan kesejahteraanya.

"Kita dapat berkaca pada kebijakan sertifikasi guru, kini menjadi guru adalah kebanggaan. Penyiar diharapkan lebih profesional, kompeten, dan tentu akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan hidup," terangnya.

Lebih jauh, di berharap semakin banyak penyiar radio lahir di Jawa Tengah. Alhasil, regenerasi jurnalis suara ini tidak jalan di tempat.

"Satu lokasi pelatihan menggembleng 50 penyiar, maka akan total enam eks karesidenan ada 300 penyiar yang mengikuti pelatihan," pungkasnya.



sumir: http://m.merdeka.com/peristiwa/miris-penyiar-radio-di-jawa-tengah-dibayar-rp-3000-per-jam.html



komeng: bayaran segitu kalo cuap" 2 jam aja cuma 6000...