Assalamualaikum agan² selamat pagi siang sore malem. Semoga pada bae² aja ya para kaskuser sedunia...
Satu lagi aksi generasi muda bangsa yang mencoreng citra pendidikan tanah air. Baru-baru ini, sebuah sekolah dasar di Bali, diketahui menyelenggarakan acara penerimaan rapor yang dirangkaikan dengan acara perpisahan dan mengundang penari untuk tampil memeriahkan acara tersebut. Yang membuat miris, para penari saat itu membawakan tari/joged bumbung, sebuah jenis tari pergaulan dengan gaya yang dinilai erotis serta terkesan porno.
Acara perpisahan dan pembagian rapor kenaikan kelas di SD Negeri 5 Tukadaya, Jembrana, Bali, baru-baru ini memancing emosi publik, pasca diketahui menyelenggarakan acara perpisahan dan penerimaan rapor siswa dengan mengundang para penari yang menampilkan gerakan joged bumbung. Perlu diketahui sebelumnya, joged bumbung merupakan sebuah jenis tari pergaulan yang biasanya dipentaskan diacara sosial masyarakat Bali, dan dibawakan penari wanita yang mencari seorang pria untuk diajak menari bersama, tari ini sendiri sangat menonjolkan gerakan-gerakan sex didalamnya.
Melihat tari ini dibawakan dalam acara sekolah, lantas saja para orang tua dan beberapa pihak LSM mengecam tindakan sekolah ini. Seorang tokoh LSM memberikan opininya sembari menyebut kegiatan ini sebagai kegiatan yang gila. “Kepala sekolah dan guru-guru serta komite sekolah harus bertanggung jawab. Itu kegiatan gila. Sama saja sekolah telah mengajarkan moral bejat kepada siswa” ujarnya. Lebih lanjut, tokoh LSM tersebut juga menyebut bahwa sebaiknya pihak DPRD serta dinas pendidikan setempat memberikan sanksi tegas pada pihak sekolah dasar tersebut.
Sebelumnya, dalam beberapa foto yang tersebar, terlihat jelas saat beberapa siswa SD dan penari sedang memperagakan gerak tarian tersebut dan disaksikan oleh sang guru secara langsung. Lebih parahnya lagi, menurut beberapa kesaksian, para guru bahkan hanya tertawa kala melihat gerakan erotis yang ditampilkan oleh para muridnya. Sungguh miris.
Gue bingung gan gurunya stress kali mikirkan kurikulum yang labil alias berubah-ubah, kalo anak-anak kan masih seperti kertas putih, tergantung yang nulis... dalam hal ini guru yang stres akan menghasilkan anak didik yang stres juga dong