- Beranda
- Berita Luar Negeri
Teori Umur Bumi Milyaran Tahun Ternyata Bohong!!!
...
TS
mr.josh.tarnpan
Teori Umur Bumi Milyaran Tahun Ternyata Bohong!!!
Spoiler for PULAU SURTSEY:
Beberapa studi yang dilakukan para ilmuwan juga menyarankan bahwa test radiometrik yang digunakan untuk menentukan umur tidak tepat seperti yang diperkirakan. Satu contoh yang cukup berharga adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah pulau yang muncul dari letusan gunung api bawah laut di dekat Iceland tahun 1970. Dengan berjalannya waktu, muncul berbagai makhluk hidup dan ekosistemnya di pulau Surtsey.
Pulau Surtsey Iceland dikatakan berumur ratusan juta tahun
Seorang peneliti pada tahun 1975 ingin membuat tes untuk menentukan umur pulau ini dengan mempergunakan teknik metoda potassium-argon. Umur pulau yang diperoleh adalah satu miliar tahun! Kenyataannya semua orang tahu bahwa pulau itu baru berumur beberapa tahun. Ternyata gas argon telah memasuki batuan saat pembentukan lava, dan mencapai jumlah yang besar yang mengakibatkan umur sampel batuan yang diambil menunjukkan beberapa ratus juta tahun lebih tua.
Ada beberapa contoh lain yang bisa diberikan:
- Aliran lava bawah tanah yang diketahui berumur 20 tahun, dengan test radiometrik dikatakan berumur 12-21 miliar tahun.
- Umur lava yang meletus di Hawaii pada tahun 1.800, dengan test potassium-argon dikatakan berumur 1-2,4 miliar tahun dan dengan metoda penentuan umur helium dikatakan berumur 140-670 miliar tahun.
- Umur danau garam Crater di Oahu Amerika, diperkirakan 92-147 juta tahun, 140-680 juta tahun, 930-1.580 juta tahun, 1.230-1.960 juta tahun, 1.290-2.050 juta tahun dan 1.260-1.900 juta tahun dari beberapa metoda tes rediometrik. Ini jelas menunjukkan ketidak-akuratannya.
- Beberapa pohon di Auckland, New Zealand yang ada di lapisan lava, diperkirakan berumur 145-465 tahun. Padahal dengan mempergunakan tes Karbon-14, pohon yang sama diperkirakan hanya berumur beberapa ratus tahun saja.
Dalam banyak kondisi yang sama, diketahui bahwa test radiometrik memberikan hasil yang keliru sampai ribuan bahkan jutaan tahun, dan menimbulkan pertentangan yang keras di antara penggunanya sendiri.
Contoh yang lain adalah sampel batuan bulan yang dikumpulkan oleh NASA. Tes radiometrik menyatakan bahwa umur batuan itu antara 700 juta tahun sampai 28 miliar tahun. Ini membuktikan pengukuran umur dengan metoda itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena memberikan hasil dengan rentang waktu yang tidak masuk akal untuk batuan yang sama.
Spoiler for TEST KARBON-14:
Karbon-14 sebenarnya termasuk jenis tes rediometrik. Tetapi ada karakteristik khusus yang membedakannya dari yang lain. Tes radiometerik yang lain hanya bisa digunakan untuk menentukan umur batuan vulkanik, sedangkan karbon-14 bisa digunakan untuk memperkirakan umur makhluk hidup, karena elemen radioaktif yang ditemukan di dalam makhluk hidup hanyalah karbon-14.
Tes karbon-14 untuk mengukur makhluk hidup
Bumi secara terus-menerus terpapar dengan hujan cahaya kosmik dari luar angkasa. Cahaya ini berbenturan dengan nitrogen-14 yang ada banyak di atmosfer dan berubah menjadi elemen radioaktif, karbon-14. Substansi baru yang dihasilkan dari kombinasi karbon-14 dan oksigen di atmosfer membuat karbon-140, yang merupakan jenis radioaktif yang lain.
Sebagaimana diketahui, tanaman mempergunakan CO2 (karbon dioksida), H2O (air) dan udara sebagai nutrisi. Beberapa molekul karbon dioksida ini diserap oleh tanaman di mana membuat molekulnya berisi kabon radioaktif, karbon-14. Tanaman mengumpulkan bahan radioaktif di dalamnya.
Beberapa organisme hidup makan tanaman. Beberapa makhluk hidup memakan makhluk yang lain atau makan tanaman. Mengikuti rantai makanan ini, karbon radioaktif yang dihisap makanan dari udara disalurkan ke tanaman yang lain. Sehingga setiap makhluk di bumi menghirup karbon-14 dalam jumlah yang sama yang ada di atmosfer.
Saat tanaman atau binatang mati, mereka tidak memperoleh karbon-14 karena tidak bisa makan lagi. Karena karbon-14 adalah bahan radioaktif, dia memiliki setengah-umur dan mulai berkurang jumlahnya sejalan dengan waktu. Jadi berdasarkan hal itu, dengan mengukur karbon-14 di dalam tubuh tiap-tiap makhluk, bisa digunakan untuk memperkirakan umur bumi.
Setengah-umur dari karbon-14 adalah mendekati 5.570 tahun, yang berarti setiap 5.570 tahun setengan dari jumlah karbon-14 yang ada di dalam makhluk hidup menjadi rusak. Contohnya, jika ada 10 gram karbon-14 di dalam tubuh makhluk hidup 5.570 tahun yang lalu, hari ini akan tinggal 5 gram. Karena karbon-14 memiliki perioda setengah-umur yang pendek, maka tidak bisa dingunakan untuk menentukan umur dari sampel yang diperkirakan memiliki umur sangat tua seperti yang dihasilkan oleh tes radiometrik. Diasumsikan bahwa tes karbon-14 memberikan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan untuk meneliti sampel antara 10 ribu sampai 60 ribu tahun.
Seperti sudah disebutkan, tes karbon-14 memiliki tempat yang berbeda dari tes radiometrik yang lain, karena digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup. Karena itulah, tes karbon-14 sekarang ini paling banyak digunakan dibandingkan teknik penentuan umur yang lain. Tetapi tetapi ada kelemahan tes karbon-14, seperti yang ditemukan pada tes radiometrik yang lain.
Satu hal yang paling penting dari kenyataan ini adalah, sangat besar kemungkinannya bahwa sampel yang sedang diukur umurnya, terpapar dengan gas eksternal. Interaksi dengan gas-gas yang lain ini sangat mungkin terjadi melalui air terkarbonasi atau bikarbonasi. Jika air alam yang berisi karbon-14 ini mengenai sampel yang diukur, maka elemen karbon-14 air tersebut akan masuk ke dalam sampel. Dengan kondisi ini, umur sampel akan menjadi lebih muda dibandingkan yang sebenarnya.
Kebalikannya bisa juga terjadi. Di bawah kondisi tertentu, jumlah karbon-14 yang ada di sampel dapat menguap keluar membentuk karbonat dan bikarbonat. Dalam kondisi ini, umur yang dihitung akan jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Pada kenyataannya ada banyak temuan yang nyata yang menunjukkan tes karbon-14 tidak tepat. Sampel dari makhluk yang masih hidup, dites dengan karbon-14, menunjukkan umurnya beberapa ribu tahun. Sedangkan sampel dari makhluk yang baru saja mati menunjukkan umur yang jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Diketahui bahwa tes karbon-14 yang dilakukan terhadap sampel yang telah diketahui umurnya, biasanya memberikan hasil yang salah. Contohnya:
- Tes karbon-14 yang dilakukan terhadap anjing laut yang baru saja mati, menunjukkan umur 1.300 tahun.
- Umur dari tiram yang masih hidup adalah 2.300 tahun.
- Tanduk rusa yang sama menunjukkan umur 5.340, 9.310 dan 10.320 tahun.
- Kulit kayu pohon memberikan hasil 1.168 dan 2.200 tahun saat ketika diukur dalam waktu yang bersamaan.
- Di kota Jarmo Irak Utara orang-orang di sana hidup 500 tahun lalu, tetapi dengan tes karbon-14 umurnya adalah 6.000 tahun.
Kenyataanya, semua contoh ini mempelihatkan fakta bahwa tes karbon-14 juga tidak bisa diterima keakuratannya seperti halnya tes radiometrik yang lain.
Spoiler for INDEKS FOSIL:
Sudah disebutkan bahwa SATU-SATUNYA tes radiometrik yang bisa digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup hanyalah test karbon-14. Sebagai tambahannya, tes karbon-14 hanya bisa digunakan untuk menghitung sampel yang berumur kurang dari 60 ribu tahun. Tetapi fosil yang dipelajari oleh para ilmuwan evolusionis dan kita baca dari buku-bukunya, kadang-kadang berumur sampai jutaan tahun.
Jadi bagaimana mereka bisa menentukan umur fosil-fosil tersebut?
Jawaban terhadap pertanyaan ini akan terlihat menarik banyak orang yang menghadapi masalah ini untuk pertama kali, karena angka-angka yang diberikan oleh para evolusionis sangat mengesankan – seolah-olah mereka metoda penentuan umur yang benar-benar canggih. Akan tetapi metoda penetuan umur fosil yang berikutnya, yaitu metoda indeks, tidak disangka benar-benar mencengangkan.
Karena tes radiometrik tidak bisa digunakan terhadap fosil, maka untuk menentukan umur fosil para evolusionis melihat lapisan tanah di mana fosil itu ditemukan. Metoda penentuan umur fosil dengan melihat umur lapisan tanahnya ini dinamakan metoda “indeks fosil”.
Langkah pertamanya adalah menentukan umur setiap lapisan geologis dengan menggunakan metoda tes radiometrik. Kemudian fosil yang ditemukan di lapisan ini ditentukan umurnya berdasarkan umur lapisan geologisnya.
Pada kenyataannya ada sebuah masalah penting dalam hal ini yaitu : tes penentuan umur batuan hanya bisa dilakukan terhadap batuan vulkanik. Batuan jenis ini adalah batuan yang terbentuk dari lava yang keluar dari gunung berapi, membeku dan berubah bentuk. Jadi di dalam batuan ini sangat kecil kemungkinan bisa ditemukan fosil karena proses pembentukannya. Makhluk hidup yang masuk ke dalam lava panas akan habis terbakar.
Lapisan batuan bumi
Lebih jauh, hampir semua fosil berada di lapisan sedimen tanah atau tumpukan bebatuan. Lapisan sedimen tanah ini bertumpuk melalui perubahan permukaan bumi atau karena penyebab yang lain, menutupi permukaan makhluk yang mati ini. Organ lunak dari makhluk yang mati ini mulai membusuk dengan cepat. Hanya kerangka yang tersisa. Dan kerangka ini menjadi keras dan membatu, menyerap kalsium dan bahan-bahan lain dari sekitarnya. Akhirnya hanya tersisa kerangka yang membatu. Biasanya lapisan sedimen yang menutupi kerangka yang membatu ini terbuat dari batuan garam, bertambah tebal sesuai dengan berlalunya waktu. Saat lapisan ini semakin tebal, tekanan meningkat dan lapisan-lapisan sedimen berubah menjadi batu keras. Melalui proses ini, fosil dapat diawetkan untuk periode waktu yang lama. Akan tetapi penentuan umur dengan tes radiometrik tidak bisa dilakukan terhadap batuan ini.
Secara singkat, ada sebuah pertentangan yang sangat mutlak yaitu: hanya batuan vulkanik yang satu-satunya mungkin dipakai untuk memperkirakan umurnya, tetapi hampir tidak pernah ditemukan ada fosil di dalamnya karena proses pembentukan batuan vulkanik tersebut.
Jadi kenyataannya, batuan yang berisi fosil tidak bisa ditentukan umurnya dengan metoda apa pun!
Spoiler for Coelacanth:
Fosil ikan Coelacanth dikatakan hidup 300 juta tahun lalu
Berdasarkan umur lapisan ini, umur ikan Coelacanth juga ditentukan berumur 300 juta tahun. Umur 300 juta tahun cocok untuk Coelacanth karena ikan ini diperkirakan merupakan bentuk perubahan ikan primitif. Jika ada fosil manusia ditemukan pada lapisan ini, maka para evolusionis akan berpikir bahwa mereka sudah membuat sebuah kesalahan, karena bagi mereka tidak mungkin menemukan fosil manusia di lapisan yang umurnya sangat tua menurut teori mereka.
Setelah penemuan besar ini, semua fosil yang ditemukan di lapisan yang sama dengan ikan Coelacanth ini juga diberi umur 300 tahun tanpa keraguan sedikit pun. Selanjutnya ikan Coelacanth menjadi “indeks fosil” (fosil penentu umur). Jadi ikan itu digunakan untuk menentukan umur batuan sedimen yang tidak mungkin diukur dengan tes radiometrik.
Jika kemudian ada ikan Coelacanth ditemukan pada lapisan tanah yang lain, maka lapisan itu langsung diasumsikan mempunyai umur yang sama dengan ikan ini. Indeks fosil ini juga biasa digunakan untuk menentukan umur fosil yang lain.
Akan tetapi apa yang terjadi berikutnya, ikan Coelacanth yang diperkirakan berumur 300 juta tahun dan telah digunakan sebagai indeks fosil sejak lama, ternyata ditemukan nelayan dalam keadaan hidup. Kemudian anggota spesies yang sama juga ditemukan dalam beberapa waktu selanjutnya mulai dari tahun 1938 sampai sekarang.
Ikan Coelacanth hidup banyak ditemukan sekarang ini
Ini membuktikan bahwa makhluk ini (ikan Coelacanth) bukanlah bentuk transisi ikan primitif, yang diperkirakan hidup 300 juta tahun lalu dan kemudian punah. Ikan ini adalah ikan yang masih hidup sampai sekarang. Berdasarkan kenyataan ini, maka semua penggunaan umur fosil yang mempergunakan ikan Coelacanth sebagai indeks fosil menjadi tidak berlaku lagi.
Kasus ini menunjukkan metode indeks fosil dangat lemah dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Para evolusionis yang menghitung umur batuan dengan tes radiometrik dan kemudian mempergunakan batuan ini sebagai indeks, ternyata terbukti tidak tepat. Ketika para evolusionis menemukan berbagai fosil dari makhluk yang sama di tempat-tempat yang berbeda di seluruh bumi, lapisan di tempat makhluk itu itu ditemukan juga diterima memiliki umur yang sama tuanya.
Masalah yang paling penting terletak pada kalkulasi spekulatif ini, yaitu asumsi adanya evolusi makhluk hidup. Karena, fosil yang diterima sebagai “indeks” ini diasumsikan hidup pada masa purba dan berubah menjadi spesies lain. Akan tetapi jika klaim terhadap terjadinya proses evolusi ini tidak diterima, maka semua perkiraan umur ini tidak ada artinya.
Alasan dari itu semua adalah, anggota dari spesies yang sama yang sebelumnya diterima sebagai indeks fosil yang diperkirakan hidup berjuta tahun lalu, ternyata ditemukan masih hidup sekarang ini tanpa ada perubahan bentuk. (seperti contoh ikan Coelacanth). Sebagai akibatnya, metoda indeks fosil ini tidak bisa dipergunakan lagi sebagai penentu umur fosil yang bisa dipertanggungjawabkan, dan juga berimbas pada pentuan semua fosil dengan umur yang sama di lapisan batuan yang sama.
Sebagai tambahan, telah terbukti bahwa test radiometrik yang digunakan untuk menentukan indeks fosil sama sekali tidak bisa dipercaya kebenarannya.
Indeks fosil ternyata digunakan untuk membagi lapisan bumi ke dalam bermacam kategori sesuai dengan lapisan geologisnya.
Contohnya, lapisan yang berisi sebagian besar invertebrata dikatakan berasal dari “periode cambrian”. Semua fosil yang ditemukan pada lapisan ini, juga dinamakan sebagai makhluk priode cambrian.
Setelah periode cambrian ini, sesuai dengan sudut pandang evolusionis, vertebrata dan mamalia bergabung menjadi satu. Jadi melalui asumsi ini disusun bukti dari perkembangan evolusi pada catatan fosil. Di asumsikan bahwa ada urutan perubahan bentuk dari invertebrata menjadi vertebrata, bentuk primitif dan menjadi moderen. Akan tetapi, in bukanlah bukti yang sebenarnya untuk memastikan terjadinya proses evolusi, karena hanya asumsi yang diambil setelah teori evolusi diterima.
Sebuah contoh kecil akan memperjelas kondisi masalah ini:
Setiap orang yang menyelam dengan perlengkapan tabung udara di laut akan menjumpai berbagai makhluk hidup yang sama dengan makhluk yang dikatakan oleh para evolusionis berasal dari periode cambrian. Dapat terlihat bahwa invertebrata dan organisme yang tidak termasuk jenis crustacea hidup di dasar laut pada saat yang sama sekarang ini. Kemudian fosil yang tergolong pada periode cambrian masih hidup dengan semua jenisnya sampai hari ini pada waktu yang sama. Padahal, para evolusionis mempergunakan fosil dari makhluk ini sebagai indeks fosil, menyatakan umur mereka miliaran tahun.
Spoiler for Sejarah Peradaban Manusia:
Seluruh catatan sejarah mengenai umat manusia dan temuan arkeologis yang diketahui, berumur tidak lebih dara beberapa ribu tahun yang lalu. Jadi masuk akal bila dikatakan bahwa tidak ada ada informasi mengenai manusia sebelum 4,000 SM.
Sementara itu para evolusionis menyatakan bahwa manusia modern sudah ada di bumi beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Terhadap hal ini, muncul pertanyaan: “Mengapa manusia modern hidup tanpa catatan apa pun yang bisa ditemukan selama ratusan ribu tahun, kemudian tiba-tiba muncul lagi pada tahun 4.000 SM?”
Semua kalkulasi alam dan metode observasi untuk memperkirakan sejarah bumi ternyata menghasilkan umur bumi yang lebih kecil dibandingkan yang diklaim para evolusionis.
Test yang digunakan oleh evolusionis tidak seperti kalkulasi dan observasi berdasar kejadian di alam, tetapi metode ini dibuat oleh mereka sendiri, berisi kriteria yang ditentukan sendiri. Akibatnya, metoda penentuan umur (tes radiometrik dan indeks fosil) buatan mereka memberikan hasil perhitungan tepat sesuai dengan yang mereka harapkan sebelumnya.
Bagi orang yang percaya pada teori Penciptaan, umur bumi tidaklah begitu penting, berapa pun umur alam semesta atau umur bumi, semuanya ada karena langsung diciptakan satu persatu oleh Tuhan, bukan terjadi karena proses evolusi.
Sebaliknya para evolusionis menyatakan teorinya bahwa alam semesta berumur 10 miliar tahun dan bumi berumur 4,5 miliar tahun.
Mereka juga membuat metoda sendiri (tes radiometrik dan indeks fosil) untuk membuktikan teorinya. Stephen Hawking sendiri mengakui, “Waktu selama itu (miliaran tahun) diperlukan untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan sebuah makhluk yang cerdas.”
Percayakah Anda Bumi Tercipta pada 22 Oktober 4004 SM?
Ussher yakin bahwa bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul 18:00.
NEW YORK, Jaringnews.com - Para saintis umumnya percaya bumi ini telah berumur sekitar 4,5 miliar tahun. Keyakinan itu didapat berdasarkan bukti meterorit dan tingkat peluruhan molekular. Namun karena sains demikian rumit dan kerap membosankan, orang sering mencari cara dan sumber lain untuk mengukur usia bumi. Dan, hasilnya cukup mengejutkan, kendati ada juga yang menganggapnya lelucon.
Lalu berapakah usia bumi sebetulnya?
Salah satu perhitungan yang kini banyak dibicarakan, sebagaimana dikisahkan oleh Brian Palmer, kolumnis pada the Slate, (12/10), adalah yang dilakukan oleh seorang bishop Irlandia yang hidup di abad 17. James Ussher, bishop itu, mengatakan bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 Sebelum Masehi (SM) pukul 18:00.
Ussher membuat perkiraan tentang hari penciptaan berdasarkan data kronologis kisah-kisah di Alkitab. Kemudian ia membandingkannya dengan peristiwa bersejarah dalam peradaban. Usshers antara lain menggunakan hari kematian Raja Babilonia, Nebuchadnessar sebagai salah satu batu penjuru perhitungan. Kematian itu terjadi pada tahun 562 SM.
Ia juga memperhitungkan penafsiran atas berbagai data di alkitab. Antara lain, Adam yang hidup selama 930 tahun, putranya Set yang hidup 912 tahun, Israel menjalani pembuangan ke Mesir selama 430 tahun dan sebagainya. Berdasarkan berbagai data dan penafsiran itu, Ussher kemudian yakin bahwa bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul 18:00.
Uniknya, berbagai perhitungan tentang usia bumi yang didasarkan pada kronologi kisah Alkitab memang tidak jauh berbeda. Bila mengacu pada perhitungan yang dilakukan oleh St Theopilus dari Antiokia pada abad kedua, bumi ini lahir pada tahun 5529 SM, atau hanya berbeda sekitar 1500-an tahun. Sedangkan menurut Joseph Juste Scaliger dalam karyanya De emendatione temporum (1583), bumi ini tercpita pada tahun 3949 SM.
Yang agak mengejutkan, baru-baru ini, seorang evangelis dari AS, Paul Brown melontarkan lagi perkiraan yang kontroversial. Dia mengatakan bumi ini sudah berusia 9000 tahun. Sayangnya, ia tidak mengemukakan apa yang mendasari perhitungannya itu.
Anda mungkin bertanya, apa perlunya manusia merepotkan hari lahirnya bumi?
Jangan kaget. Para teolog abad 17 –dan sampai kini masih ada yang meyakininya—umumnya percaya bahwa Armageddon atau sering juga diartikan sebagai hari kiamat, akan tiba jika usia bumi sudah mencapai 6000 tahun. Maka usia bumi tentu perlu diketahui untuk menaksir berapa lama lagi kira-kira masa kiamat itu akan tiba. Sebagian orang akan mempergunakannya untuk bertobat, tetapi ada juga yang memanfaatkan waktu untuk mengambil ancang-ancang untuk pindah ke planet lain.
Yang jelas, bila percaya pada perkiraan Ussher, Anda dapat bernafas lega, karena Armageddon ternyata tak benar-benar terjadi. Sebab seharusnya ia sudah muncul pada tahun 1996 lalu.
Sedangkan bila Anda percaya pada Paul Brown dan kepada perkiraan para saintis, Anda makin bisa bernafas jauh lebih lega. Sebab, jika bumi ini sudah berusia 9000 tahun atau malah miliaran tahun, itu berarti ramalan tentang kedatangan Armageddon sama sekali sudah ketinggalan zaman. Karena Armageddon seharusnya sudah terjadi setidaknya 3000 tahun lalu.
Lain halnya jika Anda memang benar-benar percaya akan adanya Armageddon tersebut. Bila itu yang Anda yakini, seberapa pun usia bumi tak lagi penting.
Nah, mana yang Anda yakini?
pakisal212 memberi reputasi
1
10.7K
Kutip
75
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
79.3KThread•11.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok