Tidak menyinggung kehidupan siapapun, just share my experience.
Hidup numpang, entah numpang sama orang lain atau sodara pasti ada hal yang menyenangkan dan menyedihkan.

Teman yang pernah merasakan hidup numpang:






Setelah lulus SMP, karena suatu keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, ayah petani dan ibu buruh serabutan akhirnya ayah memutuskan untuk saya tinggal bersama paman di Jakarta (maklum paman saya lebih mapan kehidupannya sebagai manager disebuah perusahaan elite). Paman sanggup untuk menyekolahkan saya hingga tingkat SLTA.

Paman mempunyai seorang anak yang seumuran juga dengan saya, namanya Andi. Kami disekolahkan disekolah yang sama namun beda kelas.
Saya lihat paman dan bibi wellcome menyambut kedatangan saya ketika saya pertama datang bersama ayah, tapi setelah ayah pergi lagi ke kampung, banyak hal yang saya rasa tidak adil ( saya sendiri tidak menuntut keadilan, karena saya sadar cuma hidup numpang ).

Baiklah kita mulai hal-hal yang saya rasakan saat hidup numpang.

Waktu Bermain Dibatasi
Sepulang sekolah mereka tidak melarang saya untuk bermain, tapi bibi cemberut begitu saya pulang bermain. Apalagi jika taman penuh daun jatuh tidak saya sapu, omelan pasti saya terima. Sementara anaknya, Andi bebas bermain sampai pulang hampir maghrib, mandi lalu bermain lagi.(Disini menurut saya remaja perlu untuk bermain agar kelak mereka menjadi supel dalam bergaul, tentu waktu bermain yang wajar)

Makanan
Sekali lagi saya tekankan bahwa saya tidak menuntut keadilan dalam berbagai hal, tapi jiwa ini tidak bisa dibohongi bahwa hati ini sedih.
Bibi menyembunyikan makanan di lemari yang terkunci untuk paman, bibi, dan anaknya.

Cara Perintah Yang Kurang Baik
Seringkali bibi memerintah saya mengerjakan pekerjaan rumah dengan omelan, padahal dengan kata yang halus pun saya bisa mengerti dan pasti saya kerjakan.
Contoh: " Halaman rumah kotor banget kaya rumah hantu, kalo rumah ini ga ada orangnya wajar!!!" sambil teriak-teriak.

Sekolah Asal Lulus
-Banyak faktor yang membuat saya sedih sendiri, contohnya saat sekolah mewajibkan saya memasuki satu extra kulikuler (paskibra, pecinta alam, dll), saya dimarahi karena ekstra kulikuler itu memerlukan biaya tambahan.
-Fasilitas sekolah tidak ada cuma buku tulis dan pulpen (saat diwajibkan membeli buku LKS, semua siswa membeli, sementara saya saat ada tugas LKS sibuk memohon kepada teman untuk ijin mencatat soal tugas, baru saya isi jawabannya. Karena saya tidak membeli LKS).
-Pakaian pun asal muat, celana sudah ketat, kancing udah ga muat(sakit banget perut saya kalo pake celana sempit itu) masih saya pakai. Pernah suatu hari saya memberitahukan hal ini kepada paman dan bibi, saya malah kena omelan. Mereka bilang kalo mereka tanpa dipinta pun akan memberikan, ya tapi entah kapan. Berbeda dengan Andi begitu bilang langsung diberi uang untuk hal apapun.

Malu Ketika Ada Teman Kerumah
Ketika teman menjemput saya untuk bermain, tapi selalu saya tolak dengan alasan palsu. Karena kalo aq jujur bahwa aq dilarang bermain oleh bibi, akan memperburuk image saya dan keluarga. Bisa2 saya diejek disekolah.

Hal Positif
Saya punya pengalaman dalam hidup, kelak saya harus bisa menyekolahkan anak saya dengan orang tuanya. Agar dia bisa hidup dan tumbuh kembang dengan baik, sama seperti remaja lainnya yang hidup wajar dan penuh kasih sayang.

Saya lulus SLTA tahun 2014 kemarin. Sekarang saya sudah pulang ke Jogja dan sudah bekerja. Terimakasih buat Paman dan Bibi saya bisa lulus SLTA. Saya akan melanjutkan kuliah dg penghasilan dari bekerja.