VIVA.co.id - Bandara Adisucipto Yogyakarta,
saat ini dinilai sangat overload. Hal itu, bukan
karena ramainya aktivitas penerbangan, tetapi
bandara itu juga dimanfaatkan untuk tempat
latihan terbang militer TNI Angkatan Udara.
Untuk itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan,
meminta bawahannya untuk bertindak. Apalagi,
saat ini sudah mendekati Puasa dan Lebaran.
"Bandara Adisucipto itu sudah amat sangat
padat. Jadi, saya harap pihak Perhubungan Dirjen
Udara mengirim surat kepada Kepala Staf
Angkatan Udara untuk menghentikan sementara
latihan militer selama operasi Lebaran," ujar
Ignasius Jonan, saat ditemui di Kantor Komisi V
DPR RI, Jakarta, Rabu 10 Juni 2015.
Sebelumnya, pemerintah juga telah berencana
memfungsikan Bandara Gading di Gunungkidul
sebagai tempat latihan terbang militer TNI
Angkatan Udara.
Pemanfaatan Bandara Gading, saat ini tinggal
menunggu selesainya perbaikan dan
pembangunan fasilitas pendukungnya. Jika sudah
selesai, kepadatan latihan latihan terbang militer
di Adisucipto bisa terkurangi setidaknya 50
persen.
Menteri Perhubungan juga menyampaikan usul
kepada Presiden, saat rapat kerja bersama Komisi
V DPR RI. Dalam usulnya tersebut, Menhub
menyampaikan bahwa ada bandar udara yang
merugi, agar dikembalikan ke Kemenhub.
"Ya, itu baru usulan saja kepada Presiden, saya
juga sudah bicarakan kepada Menteri BUMN.
Kalau ada yang merugi, kembalikan saja ke saya,
daripada membebani BUMN dan tidak
dikembangkan sesuai harapan masyarakat," ujar
Jonan.
Saat ini, menurut Jonan memang ada beberapa
bandar udara yang kurang mumpuni dan merugi
termasuk di bagian wilayah Indonesia timur. (asp)
sumur
Ibarat nastak nebeng dirumah orang, eh saat si sodaranya pada mau datang, tuan rumah diusir biar ga ganggu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala
Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (Purn)
Chappy Hakim bersuara keras melalui akun
Twitter , @Chappyhakim. Dia merasa geram
melihat TNI AU seperti dianaktirikan penguasa
negeri ini.
Dia mencontohkan, prajurit Pasukan Khas AU
malah diganti Marinir yang notabene satuan TNI
AL untuk menjaga Bandara Cengkareng atau
Soekarno-Hatta. Pun dengan Bandara Halim
Perdanakusuma sebagai salah satu aspek
pertahanan udara RI malah dikembangkan
menjadi bandara komersial.
Dia juga menyoroti, panglima TNi sepeninggal
Jenderal Moeldoko, sepertinya belum tentu
diserahkan ke KSAU Marsekal Agus Supriyatna.
Padahal, selama ini, panglima TNI dari matra AU
baru sekali, yaitu dijabat Marsekal Djoko Suyanto.
Adapun, TNI AL dua kali, yaitu Laksamana
Widodo AS dan Agus Suhartono. Sementara, TNI
AD sejak Orde Baru mendapat kesempatan
sembilan kali menjadi panglima TNI.
"Paskhasau di Cgk diganti Marinir, HLM utk
pnbgn komersial, PangTNI blm tntu dari
AU....bubarin aja AU!" kata Chappy.
Dia benar-benar tidak habis pikir, mengapa TNI
AU harus selalu dipaksa untuk diabaikan
keberadaannya. Melihat realita itu, ia
menyarankan agar TNI AU lebih baik ditiadakan
saja.
"Puluhan tahun keberadaan AU tdk dihargai
samasekali di negeri ini. Mungkin mmg lbh baik
dibubarkan saja dp tjdi degradasi moral
anggt.nya," kata mantan gubernur Akademi
Angkatan Udara pada 1997 itu.
Chappy melanjutkan, "Paskhasau di Airport CGK
diganti Marinir. HLM utk pnbgn komersial.
PangTNI blm tnt AU. Negeri ini mmg tdk butuh
AngkatanUdara. Bubar saja."
Rupanya tuit kegeramannya itu mendapat respon
dari temannya yang berstatus sebagai pakar
kuliner dan caleg Partai Gerindra, Bondan
Winarno. Bondan merasa bisa memahami
kemarahan rekannya tersebut.
"@chappyhakim I can relate with you, Marshall. I
feel your anger. Swa Bhuwana Pakca," kata
Bondan.
sumur