- Beranda
- Catatan Perjalanan OANC
Penjelajahan Gunung Halimun Salak jurusan Cimelati – Pasir Reungit
...
TS
xbandroLx
Penjelajahan Gunung Halimun Salak jurusan Cimelati – Pasir Reungit
Kami berdua, saya dengan Srikandi, sudah dari tahun lalu ingin mencoba menjelajahi gunung yang terkenal hutannya yang lebat dan basah. Kami penasaran dengan keragaman di dalam hutannya, flora dan fauna. Kami sedikit mengalami kebingungan dalam menentukan jalur yang akan kami lalui. Berhubung kami datang jauh dari timur ke barat Jawa, maka kami memilih jalur yang memakan waktu 2 malam di gunung ini. Atas informasi dari teman-teman di Jawa Barat, yang sebelumnya pernah bertemu untuk melakukan beberapa pendakian bersama saya di beberapa gunung, jalur Cimelati-lah yang kami pilih, lalu menuju puncak Salak 1, dan turun melalui jalur Pasir Reungit.
Berikut ini beberapa catatan Srikandi selama penjelajahan, selamat membaca.
19.15
Berangkat dari Stasiun Pasar Turi menaiki kereta Agro Bromo Anggrek.
04.30
Sampai di stasiun Jatinegara, lalu membeli tiket KRL tujuan Bogor dengan transit di Manggarai terlebih dahulu.
05.30
Berangkat dari Jatinegara.
05.35
Sampai di Manggarai.
06.00
Berangkat dari Manggarai menuju Bogor.
07.05
Sampai di stasiun Bogor, mengembalikan tiket KRL. Lalu keluar stasiun untuk mencari angkutan 02 jurusan Sukasari. Angkutan dalam kota warna hijau.
08.05
Sampai di pertigaan Sukasari. Oper angkutan warna biru jurusan Cicurug turun di Cimelati.
09.15
Sampai di pertigaan Cimelati, di daerah ini terdapat mini market untuk melengkapi perbekalan. Dari sini pula kita bisa naik ojek menuju batas rimba gunung Salak, para ojek menamai “Los”, di tengah perjalanan kami mampir dahulu ke warung khas Sunda untuk membungkus sarapan. Seperti ojek-ojek kaki gunung biasanya, tipikal mengendarainya cepat dan memacu andrenalin.
09.45
Sampai di ujung jalan aspal, sarapan makanan bungkus di pinggir jalur terlebih dahulu.
10.30
Mulai mendaki , sepanjang jalur teduh dengan hutan yang lebat, menanjak dan sedikit ada bonusnya.
12.00
Kami sampai di lahan yang sedikit luas, di sini terdengar suara aliran air dari bawah kanan jalur, kami mengira inilah pos 3 yang diceritakan teman-teman Jawa Barat. Kata mereka ada pipa bocor di daerah pos ini, tapi setelah ditelusuri ke kanan bawah jalur ternyata blank. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan harapan bertemu pipa bocor yang dimaksud. Kami harus sangat menghemat air sampai bertemu sumber air di pertigaan Bajuri yang jaraknya satu malam lagi sampai besok siang.
12.10
Bertemu dengan rombongan turun yang sedang istirahat makan siang. Dan ternyata di sinilah pos 3. Tepat di sebelah mereka duduk ada pipa bocor. Minum air sepuasnya.
14.05
Sampai di pos 4. Jalurnya asik poll…! Menanjak tanpa henti. Jangan lupa menengok kanan kiri, this is amazing land. Really rainforest just like Borneo. Kurang 2 pos lagi, suasana sudah seperti sore hari karena halimun turun. Saya sempat down melihat kondisi ini. Tak apa kami harus tetap berjalan jangan sampai kemalaman di jalan.
15.18
Sampai pos 5. Turun lah hujan, kami berhenti sebentar untuk memasang mantel. Melewati pos 5 jalur sudah tidak senanjak sebelumnya, banyak akar-akar pohon yang menjadi pijakan kami, lumpur juga mulai banyak terlihat di jalur. Benar-benar hutan basah, licin.
16.30
Sampai puncak. Alhamdulillah… yeyeye..!! kabut….
17.00
Tenda sudah jadi. Seperti saran teman-teman, kami tidak mendirikan tenda di antara pepohonan puncak.
Malam di puncak Salak sangat tenang, terdapat makam (watch your manner and attitude), tidak ada angin yang kencang, hanya kabut yang membuka tutup pemandangan. Dan hanya tenda kami yang berada di sini.
Pagi hari diisi dengan memasak, makan, packing, berfoto, dan menikmati sejuknya suasana puncak Salak. Dari sini terlihat puncak Salak II, jalur menuju ke sana jarang dilewati, dan tertutup.Tak lama kemudian datang beberapa anak muda naik dari Cidahu, mereka camp di simpang Bajuri.
08.45
Berangkat menuju persimpangan Bajuri, jalur lebih basah lagi daripada jalur Cimelati, lebih asoy karena banyak jalur yang dipasangi tali untuk pegangan dengan tingkat kemiringan hampir tegak lurus. Tidak jauh dari puncak kami menemukan tumbuhan masterpiece-nya gunung Salak, Nepenthes. Kami menemukan 2 jenis, ada yang merambat di pohon-pohon dekat jurang dan ada yang di pangkal pepohonan tersembunyi di balik dedaunan dan ranting, amazing..!! Jalur ini tidak memiliki pos-pos tetapi ada beberapa patokan HM dan KM 90, 70, dst. Kita ikuti saja patok itu, jalur ini lebih bervariasi tidak hanya turunan saja, ada yang landai, menyisir punggungan dengan jurang yang tertutup kabut di salah satu sisinya, ada jalur yang penuh dengan lumpur sehingga untuk melewatinya kami harus melewati kayu tumbang atau bebatuan.
13.40
Sampai di simpang Bajuri. 5 jam 30 menit kira-kira, terlalu lama sebenarnya, mengingat kami selama di perjalanan menoleh kiri kanan mengamati tumbuhan, siapa tau bertemu yang unik, dan mengabadikannya dengan kamera ponsel. Dari persimpangan ini ke pos perijinan jalur Cidahu 1 jam lagi, namun tujuan kami ke arah kawah Ratu yang kira-kira 1 jam juga dari simpang Bajuri.
14.00
Setelah istirahat sebentar dan mengisi air, kami mulai berjalan menuju helipad, jalurnya sudah bagus, batu ditata sedemikian rupa dan landai. Di beberapa titik ada papan yang bertuliskan ajakan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
14.30
Sampai di Helipad. Luar biasa luasnya, hampir menyamai lapangan sepakbola. Rencana awal kami menginap di sini. Namun, melihat kecukupan waktu yang tersedia, estimasi kami masih bisa untuk camp di daerah jalur setelah melewati kawah Ratu nanti dan takutnya jika kami camp di Helipad akan kesiangan sampai Pasir Reungit karena jadwal kereta kami besok sore.
14.45
Mulai berjalan lagi menuju Kawah Ratu.
15.30
Kami berhasil menyeberangi Kawah Ratu, takutnya bukan main, apalagi ketika harus melewati sungai yang dialiri air campur sulfur warna biru kehijauan berarus deras, keadaan juga sedang gerimis. Belum lagi suara air mendidihnya. Kita harus jeli melihat jalurnya, untungnya saat itu masih ada bekas streamline. Sisi-sisi jalur berbatu hangat ini keluar asap belerang. Pendaki hanya boleh berada di kawah selama 15 menit, takutnya terjadi apa-apa karena ini masih aktif. Kami mempercepat langkah, ampun rasanya.
Setelah sampai di tanjakan tepi kawah, kami menyantap telor dulu untuk mengisi kekosongan perut dan menambah tenaga. Sepanjang perjalanan setelah kawah Ratu, kami menemui setidaknya 3 kawah mati beserta pepohonan yang mati. Jalur landai dan berair, bersisian dengan aliran sungai kecil. Hal yang menyenangkan ketika kami melompat ke batu-batu di jalur menghindari basahnya sepatu. Hampir sampai pada tujuan kami camp, hujan turun lagi.
16.45
Akhirnya sampai di tanah yang cukup luas untuk mendirikan tenda, hujan pun berhenti dan kami bergegas mendirikan tenda. Sebelum tenda jadi, hujan pun datang lagi dan kali ini lebih deras. Basahlah hampir semua peralatan kami, untunglah pakaian ganti dan sleepingbag masih selamat dari terjangan hujan.
17.30
Tenda sudah berdiri, tapi air hujan sudah menggenangi di dalam tenda. Its ok we can handle it… kami menguras genangan tersebut sebelum gelap datang.
18.00
Tenda telah bebas dari genangan meskipun tidak kering, ganti baju, masak, makan, tidur, diiringi gerimis sepanjang malam.
Pagi…segar…ramai kicau burung, matahari belum tampak cerah. Segera kami menjemur pakaian yang basah. Di pinggir area ini berlimpah airnya yang bening menyegarkan. Kami tidak camp sendirian, ada rombongan dari UIN Bogor yang sudah camp dahulu, dalam rangka diklat angkatan ke 5. Kata beberapa dari mereka, untuk menuju ke Pasir Reungit dari sini membutuhkan waktu 30 menit, 45 menit kalau membawa beban. Yap, mereka benar, kami berangkat 09.45 dan sampai di pos 10.30. sebelum mencapai pos ada curug di sebelah kanan jalur tapi kami tak mampir. Sesampainya di pos kami diharuskan membayar 50ribu terhitung 2 malam menginap, dan dikarenakan kami tidak membawa surat ijin atau mendaki dari jalur yang tidak resmi.
Pos Pasir Reungit – Pasar Rebo sekitar 15 menit lebih dengan ojek (12.41)
Pasar Rebo-Pertigaan Cibatok dengan angkutan umum
Pertigaan Cibatok-Terminal Bubulak (14.10)
Terminal Bubulak-Stasiun Bogor (14.45)
Stasiun Bogor-Stasiun Gondangdia (15.45)
Dari Gondangdia langsung menuju Stasiun Gambir dengan ojek. Selagi menunggu kereta Sembrani tiba, sisa waktu kami habiskan dengan menikmati sore hari di Monas.
Terima kasih banyak kepada teman-teman Jawa Barat yang sudah meluangkan waktunya untuk menginformasikan apa yang kami belum ketahui, Bang Anwar, Om Bodrex, Papa Endol, kak Juny Angan, kak Awal, kak Gopak, Kang Hady, kak Nanunk.
Beberapa biota yang sempat kami abadikan ada di blog saya
Berikut ini beberapa catatan Srikandi selama penjelajahan, selamat membaca.
17 Maret 2015
19.15
Berangkat dari Stasiun Pasar Turi menaiki kereta Agro Bromo Anggrek.
18 Maret 2015
04.30
Sampai di stasiun Jatinegara, lalu membeli tiket KRL tujuan Bogor dengan transit di Manggarai terlebih dahulu.
05.30
Berangkat dari Jatinegara.
05.35
Sampai di Manggarai.
06.00
Berangkat dari Manggarai menuju Bogor.
07.05
Sampai di stasiun Bogor, mengembalikan tiket KRL. Lalu keluar stasiun untuk mencari angkutan 02 jurusan Sukasari. Angkutan dalam kota warna hijau.
08.05
Sampai di pertigaan Sukasari. Oper angkutan warna biru jurusan Cicurug turun di Cimelati.
09.15
Sampai di pertigaan Cimelati, di daerah ini terdapat mini market untuk melengkapi perbekalan. Dari sini pula kita bisa naik ojek menuju batas rimba gunung Salak, para ojek menamai “Los”, di tengah perjalanan kami mampir dahulu ke warung khas Sunda untuk membungkus sarapan. Seperti ojek-ojek kaki gunung biasanya, tipikal mengendarainya cepat dan memacu andrenalin.
09.45
Sampai di ujung jalan aspal, sarapan makanan bungkus di pinggir jalur terlebih dahulu.
10.30
Mulai mendaki , sepanjang jalur teduh dengan hutan yang lebat, menanjak dan sedikit ada bonusnya.
Spoiler for :
12.00
Kami sampai di lahan yang sedikit luas, di sini terdengar suara aliran air dari bawah kanan jalur, kami mengira inilah pos 3 yang diceritakan teman-teman Jawa Barat. Kata mereka ada pipa bocor di daerah pos ini, tapi setelah ditelusuri ke kanan bawah jalur ternyata blank. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan harapan bertemu pipa bocor yang dimaksud. Kami harus sangat menghemat air sampai bertemu sumber air di pertigaan Bajuri yang jaraknya satu malam lagi sampai besok siang.
Spoiler for Area sebelum Pos 3:
12.10
Bertemu dengan rombongan turun yang sedang istirahat makan siang. Dan ternyata di sinilah pos 3. Tepat di sebelah mereka duduk ada pipa bocor. Minum air sepuasnya.
Spoiler for Pos 3, pipa bocor ada di sebelah mereka:
14.05
Sampai di pos 4. Jalurnya asik poll…! Menanjak tanpa henti. Jangan lupa menengok kanan kiri, this is amazing land. Really rainforest just like Borneo. Kurang 2 pos lagi, suasana sudah seperti sore hari karena halimun turun. Saya sempat down melihat kondisi ini. Tak apa kami harus tetap berjalan jangan sampai kemalaman di jalan.
Spoiler for Jalur Cimelati:
Spoiler for Jalur Cimelati:
15.18
Sampai pos 5. Turun lah hujan, kami berhenti sebentar untuk memasang mantel. Melewati pos 5 jalur sudah tidak senanjak sebelumnya, banyak akar-akar pohon yang menjadi pijakan kami, lumpur juga mulai banyak terlihat di jalur. Benar-benar hutan basah, licin.
16.30
Sampai puncak. Alhamdulillah… yeyeye..!! kabut….
Spoiler for Puncak Salak II terlihat dari Salak I:
Spoiler for Pemandangan dari Puncak menjelang sunset:
Spoiler for Pepohonan di Puncak Salak I:
Spoiler for aktifitas sebelum matahari terbenam:
17.00
Tenda sudah jadi. Seperti saran teman-teman, kami tidak mendirikan tenda di antara pepohonan puncak.
Malam di puncak Salak sangat tenang, terdapat makam (watch your manner and attitude), tidak ada angin yang kencang, hanya kabut yang membuka tutup pemandangan. Dan hanya tenda kami yang berada di sini.
19 Maret 2015
Pagi hari diisi dengan memasak, makan, packing, berfoto, dan menikmati sejuknya suasana puncak Salak. Dari sini terlihat puncak Salak II, jalur menuju ke sana jarang dilewati, dan tertutup.Tak lama kemudian datang beberapa anak muda naik dari Cidahu, mereka camp di simpang Bajuri.
Spoiler for Pemandangan pagi hari dari Puncak Salak I:
Spoiler for Tenda kami di Puncak Salak I:
Spoiler for Terlihat Gunung Pangrango di kejauhan:
Spoiler for Memasak di pagi hari:
Spoiler for Pepohonan setelah pagi hari:
Spoiler for Selftimer dulu sebelum menuruni jalur Cidahu:
08.45
Berangkat menuju persimpangan Bajuri, jalur lebih basah lagi daripada jalur Cimelati, lebih asoy karena banyak jalur yang dipasangi tali untuk pegangan dengan tingkat kemiringan hampir tegak lurus. Tidak jauh dari puncak kami menemukan tumbuhan masterpiece-nya gunung Salak, Nepenthes. Kami menemukan 2 jenis, ada yang merambat di pohon-pohon dekat jurang dan ada yang di pangkal pepohonan tersembunyi di balik dedaunan dan ranting, amazing..!! Jalur ini tidak memiliki pos-pos tetapi ada beberapa patokan HM dan KM 90, 70, dst. Kita ikuti saja patok itu, jalur ini lebih bervariasi tidak hanya turunan saja, ada yang landai, menyisir punggungan dengan jurang yang tertutup kabut di salah satu sisinya, ada jalur yang penuh dengan lumpur sehingga untuk melewatinya kami harus melewati kayu tumbang atau bebatuan.
Spoiler for Nepenthes (Jangan dipetik loh yah):
Spoiler for Jalur Cidahu turun dari Puncak:
Spoiler for Beberapa tali yang sudah dipasang sebelumnya:
Spoiler for Binatang kecil ini kebetulan menempel di kain celana:
Spoiler for Puncak Bayangan:
13.40
Sampai di simpang Bajuri. 5 jam 30 menit kira-kira, terlalu lama sebenarnya, mengingat kami selama di perjalanan menoleh kiri kanan mengamati tumbuhan, siapa tau bertemu yang unik, dan mengabadikannya dengan kamera ponsel. Dari persimpangan ini ke pos perijinan jalur Cidahu 1 jam lagi, namun tujuan kami ke arah kawah Ratu yang kira-kira 1 jam juga dari simpang Bajuri.
Spoiler for Simpang Bajuri:
14.00
Setelah istirahat sebentar dan mengisi air, kami mulai berjalan menuju helipad, jalurnya sudah bagus, batu ditata sedemikian rupa dan landai. Di beberapa titik ada papan yang bertuliskan ajakan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
14.30
Sampai di Helipad. Luar biasa luasnya, hampir menyamai lapangan sepakbola. Rencana awal kami menginap di sini. Namun, melihat kecukupan waktu yang tersedia, estimasi kami masih bisa untuk camp di daerah jalur setelah melewati kawah Ratu nanti dan takutnya jika kami camp di Helipad akan kesiangan sampai Pasir Reungit karena jadwal kereta kami besok sore.
Spoiler for Lapangan Helipad:
14.45
Mulai berjalan lagi menuju Kawah Ratu.
Spoiler for Kawah Ratu:
Spoiler for Kawah Ratu:
Spoiler for Melintasi Kawah Ratu:
15.30
Kami berhasil menyeberangi Kawah Ratu, takutnya bukan main, apalagi ketika harus melewati sungai yang dialiri air campur sulfur warna biru kehijauan berarus deras, keadaan juga sedang gerimis. Belum lagi suara air mendidihnya. Kita harus jeli melihat jalurnya, untungnya saat itu masih ada bekas streamline. Sisi-sisi jalur berbatu hangat ini keluar asap belerang. Pendaki hanya boleh berada di kawah selama 15 menit, takutnya terjadi apa-apa karena ini masih aktif. Kami mempercepat langkah, ampun rasanya.
Setelah sampai di tanjakan tepi kawah, kami menyantap telor dulu untuk mengisi kekosongan perut dan menambah tenaga. Sepanjang perjalanan setelah kawah Ratu, kami menemui setidaknya 3 kawah mati beserta pepohonan yang mati. Jalur landai dan berair, bersisian dengan aliran sungai kecil. Hal yang menyenangkan ketika kami melompat ke batu-batu di jalur menghindari basahnya sepatu. Hampir sampai pada tujuan kami camp, hujan turun lagi.
Spoiler for Kawah lainnya setelah melewati Kawah Ratu:
Spoiler for Setelah melewati beberapa Kawah:
16.45
Akhirnya sampai di tanah yang cukup luas untuk mendirikan tenda, hujan pun berhenti dan kami bergegas mendirikan tenda. Sebelum tenda jadi, hujan pun datang lagi dan kali ini lebih deras. Basahlah hampir semua peralatan kami, untunglah pakaian ganti dan sleepingbag masih selamat dari terjangan hujan.
Spoiler for Tanah luas lokasi camp:
17.30
Tenda sudah berdiri, tapi air hujan sudah menggenangi di dalam tenda. Its ok we can handle it… kami menguras genangan tersebut sebelum gelap datang.
18.00
Tenda telah bebas dari genangan meskipun tidak kering, ganti baju, masak, makan, tidur, diiringi gerimis sepanjang malam.
20 Maret 2015
Spoiler for Jembatan kecil di jalur Pasir Reungit:
Spoiler for Jalur Pasir Reungit yang digenangi air:
Spoiler for Genangan air yang menyegarkan jalur Pasir Reungit:
Pagi…segar…ramai kicau burung, matahari belum tampak cerah. Segera kami menjemur pakaian yang basah. Di pinggir area ini berlimpah airnya yang bening menyegarkan. Kami tidak camp sendirian, ada rombongan dari UIN Bogor yang sudah camp dahulu, dalam rangka diklat angkatan ke 5. Kata beberapa dari mereka, untuk menuju ke Pasir Reungit dari sini membutuhkan waktu 30 menit, 45 menit kalau membawa beban. Yap, mereka benar, kami berangkat 09.45 dan sampai di pos 10.30. sebelum mencapai pos ada curug di sebelah kanan jalur tapi kami tak mampir. Sesampainya di pos kami diharuskan membayar 50ribu terhitung 2 malam menginap, dan dikarenakan kami tidak membawa surat ijin atau mendaki dari jalur yang tidak resmi.
Spoiler for Pos perijinan Pasir Reungit:
Pos Pasir Reungit – Pasar Rebo sekitar 15 menit lebih dengan ojek (12.41)
Pasar Rebo-Pertigaan Cibatok dengan angkutan umum
Pertigaan Cibatok-Terminal Bubulak (14.10)
Terminal Bubulak-Stasiun Bogor (14.45)
Stasiun Bogor-Stasiun Gondangdia (15.45)
Dari Gondangdia langsung menuju Stasiun Gambir dengan ojek. Selagi menunggu kereta Sembrani tiba, sisa waktu kami habiskan dengan menikmati sore hari di Monas.
Terima kasih banyak kepada teman-teman Jawa Barat yang sudah meluangkan waktunya untuk menginformasikan apa yang kami belum ketahui, Bang Anwar, Om Bodrex, Papa Endol, kak Juny Angan, kak Awal, kak Gopak, Kang Hady, kak Nanunk.
Beberapa biota yang sempat kami abadikan ada di blog saya
Diubah oleh xbandroLx 04-04-2015 05:07
3
11.8K
41
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
1.9KThread•1.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya