Stop. Jangan emosi dulu. Tidak usah menyiapkan dalil. Apalagi tanya dari madzhab siapa. Atau fatwa dari mufti siapa. Khususnya bagi para muslimah berjilbab syari yang selalu aktif dan aktifis dakwah.

Kemarin saya baca status seorang teman fb yang profesor ahli fisika. Mengatakan betapa berbahayanya seorang muslimah berjilbab lebar jika naik motor. Baik di depan apalagi di belakang. Jilbab dan jubahnya yang melambai lambai sangat rentan masuk jeruji motor atau gear belakang. Seorang teman juga mengatakan bahwa jilbab lebarnya sering nutupi lampu sein belakang. Abunai yo!

Perlu ada jaket atau kostum khusus untuk menanggulangi hal ini, kata beliau. Yang akan mengurangi pating klawernya jilbab syari agar aman.
Tapi jika hal itu dilakukan, menjadi tidak syari dong, koment seorang teman.
Wih... Repot yah
Saya bertanya kepada swithet yang kebetulan berjilbab lebar juga. Bagaimana komen ummi?
Ya sebaiknya memang naik mobil. Kalau itu jelas aman, nyaman, syari dan mantap. Katanya semangat.
Weleh, kalau sudah seperti ini saya jadi susah mendefinisikan apakah itu jawaban "syari" atau justru "kesempatan".
Akhirnya saya memiliki kesimpulan bahwa sepeda motor adalah kendaraan yang "tidak syari" bagi muslimah berjilbab syari. Wele... Bingung to.

Kemarin ibu saya bercerita tentang tetangga yang digonceng naik sepeda motor. Jilbabnya masuk gear belakang. Si ibu terbanting ke aspal, luka parah dan meninggal. Ngeri.
Saya juga seperti itu, jika membonceng istri selalu ditegur orang yang sayang sama kami. Hati-hati jilbabnya mbak. Padahal kita sudah sehati hati mungkin dengan mengurangi "kengglembrehan" jilbab semaksimal mungkin.
Sementara pada beberapa muslimah, mereka tidak mau sedikit "memperketat" bajunya "eventhough" untuk alasan safety.

Saya jadi ingat di Jepang, sepeda motor yang kayak di tempat kita itu sangat limited. Hanya ada tukang post pak polisi dan beberapa petugas. Itu pun model "honda kontul". Ada apa gerangan?
Motor 100-150 cc dengan kecepatan maksimum spedometer 160 km/jam is "extremely dangerous". Abunai yo, kata orang Jepang. Jika kecelakaan kemungkinan untuk tewas tinggi. Coba sekali kali check di kepolisian dalam setahun berapa persen korban meninggal akibat motor accident. Huakeh dulur. Itulah kenapa (mungkin) di Jepang sangat dibatasi.
Hanya ada gensuki (motor matik 50 cc) single seater dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Ada lagi moge yang tentu harus dengan ijin khusus.

Gensuki, motor 50 cc kecepatan maksimum 40 km/jam

Oya, di Jpn anak SMA itu baru dapat ijin ke sekolah naik sepeda onthel. Anak SMP boleh untuk yang jauh saja.

Sepeda di Jepang

Ada juga mobil K yaitu mobil 600cc dengan kecepatan 80 km/jam. Ditanggung kita semua sebagai negara kaya raya jamrud katulustiwa akan gengsi memakai gensuki atau mobil K tadi.

Mobil 600 cc

Jadi jelas lah bahwa sepeda motor (ala Indonesia) itu merupakan kendaraan yang "kurang syari" ala Jepang.

Sepeda Motor di Jepang

Terus saya harus bagaimana? Kata seorang muslimah yang aktivis dan selalu berjilbab syari. Jelas suami saya belum punya uang beli mobil. Padahal saya harus aktif. Ada solusi? Jangan hanya ngasih fatwa nggak jelas
Seperti biasa, saya nggak tahu.
Saya hanya menyampaikan fakta.

Kok berani mengatakan motor nggak syari? Kejarnya
Weladalah. Kok ngeyel.

Catatan : Bagi saudariku berjilbab lebar, hati-hati jika bermotor