ANTARA SIOMAI DENGAN XIAOMI

Ternyata masih banyak yang susah membedakan penyebutan "siomai" nama makanan dengan "Xiaomi" produsen ponsel dan perlengkapannya yang tengah menjadi primadona di pasar Indonesia maupun pasar dunia.

"Siomai" adalah penyebutan ala bahasa Indonesia, dalam bahasa Tiongkok, tempat makanan ini berasal, digunakan sebutan "shaomai" atau "siu maai", yang artinya entah apa, dan kadang nama makanan memang tak mengandung makna apa-apa. Dalam resep asli Tiongkok, siomai adalah daging babi cincang yang dibungkus kulit yang tipis dari tepung terigu, sedangkan siomai versi resep Indonesia yang mayoritas Muslim, siomai dibuat dari ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Di berbagai daerah di Indonesia siomai tidak selalu dibungkus dengan kulit dari tepung terigu (kulit Pangsit).

Khusus untuk Muslim, agar lebih berhati-hati saat membeli siomai di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara, atau wilayah Bumi Serpong Damai, Tangerang, karena di dua kawasan tersebut terdapat penjaja siomai yang menggunakan "resep aslinya". Meski para penjual siomai dengan "resep asli" tersebut telah memberikan "kode" pada penamaan siomai mereka, namun kadang mereka juga enggan memberi tahu jika tidak ditanya apa arti "kode-kode" tersebut. Kode-kode yang artinya tak lain dan tak bukan adalah "daging babi" antara lain adalah:
1. Cu Nyuk
2. Charsiu
3. Mu
4. Chasu
5. Yakibutan
6. Nibuta
7. B2
dan masih banyak lagi.

"Xiaomi" adalah produsen telepon seluler dan berbagai peralatan elektronik lainnya, yang bermarkas di Tiongkok. Menurut IDC, International Data Corporation, lembaga riset pasar Amerika, pada penghujung tahun 2014 yang lalu Xiaomi menduduki posisi ke tiga sebagai pembuat ponsel terbanyak di dunia setelah Samsung di posisi pertama dan Apple di posisi kedua, diikuti oleh Lenovo di posisi ke empat dan LG di posisi ke lima.

Dalam bahasa Tiongkok, secara harfiah, "xiao" berarti "kecil", sedangkan "mi" berarti "beras" atau "padi", jadi "xiaomi" bisa dimaknai sebagai "padi-padian". Petinggi di Xiaomi ada yang menjelaskan lebih lanjut makna filosofis namanya berdasarkan ajaran Budha yang menyebutkan bahwa sebutir padi yang kecil pada hakikatnya sama saja dengan sebuah gunung yang besar, yang bermakna bahwa di Xiaomi dikembangkan falsafah untuk bekerja mulai dari hal yang kecil terlebih dahulu.

Khusus untuk produk ponselnya, Xiaomi sering dikritik sebagai tidak kreatif, tidak inovatif dan peniru mentah-mentah Apple iPhone dalam hal desain produknya hingga cara membangun citra mereknya. Meski demikian dengan strategi pemasaran yang juga meniru Apple yang disebut "hunger marketing", yaitu membatasi produksi demi memancing permintaan pasar, Xiaomi dalam waktu yang relatif singkat berhasil tumbuh menjadi perusahaan besar. Salah satu trik Xiaomi yang sukses "memancing permintaan pasar ponsel" adalah dengan benar-benar memberikan spesifikasi ponsel yang relatif tinggi dan berkualitas, tidak hanya sekedar pencitraan, namun ditawarkan dengan harga yang relatif terjangkau.

Ingin menikmati siomai dengan cara yang berbeda? Sajikan siomai beralaskan produk ponsel pintar Xiaomi yang layarnya telah menggunakan pelindung "Gorilla Glass" sehingga tak perlu kuatir akan tergores.

(Diolah dari berbagai sumber yang di-Googling dengan kata kunci "siomai" dan "Xiaomi")