TS
madekok12345
Kisah Dokter Yang Lakukan Tes Keperawanan Calon Anggota TNI
Quote:
TRIBUNNEWS.COM -Para perempuan Indonesia yang ikut tes masuk militer diduga harus mengikuti tes 'dua jari' untuk mengetahui mereka masih perawan atau tidak.
Hal ini diungkap oleh Human Rights Watch (HRW) setelah mendengarkan pengakuan dari seorang perempuan dokter yang terlibat dalam tes itu.
Menurut HRW seperti lansir Daily Mail, Kamis (14/5/2015), dokter itu mengatakan para peserta tes diminta telentang dan mengangkang seperti posisi perempuan hendak melahirkan.
Lalu, kata dokter itu, dua jari dimasukkan ke vagina untuk mengetahui apakan selaput dara mereka masih utuh atau tidak. Hal yang sama dilakukan pada anus.
"Pada 2008, saya melakukan sendiri hal itu. Para perempuan muda itu sepenuhnya tidak ingin berada dalam posisi seperti itu, yang sangat terbuka," kata si dokter.
World Health Organization menyatakan tes tersebut tidak ilmiah karena sobeknya selaput dara bisa saja disebabkan oleh kecelakaan, bukan semata hubungan seksual. Kepada HRW, semua responden menyatakan tes berlaku bagi perempuan calon prajurit. Juga mereka yang hendak menikah dengan anggota TNI. Tes ini dilakukan dalam pemeriksaan fisik di rumah sakit militer.
HRW juga mewawancara dokter yang melakukan tes. "Tes dilakukan di rumah sakit militer seluruh Indonesia untuk seluruh pelamar perempuan di sebuah ruangan besar yang disekat dengan tirai," kata dokter, yang meminta identitasnya dirahasiakan. Tes keperawanan biasanya dilakukan petugas perempuan. Namun seorang narasumber menyatakan uji keperawanannya dilakukan seorang pria.
Tak hanya calon prajurit, calon istri anggota TNI pun harus melalui prosedur serupa. Anggota TNI yang hendak menikah harus mendapat surat rekomendasi dari komandannya. Surat dapat dikeluarkan hanya bila calon istri telah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk tes keperawanan.
Seorang perempuan calon prajurit mengaku diberitahu bahwa tes keperawanan penting untuk menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Istri anggota TNI juga diberitahu bahwa tes keperawanan berperan menjaga keharmonisan rumah tangga militer lantaran sang suami kerap bepergian hingga berbulan-bulan.
HRW mendesak agar praktek ini segera dihapus. "TNI harus menyadari bahwa tes keperawanan yang menyakitkan dan memalukan terhadap perempuan calon prajurit tak ada hubungannya dengan keamanan nasional," kata Direktur Advokasi Hak Perempuan HRW Nisha Varia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno pada 18 November 2014 membenarkan kabar bahwa militer Indonesia masih menerapkan tes keperawanan. Saat itu protes terhadap tes keperawanan bagi calon polisi wanita sedang ramai diperbincangkan.
Juru bicara TNI, Fuad Basya, sebelumnya juga mengkonfirmasikan bahwa tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit lebih dulu dilakukan oleh TNI sebelum kepolisian melakukan tes serupa. Berdasarkan riset HRW, baik TNI Angkatan Darat, Laut, maupun Udara telah melakukan tes keperawanan pada kepada perempuan calon prajurit selama puluhan tahun. Tes itu bahkan juga diberlakukan bagi calon istri anggota TNI
"Butuh upaya (keras) untuk membuat mereka mau (menjalani tes keperawanan itu. Itu bukan cuma penghinaan, tetapi juga penyiksaan. Akhirnya saya putuskan untuk tidak melakukannya lagi," kata dokter itu lagi.
HRW mengklaim telah melakukan penelitian yang mengungkap bahwa tiga matra TNI, Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah melakukan uji keperawanan seperti yang dimaksud.
http://www.tribunnews.com/nasional/2...-memeriksannya
Hal ini diungkap oleh Human Rights Watch (HRW) setelah mendengarkan pengakuan dari seorang perempuan dokter yang terlibat dalam tes itu.
Menurut HRW seperti lansir Daily Mail, Kamis (14/5/2015), dokter itu mengatakan para peserta tes diminta telentang dan mengangkang seperti posisi perempuan hendak melahirkan.
Lalu, kata dokter itu, dua jari dimasukkan ke vagina untuk mengetahui apakan selaput dara mereka masih utuh atau tidak. Hal yang sama dilakukan pada anus.
"Pada 2008, saya melakukan sendiri hal itu. Para perempuan muda itu sepenuhnya tidak ingin berada dalam posisi seperti itu, yang sangat terbuka," kata si dokter.
World Health Organization menyatakan tes tersebut tidak ilmiah karena sobeknya selaput dara bisa saja disebabkan oleh kecelakaan, bukan semata hubungan seksual. Kepada HRW, semua responden menyatakan tes berlaku bagi perempuan calon prajurit. Juga mereka yang hendak menikah dengan anggota TNI. Tes ini dilakukan dalam pemeriksaan fisik di rumah sakit militer.
HRW juga mewawancara dokter yang melakukan tes. "Tes dilakukan di rumah sakit militer seluruh Indonesia untuk seluruh pelamar perempuan di sebuah ruangan besar yang disekat dengan tirai," kata dokter, yang meminta identitasnya dirahasiakan. Tes keperawanan biasanya dilakukan petugas perempuan. Namun seorang narasumber menyatakan uji keperawanannya dilakukan seorang pria.
Tak hanya calon prajurit, calon istri anggota TNI pun harus melalui prosedur serupa. Anggota TNI yang hendak menikah harus mendapat surat rekomendasi dari komandannya. Surat dapat dikeluarkan hanya bila calon istri telah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk tes keperawanan.
Seorang perempuan calon prajurit mengaku diberitahu bahwa tes keperawanan penting untuk menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Istri anggota TNI juga diberitahu bahwa tes keperawanan berperan menjaga keharmonisan rumah tangga militer lantaran sang suami kerap bepergian hingga berbulan-bulan.
HRW mendesak agar praktek ini segera dihapus. "TNI harus menyadari bahwa tes keperawanan yang menyakitkan dan memalukan terhadap perempuan calon prajurit tak ada hubungannya dengan keamanan nasional," kata Direktur Advokasi Hak Perempuan HRW Nisha Varia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno pada 18 November 2014 membenarkan kabar bahwa militer Indonesia masih menerapkan tes keperawanan. Saat itu protes terhadap tes keperawanan bagi calon polisi wanita sedang ramai diperbincangkan.
Juru bicara TNI, Fuad Basya, sebelumnya juga mengkonfirmasikan bahwa tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit lebih dulu dilakukan oleh TNI sebelum kepolisian melakukan tes serupa. Berdasarkan riset HRW, baik TNI Angkatan Darat, Laut, maupun Udara telah melakukan tes keperawanan pada kepada perempuan calon prajurit selama puluhan tahun. Tes itu bahkan juga diberlakukan bagi calon istri anggota TNI
"Butuh upaya (keras) untuk membuat mereka mau (menjalani tes keperawanan itu. Itu bukan cuma penghinaan, tetapi juga penyiksaan. Akhirnya saya putuskan untuk tidak melakukannya lagi," kata dokter itu lagi.
HRW mengklaim telah melakukan penelitian yang mengungkap bahwa tiga matra TNI, Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah melakukan uji keperawanan seperti yang dimaksud.
http://www.tribunnews.com/nasional/2...-memeriksannya
Underline= apakah seperti itu tidak terlalu keterlaluan mungkin ?
terus saya mau nanya, apakah requitment tentara wanita di negara lain seperti itu juga kah
requitmen BR kira2 gimana yah
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pembela hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) mendesak agar tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit dan calon istri anggota Tentara Nasional Indonesia dihapus. Lembaga itu mengeluarkan hasil wawancaranya dengan sebelas perempuan yang menjadi "korban" tes keperawanan di rumah sakit militer di Bandung, Jakarta, dan Surabaya
Berdasarkan laporan HRW, semua perempuan yang mendaftar sebagai prajurit TNI dan tunangan para anggota TNI diwajibkan mengikuti tes keperawanan. "Pelamar atau tunangan yang dinyatakan 'gagal' memang tak lantas dihukum, namun menurut mereka tes itu menyakitkan, memalukan, dan meninggalkan trauma," demikian tertulis dalam siaran resmi HRW.
Perempuan yang diwawancara HRW juga menyatakan hanya mereka yang memiliki koneksi dengan kekuasaan atau menyuap dokter militerlah yang mendapat pengecualian dari tes keperawanan. Tes tersebut dilakukan dengan cara memasukkan dua jari tangan ke dalam alat kelamin perempuan untuk memastikan selaput daranya masih utuh.
World Health Organization menyatakan tes tersebut tidak ilmiah karena sobeknya selaput dara bisa saja disebabkan oleh kecelakaan, bukan semata hubungan seksual. Kepada HRW, semua responden menyatakan tes berlaku bagi perempuan calon prajurit. Juga mereka yang hendak menikah dengan anggota TNI. Tes ini dilakukan dalam pemeriksaan fisik di rumah sakit militer.
HRW juga mewawancara dokter yang melakukan tes. "Tes dilakukan di rumah sakit militer seluruh Indonesia untuk seluruh pelamar perempuan di sebuah ruangan besar yang disekat dengan tirai," kata dokter, yang meminta identitasnya dirahasiakan. Tes keperawanan biasanya dilakukan petugas perempuan. Namun seorang narasumber menyatakan uji keperawanannya dilakukan seorang pria.
Tak hanya calon prajurit, calon istri anggota TNI pun harus melalui prosedur serupa. Anggota TNI yang hendak menikah harus mendapat surat rekomendasi dari komandannya. Surat dapat dikeluarkan hanya bila calon istri telah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk tes keperawanan.
Seorang perempuan calon prajurit mengaku diberitahu bahwa tes keperawanan penting untuk menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Istri anggota TNI juga diberitahu bahwa tes keperawanan berperan menjaga keharmonisan rumah tangga militer lantaran sang suami kerap bepergian hingga berbulan-bulan.
HRW mendesak agar praktek ini segera dihapus. "TNI harus menyadari bahwa tes keperawanan yang menyakitkan dan memalukan terhadap perempuan calon prajurit tak ada hubungannya dengan keamanan nasional," kata Direktur Advokasi Hak Perempuan HRW Nisha Varia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno pada 18 November 2014 membenarkan kabar bahwa militer Indonesia masih menerapkan tes keperawanan. Saat itu protes terhadap tes keperawanan bagi calon polisi wanita sedang ramai diperbincangkan.
Juru bicara TNI, Fuad Basya, sebelumnya juga mengkonfirmasikan bahwa tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit lebih dulu dilakukan oleh TNI sebelum kepolisian melakukan tes serupa. Berdasarkan riset HRW, baik TNI Angkatan Darat, Laut, maupun Udara telah melakukan tes keperawanan pada kepada perempuan calon prajurit selama puluhan tahun. Tes itu bahkan juga diberlakukan bagi calon istri anggota TNI.
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...es-Keperawanan
Berdasarkan laporan HRW, semua perempuan yang mendaftar sebagai prajurit TNI dan tunangan para anggota TNI diwajibkan mengikuti tes keperawanan. "Pelamar atau tunangan yang dinyatakan 'gagal' memang tak lantas dihukum, namun menurut mereka tes itu menyakitkan, memalukan, dan meninggalkan trauma," demikian tertulis dalam siaran resmi HRW.
Perempuan yang diwawancara HRW juga menyatakan hanya mereka yang memiliki koneksi dengan kekuasaan atau menyuap dokter militerlah yang mendapat pengecualian dari tes keperawanan. Tes tersebut dilakukan dengan cara memasukkan dua jari tangan ke dalam alat kelamin perempuan untuk memastikan selaput daranya masih utuh.
World Health Organization menyatakan tes tersebut tidak ilmiah karena sobeknya selaput dara bisa saja disebabkan oleh kecelakaan, bukan semata hubungan seksual. Kepada HRW, semua responden menyatakan tes berlaku bagi perempuan calon prajurit. Juga mereka yang hendak menikah dengan anggota TNI. Tes ini dilakukan dalam pemeriksaan fisik di rumah sakit militer.
HRW juga mewawancara dokter yang melakukan tes. "Tes dilakukan di rumah sakit militer seluruh Indonesia untuk seluruh pelamar perempuan di sebuah ruangan besar yang disekat dengan tirai," kata dokter, yang meminta identitasnya dirahasiakan. Tes keperawanan biasanya dilakukan petugas perempuan. Namun seorang narasumber menyatakan uji keperawanannya dilakukan seorang pria.
Tak hanya calon prajurit, calon istri anggota TNI pun harus melalui prosedur serupa. Anggota TNI yang hendak menikah harus mendapat surat rekomendasi dari komandannya. Surat dapat dikeluarkan hanya bila calon istri telah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk tes keperawanan.
Seorang perempuan calon prajurit mengaku diberitahu bahwa tes keperawanan penting untuk menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Istri anggota TNI juga diberitahu bahwa tes keperawanan berperan menjaga keharmonisan rumah tangga militer lantaran sang suami kerap bepergian hingga berbulan-bulan.
HRW mendesak agar praktek ini segera dihapus. "TNI harus menyadari bahwa tes keperawanan yang menyakitkan dan memalukan terhadap perempuan calon prajurit tak ada hubungannya dengan keamanan nasional," kata Direktur Advokasi Hak Perempuan HRW Nisha Varia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno pada 18 November 2014 membenarkan kabar bahwa militer Indonesia masih menerapkan tes keperawanan. Saat itu protes terhadap tes keperawanan bagi calon polisi wanita sedang ramai diperbincangkan.
Juru bicara TNI, Fuad Basya, sebelumnya juga mengkonfirmasikan bahwa tes keperawanan untuk perempuan calon prajurit lebih dulu dilakukan oleh TNI sebelum kepolisian melakukan tes serupa. Berdasarkan riset HRW, baik TNI Angkatan Darat, Laut, maupun Udara telah melakukan tes keperawanan pada kepada perempuan calon prajurit selama puluhan tahun. Tes itu bahkan juga diberlakukan bagi calon istri anggota TNI.
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...es-Keperawanan
Underline 2 = hmmmm....
Diubah oleh madekok12345 15-05-2015 04:09
tien212700 memberi reputasi
1
64K
Kutip
32
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
20KThread•6.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok