JAKARTA (IndoTelko) – Harga layanan broadband di Indonesia dianggap masih mahal dibandingkan negara-negara maju karena tidak meratanya pembangunan infrastruktur.

“Harga layanan broadband di Indonesia sekitar 7,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia. Di negara maju, harga broadband itu kurang dari 3% PDB per kapita,” ungkap Menkominfo Rudiantara kala memaparkan Rencana Strategis Kemenkominfo di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, banyak kendala masih dihadapi Indonesia dalam mengembangkan layanan broadband. Pertama, belum terjangkaunya infrastruktur broadband ke 135 Kabupaten/Kota sehingga memunculkan kesenjangan digital. Kedua, kebutuhan frekuensi untuk mobile broadband dimana pada 2019 diperkirakan mencapai 350 Mhz. Ketiga, belum dioptimalkannya infrastruktur yang ada.

“Misal, kita ada 19 Nusantara Internet Exchange (NIX) di 19 propinsi, tetapi ini belum dioptimalkan. Padahal ini signifikan mengurangi belanja bandwitdh internasional. Belum lagi filling satelit yang belum dimaksimalkan,” paparnya.

Diungkapkannya, secara teori broadband memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Dimana 1% peneterasi Fixed Broadband bisa menurunkan 8,6% pengangguran dan 10% penetrasi broadband bisa mendukung 1,38% pertumbuhan ekonomi.

“Saya sekarang fokus mendorong 4G agar penetrasi mobile broadband menjadi lebih cepat dimana harapannya 75% populasi bisa merasakan kecepatan internet 1 Mbps. Ini alasannya frekuensi untuk selular (1.800 MHz, 2,1 GHz, 2,3 GHz, 450 Mhz, 900 MHz, dan 1900 Mhz) ditata untuk Long Term Evolution (LTE),” katanya.

Sementara dari sisi infrastruktur, lanjutnya, pemerintah akan membangun backbone serat optik dalam program Palapa Ring di 51 Kabupaten/Kota sebagai pelengkap dari rute yang selama ini telah dibangun Telkom.

Telkomsel Genjot
Direktur Penjualan Telkomsel Mas’ud Khamid mengungkapkan, perseroan pada tahun ini akan menghadirkan layanan 4G di 7 kota. “Kita siapkan 10% dari belanja modal untuk 4G. Tahun ini belanja modal sekitar Rp 10 triliun,” paparnya.

Dijelaskannya, Telkomsel optimistis dengan layanan 4G karena investasi lebih murah ketimbang saat dulu mengembangkan 3G. Return on investmant (ROI) 4G juga diyakini lebih cepat dibandingkan 3G.

"Normalnya ROI itu 3-5 tahun, tetapi untuk 4G bisa lebih cepat lagi asalkan pembangunan sesuai dengan potensi permintaan,” paparnya.

Senior Vice President LTE Project Telkomsel Hendri Mulya Sjam menambahkan, profil pengguna 4G yang konsumtif dibandingkan 3G menjadikan ARPU pelangganlebih tinggi 30% dibandingkan 3G.

Telkomsel sejauh ini telah mengkomersialkan 4G di Medan, Jakarta, Bali, Bandung, dan Surabaya. Belum lama ini anak usaha Telkom itu mengantongi kredit Rp5 triliun dimana kredit Rp4 triliun didapatkan dari BNI, Mandiri, Bank Tokyo-Mitsubishi, dan ANZ. Sisanya Rp1 triliun didapatkan dari overdraft facility dari Deutsche Bank.

Telkomsel juga menggandneg 30 mitra untuk memindahkan pengguna feture phone ke smartphone dimana harapannya ada 55 juta smartphone tahun ini. Hingga akhir Februari 2015 Telkomsel memiliki 39 juta pengguna smartphone. Saat ini ada 77 juta pelanggan feature phone di jaringannya.

Pengguna internet di Indonesia pada 2014 sebesar 88,1 juta atau baru menembus penetrasi 34,9%. Pada 2014 ada tambahan 16,2 juta pengguna internet karena di akhir 2013 jumlahnya 71,9 juta. Mayoritas pengguna internet di Indonesia berada di Pulau Jawa dan Bali, yakni sebanyak 52 juta atau 59%.(wn)

sumber selengkapnya di : http://www.indotelko.com/kanal?c=id&...ndonesia-Mahal

Kalo menurut ane sih mahal asal stabil apalagi kenceng sih gapapa gan, tapi kalo udah mahal sinyal dapetnya edge terus, itu yang suka bikin emosi.

Kalo menurut ente gimana gan?