Jumat, 15 Mei 2015
RINA, 36, menyesal kimpoi dengan Roso, 36.
Saat pacaran dia mengaku sebagai lelaki tak punya apa-apa, eh ternyata betul!Saking miskinnnya, sampai pukul 02.00 malam pun tak diberi makan. Ketika Roso melarang keluar untuk cari makan, golokpun langsung mampir ke kepala suami. Untung tak sampai terbelah dua.
Yang penuh basa-basi ternyata bukan saja orang Jawa, tapi juga suku lain di negeri ini. Di Samarinda Ilir, ketika orang mengatakan “aku tak punya apa-apa”, orang pun justru akan menduga bahwa dia punya ini itu, karena ucapan itu sekedar merendah. Bukankah ajaran agama mengatakan, orang yang suka pamer kekayaan itu bisa disebut ria!
Ny. Rina warga Samarinda Ilir, Kaltim, sangat terkecoh oleh ucapan itu, gara-gara kebelet menikah. Bagaimana tidak kebelet, usia sudah tujuh pelita, tapi suami belum punya. Padahal teman-teman seangkatannya sudah pada sibuk menimang anak. Maka setiap ketemu teman Rina paling ngeri jika ada pertanyaan, “Anakmu sudah berapa Rin?”
Pertanyaan itu sebetulnya sangat wajar, tapi sakitnya sampai di sini!
Setelah capek menunggu jodoh, akhirnya Allah mempertemukannya dengan Suroso. Mereka pun kemudian saling mengadakan penjajagan. Ketika kekasihnya, Roso, mengatakan, “Apa kamu nggak menyesal, karena aku lelaki yang tak punya apa-apa”, justru Rina menganggap bahwa calon suaminya memang lelaki sederhana, suka merendah dan tidak neko-neko. Rina pun yakin bahwa pastinya Suroso mesti orang berpunya.
Perawan dan perjaka kadaluwarsa itu pun segera menikah. Setelah resmi jadi Ny. Suroso, Rina membayangkan akan diboyong ke rumah yang terletak di real estate. Ternyata tidak. Suroso mengajaknya tinggal di rumah kontrakan. Yang paling menyedihkan, suaminya ini tak punya pekerjaan tetap. Kalau
dia mengaku kerja di PT Tempo, ternyata maksudnya: tempo-tempo punya duit, temp-tempo tidak.
Rina sungguh menyesal jadi istri Suroso. Tapi mau minta cerai, kan tidak elok jadi janda terlalu cepat. Tapi bertahan jadi nyonya rumah, juga sangat menderita, karena sering kelaparan gara-gara suaminya tak punya duit.
“Bukankah aku sudah terus terang, tidak punya apa-apa kecuali cinta untukmu.” Ujar Suroso seakan tak mau disalahkan.
Beberapa malam lalu Rina merasakan betap susahnya jadi kaum duafa. Sampai pukul 22.00 belum makan karena suami tak bisa beli beras. Dia pun pamitan mau pulang ke rumah orangtua. Tapi suami melarang dengan alasan, tidak baik perempuan keluar malam. Nanti dikira wanita panggilan online temannya AA. Karena Rina nekad mau pergi, ributlah suami istri itu.
Rina habis kesabarannnya, karena
perut lapar hanya dikenyangi kuliah umum tentang kesiapan hidup prihatin. Saat suami terus ngoceh menasihati, golok yang ada dekat dinding langsung diambil dan ditebaskan ke kepala suami. Suroso sudah mencoba menghindar, sehingga hanya disrempet saja. Pada sabetan berikutya Surono berhasil merampas golok maut dari Samarinda itu.
Sebelum suami lapor polisi, justru Rina yang lapor duluan ke Polsek Samarinda Ilir. Ancaman hukumannya bisa sampai 5 tahun. Polisi masih menunggu sikap Suroso, mau lanjut atau dihentikan.
Nah Ini Dia
bahasa yg ringan dan mudah di cerna, memberi kesempatan pembaca untuk memvisualisasikan cerita penulis dengan kebebasan berimajinasi