Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shofwanologyAvatar border
TS
shofwanology
Because It's There: Sebuah Catatan Perjalanan Pendakian Titik Tertinggi Sulawesi
Orang yang bersusah payah mendaki gunung pasti memiliki tujuan tertentu. Ada yang ingin melihat pemandangan yang indah dan udara bersih; ada yang ingin mendapatkan suasana yang tenang, sunyi, dan temaram; ada yang ingin mencari penghasilan tambahan atau justru mendaki adalah penghasilan utamanya seperti para porter; ada yang berambisi menaklukkan sebanyak mungkin puncak gunung sebelum dia mencapai check point tertentu seperti menikah, kerja, atau usia tua; namun ada juga yang tujuannya sederhana saja, seperti kata-kata George Mallory: “Because It’s There”.

Setelah sedikit merenung, sepertinya saya termasuk yang terakhir.

Kalau mencari ketenangan, ngapain jauh-jauh mendaki gunung. Camping kemana aja bisa. Kalau mencari pemandangan indah, ke Argopuro atau Rinjani aja. Lengkap alamnya. Kalau bertujuan mendaki seven summits, harusnya Rinjani dulu (hingga tulisan ini diunggah, saya belum pernah ke Rinjani). Lebih rame, lebih mudah aksesnya, dan banyak temennya. Jadi, mengapa saya memilih mendaki Latimojong yang nun jauh di Sulawesi sana? Entahlah. Mungkin bener kata Mallory. Because It’s There.

Singkat saja, saya ikut salah satu open trip dari internet. Tinggal bayar, diantara-jemput di Bandara, dibawakan tenda serta sleeping bag, dan makan—termasuk selama pendakian—semua udah beres. Tinggal beli tiket PP SUB-UPG saja.


29 April 2015. Surabaya-Makassar-Enrekang.
Bangun pagi buta sebelum subuh ngejar flight pertama ke Makassar dari terminal 2 Juanda. Alhamdulillah, perjalanan dengan pesawat baru-nya Garuda, CRJ 1000 Bombardier, lancar jaya.
Spoiler for CRJ 1000 Bombardier Garuda (sumber:wikipedia):


Saya berangkat bareng peserta lain juga dari Gresik, namanya Utut. Kami sudah pernah mendaki bareng di Kerinci dalam open trip yang sama.
Sampai di Bandara Hasanuddin—yang mana ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke Bumi Sulawesi—, kami menunggu sampai jam 11 lebih baru dijemput guide kami yang orang asli Makassar. Kami juga berkenalan dengan peserta lain, total peserta 5 orang. Guide kami dari Makassar ada 2 orang, namanya Ahsan dan Zul. Peserta lainnya, ada Lovi dari Balikpapan, Toni dari Sidoarjo, dan Aris dari Bogor. Ternyata Utut sudah saling mengenal dengan Aris, mereka pernah ketemu saat mendaki Rinjani tahun lalu.
Perjalanan sekitar 9 jam sudah termasuk istirahat 3 kali untuk sholat dan ngopi. Sampai di Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, pukul 20.00. Kami menginap di rumahnya pak Dadang, salah satu petinggi pecinta alam di Baraka. Beliau juga guru dan kepala sekolah di sana.
Spoiler for Basecamp Baraka:


30 April 2015. Baraka – Karangan – Pos 2
Tujuan selanjutnya adalah dusun terakhir sebelum jalur pendakian, yaitu dusun Karangan. Untuk menuju ke Karangan kami harus naik kendaraan khusus, Toyota Land Rover atau biasa disebut Hardtop.
Spoiler for Kendaraan Penuh Perjuangan:

Spoiler for Team Latimojong:


Setelah packing ulang dan memasukkan barang ke kendaraan dengan dibantu porter, kami menuju Polsek untuk mengurus surat izin. Yang mengurus adalah mas Ahsan, kepala guide kami. Setelah itu, pukul 08.45kami berangkat dengan ceria menuju Karangan.

Jalur yang ditempuh awalnya masih bersahabat, namun lama kelamaan semakin ekstrim. Kami harus melewati jalur sempit di pinggir jurang dengan medan tanah liat. Sesekali kami melewati sungai kecil. Bener-bener sensasi petualangannya kerasa. Ngeri bercampur takjub karena sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang menakjubkan dari atas tebing. Belum lagi ketika mobil harus berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Salah satu harus mundur mencari jalur yang lebar agar semua bisa lewat dengan aman. Oleh karena itu, untuk menuju Karangan, sopir mutlak harus menguasai jalan dan jalur.
Spoiler for Menuju Karangan:

Spoiler for Menuju Karangan:

Spoiler for Ketemu mobil mau turun:


Pukul 11.40kami sampai di Dusun Karangan. Kami singgah sebentar di rumah pak kepala dusun, yang biasa menjadi basecamp setiap pendaki yang hendak menuju Latimojong. Setelah makan siang dan sholat, kami semua memulai pendakian pada pukul 13.15.
Spoiler for Dusun Karangan:

Spoiler for Rumah Pak Kasun:


Basecamp Karangan - Pos 1
Trek awal masih sekitar perkebunan kopi dan markisa. Di sini ada beberapa percabangan, jadi harus waspada.
Spoiler for Trek Awal:

Sampai di pos 1 pukul 14.30, karena kami sempat berhenti mengambil air dari sumber. Pos 1 berupa pohon besar yang berdiri sendirian. Dari sini kita dapat melihat pemandangan perkebunan yang indah. Sebelum pos 1 ada semacam gubuk tempat peristirahatan petani.
Spoiler for Pos 1 Gubuk:

Spoiler for Pos 1:


Pos 1 - Pos 2
Setelah pos 1 kami langsung dihantam jalur menanjak yang cukup melelahkan, sebelum akhirnya mulai memasuki hutan.
Spoiler for Menuju Pos 2:

Masuk hutan jalur mulai bervariasi, naik dan turun. Kami juga melipir melewati pinggiran tebing dengan sisi kiri jurang. Sesekali kami harus bergelayut di akar pohon besar atau batang pohon yang merambat. Setelah beberapa saat berjalan, kami mulai mendengar suara air mengalir deras. Jalur juga mulai menurun, menuju sungai tempat suara air berasal.
Spoiler for Pos 2:

Untuk menuju pos 2 kami harus berhati-hati menyeberangi jembatan yang terbuat dari 3 batang kayu, dimana di bawahnya mengalir air terjun kecil dan sungai yang deras. Pukul 16.15kami sampai di pos 2.
Spoiler for Menyeberang Jembatan:

Spoiler for Rilek dulu di Pos 2 tanpa tenda:

Pos 2 terletak di bawah gua besar dengan pemandangan sungai dengan aliran air yang deras di depan tempat istirahat kami. Di sini kami tidak mendirikan tenda karena lokasi sudah aman dari angin dan hujan, serta menurut mas Ahsan, kalo mendirikan tenda, ada risiko bila satu orang tidak sadar mendorong tenda ke jurang, yang lain dalam tenda tersebut juga bisa terdorong jatuh.
Sempat terbersit kekhawatiran dalam benak saya, apa nggak dingin dan kena hujan kalo nggak pake tenda. Eh, sebentar saja setelah kami menggelar footprint dan matras, hujan turun agak deras dan ternyata kami semua tetap aman. Angin berhembus sepoi-sepoi namun tidak terlalu terasa dingin, karena lokasi pos ini berada di dalam lembah, terlindungi tebing. Kami semua tidur dengan ditemani suara gemercik air sungai yang mengalir deras dari depan gua pos 2 tempat kami beristirahat.
Spoiler for Pos 2 dari balik gua:


01 Mei 2015. Pos 2 – Pos 3
Pagi hari kami bangun dan sarapan, lalu bersiap melanjutkan perjalanan. Menuju pos 3 kami langsung bertemu jalur yang super menanjak, sampai 75 derajat, atau bahkan hampir vertikal.
Spoiler for Menuju Pos 3:

Setelahnya kami bertemu jalur melipir pinggir tebing dan lagi-lagi bergelayut di batang dan akar pohon. Sama sekali tidak ada bonus dan cukup menjadi shock terapi bagi kami. Memang benar, track ini adalah salah satu yang terberat, walaupun hanya sepanjang 600 m menurut papan yang tertempel. Pukul 09.07kami sampai di pos 3. Setelah beristirahat sejenak meluruskan kaki, kami-pun melanjutkan perjalanan.
Spoiler for Pos 3:


Pos 3 – Pos 4
Jalur menuju pos 4 masih didominasi tanjakan namun tidak seekstrim jalur pos 2 ke pos 3. Kami sudah mulai beradaptasi dengan jalur yang menanjak, sehingga, jalur ini cukup cepat dilalui walaupun lebih panjang dari jalur pos 2 ke pos 3. Pukul 09.53kami sampai di pos 4. Di sini kami beristirahat sejenak lalu langsung lanjut ke pos 5.
Spoiler for Pos 4:

Spoiler for Pos 4:


Pos 4 – Pos 5
Jalur ini menanjak cukup panjang, dengan sesekali ada bonus jalan datar. Di jalur ini kami mulai menemui lumut yang menyelimuti pepohonan.
Spoiler for Jalur Menuju Pos 5:

Pukul 11.15kami sampai di pos 5. Pos 5 berupa tanah yang cukup luas untuk didirikan banyak tenda. Pos 5 juga sering dijadikan tempat ngecamp para pendaki, karena ada sumber air juga.
Spoiler for Pos 5:

Spoiler for Pelataran Pos 5:

Sampai di pos 5 kami beristirahat agak lama untuk makan siang. Salah satu tim porter, mas Sya’ban, mengambil air yang sumbernya berjarak 150 m dari pos 5.
Mas Ahsan dkk menyiapkan menu yang sangat lezat, yaitu nasi, tongkol goreng, dan sambel. Kami—yang sebelumnya kecapekan dihantam jalur yang menanjak dan panjang—langsung makan dengan lahap dan riang. Dengan sepenuh tenaga, kami-pun siap melalui perjalanan menuju checkpoint selanjutnya.

Pos 5 – Pos 6
Jalur ini masih termasuk jalur yang bersahabat. Jalurnya menanjak dengan disertai banyak bonus. Pukul 13.25kami sampai di Pos 6.
Spoiler for Pos 6:

Spoiler for Pos 6:


Pos 6 – Pos 7 – Pos Telaga
Karena hujan gerimis, kami tidak terlalu lama istirahat di pos 6 dan langsung saja melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari pos 6 juga masuk salah satu yang berat selain pos 2 ke pos 3. Jalur ini berupa tanjakan yang seakan tiada henti. Setelah dari pos 6 kita akan masuk hutan yang lama kelamaan jadi berupa hutan lumut. Di sekitar hutan lumut kami beristirahat sejenak sambil foto-foto, karena hutan lumut di sini sangat bagus dan berbeda dengan hutan lumut yang pernah saya lihat sebelumnya. Hutan lumutnya berupa tumbuhan yang diselimuti lumut sampai atas, bahkan alas tempat kami berpijak juga diselimuti banyak lumut. Suasana jadi temaram dan mellow.
Spoiler for Hutan Lumut:

Spoiler for Hutan Lumut:

Setelah puas istirahat dan foto-foto, kami melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Lama kelamaan hutan lumut menghilang dan langit mulai kelihatan. Pemandangan pegunungan Latimojong di sekitar jalur juga sudah mulai terlihat cerah walaupun masih sedikit tertutup mendung. Namun ternyata jalur yang sudah mulai terlihat ini masih panjang. Jalan masih terus menanjak.
Spoiler for Pos 7:

Spoiler for Pos 7:

Spoiler for Santai:

Pukul 15.25kami sampai di pos 7. Pos ini berupa tanah perkemahan di lembah kecil, sehingga masih ada risiko terkena badai. Sumber berada tidak jauh dari sana, berupa aliran sungai kecil. Karena pertimbangan risiko badai, kami memilih melanjutkan perjalanan sebentar menuju Pos Telaga.
Spoiler for Pos 7 dan bukit menuju pos telaga:

Perjalanan menuju pos telaga awal berupa tanjakan yang cukup curam. Selanjutnya kami bertemu 2 tiang yang menjulang dan ada bekas bangunan yang tinggal puingnya saja. Kata Sya’ban, porter kami, itu adalah bekas radar dari Belanda.
Spoiler for Radar:

Pukul 15.50kami sampai di pos telaga yang luas. Kami mengambil tempat ngecamp di dekat tebing kecil, sehingga terlindung dari angin. Di pos ini terdapat kubangan air yang cukup luas, namun belum cukup luas untuk disebut danau atau telaga. Air di telaga ini terlihat bersih dan tidak mudah keruh walaupun tidak terlalu dalam. Dari sini juga terlihat matahari sunset yang indah dari arah barat yang memantul ke telaga.
Spoiler for Pos Telaga:

Spoiler for Rilek:

Spoiler for Sunset Pos Telaga:

Spoiler for Bersujud:

Sempat terpikir untuk jalan sebentar ke puncak untuk melihat sunset, namun apa daya kaki sudah minta istirahat. Sementara Toni dan Sya’ban memutuskan untuk mengintip sunset di puncak Rantemario. Kami yang di camp memilih untuk beristirahat menyiapkan diri untuk summit attack besok.


02 Mei 2015. Summit Attack Rantemario
Jam 4 pagi kami semua sudah bangun dan bersiap untuk summit attack. Setelah berdoa sama-sama, pukul 04.30kami memulai perjalanan menuju puncak. Perjalanan summit berupa jalan yang naik turun perbukitan dengan trek berupa tanah dan batu. Sesekali masih ada pohon kecil dan semak-semak di sekitar jalur. Pukul 05.15 kami sampai di puncak.
Spoiler for Rantemario:

Kami semua berbahagia bisa menapakkan kaki di titik tertinggi Sulawesi. Ada yang berteriak, merenung, berfoto, dan bersujud. Di tengah puncak Rantemario terdapat tugu yang menandakan bahwa lokasi tersebut adalah titik tertinggi di Sulawesi. Pemandangan di sekitar puncak terlihat sangat indah. Mega merah matahari sudah mulai terlihat dari kejauhan, walaupun awan mendung sedikit menutupi.
Spoiler for Sunrise Atap Sulawesi:

Spoiler for Hangat:

Spoiler for Ada yg ngecamp di deket puncak:

Spoiler for Open-trippers:

Pegunungan Latimojong juga terlihat sangat indah diterpa sinar mentari yang mulai menyinari. Kami semua bersyukur bisa menikmati keindahan ciptaan-Nya.
Spoiler for Pemandangan Indah:

Spoiler for Beautiful:

Spoiler for Mentari Mengintip:

Spoiler for Pegunungan Latimojong:

Spoiler for Keren:

Pada akhirnya, kami semua setuju. Mengapa harus mendaki gunung?

Because It's There.

Perjalanan Turun
Pukul 09.45kami sudah siap kembali turun menuju peradaban. Perjalanan cukup lancar dan tidak ada kendala yang berarti, kecuali hujan yang turun mulai dari jalur pos 7 ke pos 6 sampai pos 4. Selebihnya, alhamdulillah lancar. Kami sempat istirahat agak lama di pos 2.
Sore hari, tepat jam 15.45 waktu setempat, kami sampai di Dusun Karangan.
Setelah ishoma sejenak, kami melanjutkan perjalanan dengan hardtop menuju Baraka pukul 17.00. Perjalanan agak mendebarkan karena hujan dan menjelang gelap. Alhamdulillah kami sampai di Baraka dengan selamat pada pukul 20.00.
Saya, Aris, dan Uut melanjutkan perjalanan ke Toraja malam itu pukul 22.00. Sedangkan teman-teman yang lain tetap ikut sesuai jadwal yang ditentukan koordinator open trip kami.

Spoiler for Boyband:



Sekian cuap-cuap dari saya, mohon maaf apabila berantakan atau ada kata-kata yang kurang berkenan, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, dan semoga bermanfaat. Terimakasih juga kepada Allah SWT, rekan-rekan sesama open trippers, para guide dan porter, daladventure, serta segala pihak yang membantu suksesnya perjalanan kami ini. Sampai jumpa di trip selanjutnya.

Salam lestari emoticon-Malu (S)

Spoiler for Ringkasan Biaya Kasar:


Quote:
Diubah oleh shofwanology 14-05-2015 11:50
0
4.2K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.