renai.watsonAvatar border
TS
renai.watson
The Angel of Death : Saint-Just, Potret Revolusioner Muda


Nama Lengkap: Louis Antoine "Léon Florelle de Richebourg" de Saint-Just
Nama Panggilan: The Angel of Death, The Archangel of Revolution
Kelahiran: 25 Agustus 1767, Decize, Perancis
Wafat: 28 Juli 1794 (26 tahun), atau 10 Thermidor Year II. Eksekusi guilotin, di Place de la Révolution, Paris, Perancis.
Agama: Roman Catholic (diragukan) - dapat pula mengikuti Robespierre, yakni Deism.
Partai Politik: Jacobin
Pekerjaan: Pejabat pemerintahan, aktivis, petinggi militer, penyair dan jurnalis.

Quote:


Karakter :
Saint-Just adalah seseorang yang cukup agresif, pemberontak, dan agak liar—ia dapat menerapkan disiplin yang sangat keras saat ia menjadi pemimpin tentara namun juga sensitif dan memerhatikan apa yag menjadi keluhan bawahannya. Saint-Just berorientasi untuk tujuan yang lebih besar dan baik. Teman dekatnya, seperti Phillipe Le Bas, menyatakan kalau Saint-Just di tempat umum dengan Saint-Just yang berada di tengah teman-temannya sangat berbeda—berhadapan dengan khalayak ramai dan orang asing ia tampak dingin, mengontrol dirinya, keras dan siap berjuang namun bila ia berada di suasana santai bersama teman-teman yang ia senangi (seperti Le Bas, Robespierre, Couthon, seniman David, Duplays, dsb) Saint-Just jauh lebih menyenangkan.

Saint-Just memiliki ketertarikan dengan dunia literatur dan sastra—setelah kematiannya memang ditemukan novel karyanya yang belum selesai, selain itu ia juga pernah menulis beberapa essay sosial-politik.

Biografi Singkat :
Biografi ini saya ambil dari essay Dr. Marisa Linton. Dari sekian banyak essay, saya menyukai bahasan beliau yang terkesan impartial bagi saya, tidak mengutuk Saint-Just atau juga tidak mengagungkan berlebihan. Disini artikel aslinya.

Essay ini saya edit seperlunya dan saya tambahkan beberapa bagian untuk memperjelas apa maksud beliau, semoga bisa menjadi pengantar bagi yang baru mengenal revolusioner muda ini.

—————————————————————————-


Sosok revolusioner muda, Louis Antoine de Saint-Just meninggal di mangsa oleh Terror yang ia bantu lepaskan. Marisa Linton mengabaikan mitos untuk menulis kehidupan luar biasanya yang singkat.

Diantara para pemimpin di masa Revolusi Perancis tidak ada yang memiliki aura mistis lebih kental daripada Louis Antoine de Saint-Just. Karir politiknya yang singkat berada pada fase paling radikal di abad 18: Tahun Kedua Republik Jacobin (1793-1794). Para anggota partai Jacobin mencoba membangun dunia yang lebih baik, dunia dimana demokrasi, kebebasan dan persetaraan menjadi kenyataan. Namun untuk meraihnya mereka membuat negara yang mendukung penggunaan kekerasan dan tekanan—fase tersebut dinamai Rezim Terror. Terror berakhir ketika Saint-Just, bersama Robespierre, dijatuhi pisau guillotine dalam bulan yang bermandikan darah, Thermidor (atau Juli 1794).

Bagi kebanyakan orang Saint-Just, bahkan melebihi Robespierre sendiri, merupakan perwujudan sempurna apa itu sebuah revolusi: muda, penuh energi, berani dan idealis, namun sama seperti halnya Terror, ia juga dapat mengorbankan nyawa manusia termasuk nyawanya sendiri untuk mewujudkan idealsmenya. Ketika Victor Hugo menulis karya besarnya di tahun 1862, Les Miserables, salah satu tokohnya yakni pelajar muda Enjolras yang memimpin pertempuran di barikade digambarkan Victor Hugo sebagai seseorang yang 'sangat mirip dengan Saint-Just'—membuat kita para pembacanya mengerti apa itu maksudnya. Beberapa tahun sebelum Hugo menulis Les Miserables, seseorang yang sezaman dengan Hugo dan satu negara pula, sejarawan republik besar Jules Michelet menggambarkan Saint-Just sebagai 'the archangel of death'. Sebutan tersebut merupakan ungkapan dari legenda Saint-Just, seseorang yang memiliki paras elok namun juga kejam berdarah dingin.

Masyarakat mengambil pendapat ekstrim mengenai Saint-Just. Hingga saat ini dia masih menjadi tokoh kontroversial, bahkan diantara sejarawan-sejarawan Anglo-Amerika yang biasanya tidak terlalu memihak mengenai Revolusi Perancis daripada orang-orang Perancis itu sendiri. Seorang biografer Amerika, Eugene Curtis, melihat Saint-Just sebagai wujud lain dari pujangga radikal dan romantis Shelley. Seorang biografer Inggris, Norman Hampson, mengambil pendapat yang lebih bias—dan mungkin ia mengikuti perumpamaan milik Michelet—menganggap Saint-Just sebagai 'fallen angel', lantas Hampson menyamakan Saint-Just dengan Lucifer.


Saint-Just dalam lukisan karya Pierre-Paul Prud'hon, 1793.


Bisakah kita mengabaikan kontroversi ini untuk menemukan seberapa benar mitos-mitos tersebut? Salah satu cara ialah melihat kehidupan masa kecil Saint-Just sebelum dunia politik merenggutnya. Saint-Just lahir pada tanggal 25 Agustus 1767 di Decize, Burgundy. Ayahnya adalah pensiunan perwira kavaleri, sementara ibunya adalah anak dari seorang notaris. Ketika Saint-Just berusia 9 tahun keluarganya pindah ke Blérancourt, sebuah kota kecil dari daerah asal ayahnya, Picardy. Tahun berikutnya, ayahnya meninggal, meninggalkan ibunya membesarkan anak-anaknya sendiri.

Ketika remaja Saint-Just jatuh cinta dengan seorang gadis di kotanya, Thérèse Gellé. Mereka ingin menikah namun ayah gadis tersebut menginginkan menantu yang lebih kaya. Ketika Saint-Just pergi keluar daerah, Thérèse menikahi pria lain—dan saat Saint-Just kembali lalu mengetahui hal ini, ia sangat marah termasuk kepada ibunya yang menyembunyikan berita tersebut. Beberapa minggu kemudian, September 1786, dia melarikan diri dari rumah membawa serta sejumlah perak milik keluarganya yang akan dia jual di salah satu kafe di Paris. Atas permintaan ibunya, polisi melacak jejak pemuda ini, ditangkap, diinterogasi dan dikurung dalam sebuah rumah hukuman—ia menghabiskan 6 bulan penuh untuk memikirkan perbuatan buruknya. Sangat mungkin Saint-Just merasa sangat malu dengan kejadian ini; selama masa hidupnya ia tidak pernah membicarakannya lagi dan hanya sedikit yang tahu tentang ini. Sangat mungkin juga 6 bulan dalam kurungan mempengaruhi Saint-Just dalam aspek kehidupannya yang lain, karena dalam tulisan-tulisan miliknya ia menyerang penindasan kaum wanita dan anak-anak dan membela kebebasan wanita untuk memilih siapa yang mereka cintai.

Kekesalan dan kekecewaannya selama ia dipenjara menginspirasi Saint-Just untuk menulis Organt, sebuah syair epic yang mengisahkan nasib malang Antoine Organt, pemuda 20 tahun yang merupakan anak haram dari seorang uskup. Ditulis dengan gaya satir terinspirasi pemikir Voltaire, Organt merupakan karya seorang pria muda yang bersemangat untuk menunjukkan dirinya kepada dunia; syair itu penuh dengan kata-kata kasar, fantasi-fantasi dan beberapa kalimat porno yang mengagetkan beberapa biografer Saint-Just. Para biografer itu mungkin mengharapkan sesuatu yang lebih spiritual dari seorang anak muda yang kelak akan menjadi 'Malaikat Maut' dari para anggota Jacobin. Saint-Just dengan lancangnya mendedikasikan syair tersebut kepada Vatikan. Ketika ia mengingat apa yang ia lakukan, ia menyesalinya. Ia kemudian menambahkan satu kalimat pembuka: "Aku baru 20 tahun; aku melakukan hal yang buruk; aku bisa melakukan yang lebih baik."

Organt diterbitkan pada tahun 1789, tahun dimana Revolusi dimulai: tahun dimana hidupnya akan berubah drastis. Melihat momen ini, Saint-Just langsung memberikan jiwa dan raganya untuk Revolusi. Dia tahu dia bisa melakukannya: ia berbakat, berambisi dan sangat cerdas, namun sayangnya ia bukan siapa-siapa tanpa memiliki hubungan kepada orang berpengaruh, apalagi memiliki harta atau pekerjaan. Selain itu, Saint-Just juga terlalu muda: ia masih dibawah 25 tahun, dibawah batasan umur yang diperbolehkan secara legal untuk berpartisipasi dalam politik.

Pada bulan Juni 1791 Saint-Just menerbitkan sebuah risalat, The Spirit of The Revolution, yang mana berisi tentang pentingnya kedamaian dan stabilitas negara. Baginya, pemerintah yang berbentuk monarki konstitusional merupakan bentuk pemerintahan yang terbaik: Perancis tidak cocok menjadi sebuah republik. Pandangan politik di tulisan ini secara relatif lebih moderat, meski ada beberapa paragraf radikal yang bersangkutan dengan hubungan antar manusia dan kebebasan personal. Saint-Just juga menentang hukuman mati di tulisannya tersebut.

Namun stabilnya politik Perancis yang ia puji segera hancur bersamaan dengan berita percobaan pelarian Raja Louis XVI. Banyak revolusioner lain yang memandang apa yang dilakukan Louis XVI sebagai pengkhianatan terhadap rakyat: mereka tidak akan memercayai sang raja lagi. Kemudian pada tahun yang sama Saint-Just berhasil menominasikan dirinya sebagai anggota parlemen baru, namun keberhasilan dirinya hanya sebentar: ayah dari gadis yang hendak ia nikahi dahulu membongkar rahasianya kalau ia masih dibawah umur. Saint-Just harus kembali ke Blérancourt menunggu dalam keadaan gelisah dan frustasi.

Dalam waktu 10 bulan saja, situasi politik Perancis masuk ke dalam krisis baru. Perang dengan Austria dan Prussia berlanjut dengan buruk, tentara Perancis berusaha mempertahankan daerah-daerah perbatasan. Perang ini disebabkan oleh deklarasi sebuah kelompok bernama Girondins. Banyak revolusioner menyalahkan Louis XVI dan Marie Antoinette, menganggap raja dan ratu diam-diam berkomplot dengan negara-negara asing - tentu saja bukan tanpa alasan. Tanggal 10 Agustus 1792, bentuk negara monarki runtuh. Momen revolusi kedua ini memberikan Saint-Just kesempatan lain. Beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke 25, ia menjadi anggota termuda dari 749 deputi yang dipilih untuk menduduki National Convention. Hal pertama yang dilakukan oleh Convention adalah mendeklarasikan Perancis sebagai republik.


Georges Danton, rival Saint-Just, digiring menuju guilotine, 1794. Sketsa kapur oleh Pierre Wille.


Saint-Just cenderung berpihak kepada revolusioner paling radikal, Jacobin, partai yang dimana terdapat Georges Danton, Camille Desmoulins dan Maximilien Robespierre. Tahun 1790 Saint-Just menulis surat ke Robespierre, menyatakan: "...saya mengenal Anda hanya seperti saya mengenal Tuhan, melalui mukjizat. Saya tidak tahu siapa Anda tapi Anda adalah orang yang hebat. Anda bukan hanya perwakilian provinsi namun juga perwakilan umat manusia dan republik." Robespierre merasa tersanjung, seperti yang Saint-Just inginkan. Namun tidak berarti Saint-Just itu bermuka dua. Kedua pria itu menjadi teman dekat dan kolega yang berpikiran sama—sampai akhir hayatnya, kesetiaan Saint-Just kepada Robespierre tidak goyah.

Saint-Just memberikan pidato pertamanya di Convention pada tanggal 13 November. Pidato itu mengenai bagaimana nasib sang raja dan keharusan untuk diadili karena kejahatannya kepada rakyat Perancis. Bukan sesuatu yang mudah untuk didengarkan oleh audiens yang melebihi 1000 orang (para deputi Covention dan penonton di galeri) dan meyakinkan mereka kalau kau memiliki sesuatu yang orisinal dan penting untuk dikatakan. Namun Saint-Just berhasil melakukannya dalam membawakan pidato pertamanya, membuatnya sebagai salah satu ahli pidato yang paling efektif. Ketika orang lain mengatakan kalau raja melakukan hal yang buruk, Saint-Just menganggap kalau jabatan raja itu sendiri menyalahi moral. "Tidak ada yang bisa memerintah tanpa berdosa," katanya. Baginya, seorang raja bukanlah penduduk sipil dan tidak tersentuh hukum. Bila raja terus hidup, ia hanya akan membahayakan republik. Karenanya raja harus dihukum mati, tanpa melalui pengadilan. Para deputi diserang dengan logika argumen yang tidak berkompromi ini; karena sebelumnya tidak terpikirkan bagi sebagian banyak orang untuk menghukum mati raja. Lantas Louis XVI diadili, dan berakhir seperti yang Saint-Just perkirakan, hukuman mati.

Saint-Just membenci kebiasaan orang-orang menyela pembicaraan dan kata-kata hinaan yang sering terjadi saat perdebatan di Jacobin Club dan National Convention. Keahliannya adalah pidato bergaya 'set-piece', dengan bahasa yang halus, aphorisme yang menarik dan dibawakan dengan dramatis di atas podium. Kapanpun ia membawakan pidato di Convention, para penonton berdesakan ke depan untuk mendengarnya, berbisik-bisik ke teman di sebelahnya: "Itu dia orangnya!"

Pria seperti apa yang orang-orang lihat? Bukan legenda seorang androgini berwajah menawan; wajah 'seperti malaikat' yang digambarkan oleh Michelet. Meski begitu, memang benar kalau Saint-Just memiliki fisik yang menarik. Lukisan-lukisan yang ada pada masa ia hidup menggambarkannya dengan wajah oval pucat, rambut cokelat tebal, warna mata cerah, tulang pipi tinggi dan hidung mancung. Para pemimpin Jacobin bekerja dengan waktu yang panjang dan sering tertekan; seiring dengan waktu akibat dari gaya hidup melelahkan ini akan terlihat dari wajahnya.

Seperti Robespierre, Saint-Just juga tidak korup dalam keuangannya dan ia hanya memiliki uang dari gajinya yang tidak seberapa sebagai deputi; sekalipun begitu Saint-Just berpakaian dengan cermat. Tidak seperti kebanyakan anggota Jacobin, ia tidak mengikuti busana urakan ala sans-cullotes (militan Paris). Saint-Just selalu memakai cravat tebal, sadar kalau akan memberikan kesan bermartabat. Seorang anggota Jacobin juga, Camille Desmoulins, mengejek penampilan angkuh Saint-Just terutama cravat tebal tersebut, mengatakan: "Orang melihat pembawaan dan tingkah lakunya kalau ia (Saint-Just) menganggap dirinya sebagai orang paling penting di republik ini." Meskipun Saint-Just memegang pendapat mengenai kesetaraan dalam berpolitik, musuh-musuhnya (yang mana akan ia dapatkan dalam jumlah yang lumayan, termasuk Desmoulins) menyindirnya kalau Saint-Just memiliki rasa bangga dan tingkah laku layaknya seorang bangsawan. Hal ini di perkuat dengan namanya yang memakai prefiks 'de', membuat rumor kalau ia adalah seorang bangsawan.


Camille Desmoulins dengan istrinya, Lucille, and putranya, Horace-Camille, c.1792, karya Jacques-Louis David.


Pada bulan Juni 1793, partai Jacobin menggulingkan partai Girondins dan mengambil alih dominansi dalam pemerintahan. Pada bulan yang sama pula Saint-Just membantu menyusun rancangan UU 'Jacobin' yang baru. UU tersebut merupakan dokumen paling liberal dan egalitarian (konsep yang menganut kesetaraan) sepanjang Revolusi Perancis, namun penerapan UU tersebut harus ditunda akibat pidato yang dibawakan oleh Saint-Just sendiri, beragumen kalau UU tersebut tidak bisa diterapkan selama Perancis masih berperang dan terancam. Tanggal 10 Juli 1793 Saint-Just terpilih menjadi anggota Committee of Public Safety. Terdiri dari 12 anggota, Committee memiliki kekuasaan eksekutif yang luas dan mengambil alih koordinasi perang, dan akibatnya menjadi kabinet perang sementara Committee of General Security (Komisi Keamanan Negara) menangani kepolisian, penangkapan dan penjara. Sepanjang tahun itu dua badan ini mendominasi pemerintahan revolusioner.

Musim panas dan musim gugur datang membawa krisis yang semakin parah. Inggris, Spanyol dan Belanda ikut menyatakan perang terhadap Perancis. Banyak daerah di Paris mengalami pemberontakan; bersamaan dengan itu perang saudara besar terjadi di daerah barat Perancis. Rentetan pengkhianatan orang pemerintahan, termasuk jenderal besar Perancis, Dumouriez, mengeraskan pandangan dan sikap para revolusioner. Di samping itu sans-cullotes berdemonstrasi mengancam para deputi Convention untuk membuat langkah ekstrim. Karena latar belakang ini yang membuat para revolusioner merubah peraturan untuk melegalkan penggunaan Terror. Saint-Just memainkan perannya dalam pembentukan peraturan tersebut bersama anggota lain, namun Committee of Public Safety mengambil keputusan sepakat dan berbagi tanggung jawab. Sebutan 'Terror adalah milik Jacobin' tidak tepat, Terror bukan diakibatkan oleh satu orang atau sebuah grup seperti yang kebanyakan orang percayai. Faktanya Terror adalah hasil dari serangkaian hukum dan peraturan, diputuskan atas hasil voting para deputi National Convention.

Lantas mengapa Saint-Just menjadi seseorang yang diidentifikasi dengan Terror? Sebagian alasan karena ia berani berbicara untuk membenarkan tindakan Terror; bersama anggota Committee lain yakni Robespierre, Barère dan Billaud-Varenne, Saint-Just adalah satu dari jurubicara penting Committee. Alasan utama yang sebenarnya adalah peran Saint-Just yang dipercayai kedua Committee untuk membuat draft dan membawakan pidato untuk menghancurkan beberapa partai revolusioner. Perseteruan antar partai ini merupakan kengerian tersendiri bagi para politikus. Menurut ideologi revolusioner, semua orang yang tidak berkomitmen kepada kebaikan publik mungkin seorang konspirator yang disuap oleh royalis. Selain itu kekuatan tekanan yang dimiliki para pemimpin revolusioner juga membuat mereka merasa terancam. Dikuasai ketakutan, rasa curiga dan semangat revolusi membuat para revolusioner ini menyerang satu sama lain, dalam skenario kejam dimana mereka harus membunuh atau dibunuh.
codot.1
codot.1 memberi reputasi
1
6.3K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.