JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) PT Transjakarta ANS Kosasih mengaku heran dengan perilaku dan kebiasaan sebagian pengguna jalan yang menyerobot jalur Transjakarta. Menurut dia, sikap seperti itu sangat berbeda dengan pemahaman terhadap aturan 3 in 1.
"3 in 1 bisa dipatuhi sementara jalur Transjakarta diserobot. Mungkin mereka tidak bisa tenang ketika ada jalur yang kosong di saat jalur yang dilalui macet," kata Kosasih kepada Infonitas, Senin (11/5/2015).
Dijelaskan Kosasih, aturan 3 in 1 meski terkadang disiasati dengan keberadaan joki, aturan tersebut relatif bisa dituruti ketimbang aturan larangan menyerobot jalur Transjakarta.
"Kemacetan tidak selalu bisa dijadikan alasan untuk memasuki jalur Transjakarta. Selagi pergi menggunakan kendaraan pribadi yang isinya segelintir orang, maka kemacetan akan terjadi. Situasinya bisa saja berubah bilamana warga menjadikan angkutan umum sebagai moda untuk aktivitas. Oleh sebab itu, kami terus berupaya menambah jumlah bus untuk bisa maksimal mengangkut penumpang," sambung Kosasih.
Saat ini, Transjakarta memiliki armada sekitar 700 bus. Namun, jumlah tersebut belum mampu memaksimalkan mobilitas warga ibu kota. Pasalnya, beberapa bus ada yang tidak bisa jalan lantaran diservis. Sementara sebagian lagi kondisinya tidak memungkinkan untuk beroperasi.
Kosasih berharap warga ibukota memahami kondisi PT Transjakarta saat ini.
"Bus Transjakarta itu sebagian berada di jalur yang steril, dan sebagian lagi tidak. Sebagai contoh, baru-baru ini ada kecelakaan pada salah satu jalur ,sementara di jalur lainnya laju Tranjakarta menjadi terganggu lantaran adanya proses pembangunan. Ketika kondisi deadlock tersebut, maka bus akan terkena imbas, sehingga mengalami keterlambatan," tutupnya.

Sumur : http://www.infonitas.com/megapolitan...4#.VVCJzY7tmko

Jakarta, ditata dlu Orangnya baru Angkutannya.