Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

zenacAvatar border
TS
zenac
(Review Buku) Komunisme Musuh Islam Sepanjang Sejarah
Bismillah
Newbie nyoba bikin Thread nih emoticon-Malu
mohon bimbingannya buat para sesepuh disini

kali ini izinkan newbie mo nyoba bahas soal isu Komunis yang mulai merebak akhir2 ini


Telah banyak beredar kabar dan isu mengenai kebangkitan komunis di tanah air Indonesia. Komunis yang dulu pernah jaya, dan menjadi partai terbesar di masa orla. Bayangkan, mungkin hari ini seperti partai Golkar yang memiliki banyak pengikut kemudian dalam beberapa tahun kedepan dijatuhkan dan dikenakan status terlarang. Tidak pernah terpikirkan suatu saat partai Golkar akan menjadi terlarang (mungkin ini yang terpikirkan oleh saksi yang hidup di zaman orla hingga PKI dianggap terlarang). Terlepas dari benar dan tidaknya kabar tersebut, tidak ada asap jika tidak ada api. Siapa yang menyulut api, who knows tidak bisa diketahui pasti.
Isu ini membawa saya membuka kembali arsip2 sejarah yang sudah sekian lama tersimpan di drive komputer. Ada satu buku menarik yang saya temukan, buku itu berjudul Komunisme Musuh Islam Sepanjang Sejarah. Saya bukan ingin membahas mengenai perbedaan dan permusuhan antara Islam dan Komunis. Yang ingin saya bahas adalah pendiri dari Komunis Karl Marx. Dalam buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pengkajian Islam Madinnah-Munawarrah tersebut dijelaskan dalam beberapa halaman mengenai siapa Karl Marx dan mengapa apa yang dia cetuskan tidak bisa berjalan bersahabat dengan Islam. Berikut ulasan dari buku tersebut.

Karl Marx dilahirkan tanggal 5 Mei 1818 di Trier Jerman dari keluarga Yahudi. Tetapi menurut Freemasonry, organisasi Yahudi di bawah tanah, pencetusnya tidak lain ialah sekelompok golongan cahaya (Freemasonry), yang telah diputuskan di dalam Kongres Internasionalnya di Amerika Serikat. Karl Marx, begitu kata Freemasonry, sebenarnya hanya orang bayaran dari Freemasonry, yang dimintakan untuk menyusun teori komunis dan atheisme; dengan imbalan semua biaya penghidupan Karl Marx dijamin sepenuhnya oleh Freemasonry.

Kebenaran pengakuan Freemasonry ini, akan terlihat dengan jelas nanti dalam kita membahas tentang teori-teori yang dikemukakan oleh Karl Marx, bahwa ternyata ia memang tidak menguasai sepenuhnya teori-teori yang ia ambil dari berbagai konsepsi-konsepsi filsafat yang berasal dari orang-orang non Marxis. Karl Marx hanya menyusun atau lebih tepatnya menyetel konsepsi-konsepsi filsafat yang dia pungut dari orang-orang non Marxis dalam suatu teori yang dia namakan "Komunisme".

Menurut beberapa penulis biografi menduga bahwa Karl Marx mengalami suatu krisis keagamaan ketika ia berusia l6 atau 17 tahun. Sebagai bukti, mereka menunjukkan sepucuk surat yang ditulis oleh ayah Marx; di dalam surat itu, dia memberi tahu Marx bahwa agama dapat dianggap sebagai dasar daripada kebaikan moral dan menyatakan bahwa tidak ada jeleknya untuk percaya kepada Tuhan, karena juga sangat banyak orang besar yang percaya kepada Tuhan.

Ayah Marx adalah seorang theis, seorang Yahudi yang liberal dan pengagum filsuf- filsuf "Pencerahan" dari Perancis, tetapi kemudian ia beralih agama menjadi seorang Kristen Protestan, pengikut Luther. Dia juga menyuruh isteri dan anak-anaknya dibaptis dalam cara Protestan. Di sini, masalahnya bukanlah apakah hal tersebut peralihan agama yang sesungguhnya atau bukan. Dalam kedudukan seperti ayah Marx adalah "tepat dan menguntungkan" untuk menjadi seorang anggota dari agama negara.
Setelah pembaptisan, kekristenan ayah Marx tidaklah lebih baik dari Keyahudiannya sebelumnya. Bagi anaknya Marx, yang patuh dan berbakti kepada ayahnya, jelaslah bahwa oportunisme orang tuanya tersebut tidak menimbulkan rasa hormat kepada agama Kristen. Tambahan pula, baik di dalam surat-suratnya yang banyak itu, maupun di dalam buku-bukunya, Karl Marx tidak pernah menyinggung tentang krisis keagamaan tersebut dan juga tidak pernah menunjukkan rasa simpati kepada para pemeluk agama.

Para pencetus teori komunisme tentu saja menolak semua agama, karena agama-agama tersebut menurut keyakinannya semuanya mempunyai tanggung jawab yang sama atas pengasingan spiritual manusia. Tetapi Marx benar-benar membenci agama Kristen. Dia, seperti halnya banyak kaum atheis, sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk melihat agama Kristen merupakan perkembangan yang paling pesat dari kesadaran religius yang secara logis dapat diikuti hanya dengan penolakan terhadap semua agama.

Akhimya kita akan berkesimpulan bahwa pada diri Marx tertanam kebencian pribadi terhadap agama Kristen, yang hampir sama dengan yang terdapat pada diri Freud. Freud sendiri juga seorang Yahudi yang hidup di dalam suatu dunia yang seolah-oleh dunia Kristen dan di dalam dunia tersebut dia merasa terasing. Baik Marx maupun Freud menolak agama Kristen atas nama ilmu pengetahuan; tetapi di dalam penolakan tersebut jelas sekali terdapat unsur emosional.

Bila sosialisme Barat pada abad ke-XIX dari awal mulanya benar-benar atheis, sebagai tampaknya, karena adanya kenyataan bahwa diantara tokoh-tokoh utamanya tersebut banyak kaum intelektual Yahudi. Untuk memahami hal ini tidaklah perlu membayangkan adanya "semacam komplotan orang-orang Yahudi" yang sengaja dibentuk untuk menentang agama Kristen".1

Di sini kelihatan bahwa Ignace Lepp tidak ingin adanya satu "image" bahwa "atheisme" lahir, karena dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Tetapi satu fakta yang tak dapat diingkari ternyata gerakan Yahudi Zionisme dengan Freemasonry-nya --sebagaimana kita telah ungkapkan di muka-- menyatakan bahwa atheisme memang sengaja dilahirkan dan dibesarkan oleh gerakan mereka.

Salah satu bukti, dapat dikemukakan kembali surat yang ditulis oleh Pike, tokoh utama Freemasonry, tertanggal 10 Agustus 1871, yang antara lain menulis: "Kita akan memberikan kebebasan sebebas-bebasnya gerakan-gerakan atheisme dan gerakan-gerakan nihilis. Kita akan berusaha menciptakan suatu tragedi total untuk umat manusia, di mana akan ternyata dengan jelas kekejaman yang tidak putus-putusnya bagi setiap bangsa, sebagai hasil dari atheisme yang mutlak".

Selanjutnya Ignace menulis: "Dalam usaha mereka untuk mencari identitas sosial, kaum intelektual Yahudi tersebut secara sadar menentang 'pengasingan religius'. Dengan sengaja mereka menentang agama Kristen yang pemeluk-pemeluknya mengasingkan mereka serta memaksa mereka merasa seperti orang-orang asing di tanah air mereka sendiri. Rasa sakit hati memainkan peranan yang penting di dalam hampir semua atheisme orang-orang Yahudi yang saya ketahui, dan di dalam atheisme Karl Marx peranan rasa sakit tersebut mungkin benar-benar dominan."

Sebagai seorang keturunan Yahudi dan sebagai seorang yang merasa terhina oleh peralihan agama yang bersifat oportunistis yang dilakukan ayahnya, Karl Marx melalui suatu proses yang sangat dikenal di dalam psikologi dewasa ini, mengidentifikasikan dirinya dengan manusia pada umumnya. Marx melihat bahwa kemanusiaan juga direndahkan dan diasingkan dari identitasnya yang asli.
Cukup sampai disitu ulasan yang saya kutip dari buku tersebut. Tidak perlu terlalu panjang lebar untuk menjelaskan siapa Karl Marx.

Dengan mengetahui dirinya sebagai keturunan Yahudi, menyukai kebebasan dan membenci Agama (dalam hal ini diwakili Agama Kristen). Tidak heran jika filosofinya terhadap kehidupan sangat tidak bisa dibenarkan sepenuhnya dalam ajaran Islam. Dalam Islam terdapat kebebasan, kebebasan berpendapat, bebas mengkaji ilmu dari mana saja, tapi tidak keluar dari norma-norma hukum Islam. Misalnya, contoh yang simpel yaitu, masalah berpakaian untuk wanita. Wanita diperbolehkan memakai baju jenis dan model apa saja asalkan tetap dalam koridor hukum Islam, yaitu tudung yang menutupi dada dan pakaian yang tidak menunjukan lekuk tubuh. Marx mungkin menginginkan kebebasan yang lebih dari itu. Bebas sebebas-bebasnya. Dan Islam tidak mengizinkan itu terjadi, untuk menghargai kemuliaan dan harkat martabat seorang manusia. Manusia diantara makhluk lainnya telah Allah jadikan pemimpin dan makhluk no satu. Oleh karena itu, apa yang bisa manusia lakukan adalah menjaga kualitas hidupnya agar tidak hina sebagai manusia, sebagai pemimpin semua makhluk, termasuk jin dan malaikat.

Mungkin kesamaan tujuan antara Islam dan Karl adalah sama-sama ingin membela kaum kecil. Menurut saya, pikirkan tersebut adalah wajar. Saling menyayangi dan mengasihi antar sesama manusia adalah fitrah manusia. Tapi jika demi merealisasikan fitrah dengan jalan melawan Allah, hmmm saya takut mebayangkan hukumannya. Mengapa tidak berjalan seirama dengan Allah saja, toh yang memberikan fitrah itu Allah juga. Pasti Allah lebih tahu bagaimana cara merealisasikan fitrah tersebut.

Kesimpulan yang saya dapat dari ulasan dalam buku ini, bahwa tidak akan pernah bisa berjalan beriringan antara Islam dan Komunis. Orang berideologi komunis mungkin bisa pura-pura berislam tapi Muslim tidak akan pernah bisa pura-pura berkomunis. Sehingga wajar jika musuh utama ideologi Komunis adalah Islam.

Wallahu Alam

sumber : https://menjadimuslimahsejati.wordpress.com/
Sekian Thread Ane gan
klo berkenan bagi dong emoticon-Blue Guy Cendol (L)
klo mo ngasih emoticon-Blue Guy Bata (L) juga boleh
masih labih mau jadi bata kolektor ato cendol kolektor emoticon-Cool

Diubah oleh zenac 20-03-2015 07:55
nvlzpj
nvlzpj memberi reputasi
1
18.6K
136
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.