Quote:
Ini Kata Analis Saham Soal Rencana Reshuffle Kabinet Jokowi
Jakarta -Perekonomian Indonesia tengah melemah.
Di kuartal I-2015, pertumbuhan ekonomi hanya di angka 4,7%, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu mencapai angka 5,2%.
Pemerintah dianggap punya andil besar dalam pelemahan ini. Program pemerintah untuk menggenjot infrastruktur yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dinilai masih jalan di tempat.
Tak hanyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) saja yang mendapat 'tudingan' lamban bekerja dan tak serius mengubah Indonesia lebih baik secara cepat, para menteri Kabinet Kerja pun menjadi bagian tudingan tersebut.
Hanya 2 pilihan buat Jokowi agar perekonomian Indonesia tumbuh dengan cepat. Reshuffle kabinet atau menambah stimulus dengan membentuk paket kebijakan ekonomi yang baru.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengungkapkan, reshuffle kabinet merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kinerja pemerintahan. Para pembantu presiden yang kinerjanya tidak baik patut didepak. Menteri-menteri yang membantu presiden haruslah orang yang mampu mendorong kinerja pemerintahan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Namun, pilihan ini tentu tidak mudah bagi Jokowi.
Masalahnya, Jokowi tidak cukup kuat untuk bisa merombak jajaran Kabinet Kerja. Ada Megawati, yang notabene 'ibu' dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tempat bernaung Jokowi yang mengantarkannya hingga duduk di kursi orang nomor satu di pemerintahan.
"
Pertanyaannya, beranikah Jokowi melakukan reshuffle? Saya pikir tidak cukup berani," katanya kepada detikFinance, Rabu (6/5/2015).
Pilihan lain, kata Satrio, Jokowi harus kreatif mencari cara agar perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan baik. Salah satunya dengan menambah stimulus melalui pembentukan paket kebijakan ekonomi yang baru.
Menurut Satrio, pemerintah perlu bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) untuk membentuk paket kebijakan tersebut. Salah satu poin yang didorong nantinya adalah soal penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate.
Tingginya tingkat suku bunga saat ini dinilai menghambat ruang gerak para investor. Dengan tingkat suku bunga tinggi, aktivitas ekonomi menurun, ini juga berpengaruh terhadap kinerja para emiten di pasar modal.
Terbukti,
di kuartal I-2015, kinerja emiten melorot, pertumbuhan yang diharapkan bisa mencapai angka 15%, hanya bisa di level rata-rata 6-8% saja. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun pernah terperosok 4% dalam sehari.
"
Penurunan BI rate membuat investor ketakutan. Pemerintah harus buat kebijakan ini bersama BI agar menurunkan suku bunga," tandasnya.
detik
Mana katanya wiwi yg kerja kerja kerja? Cepat cepat cepat? Ternyata lebih lamban pulak!
Kerjanya cuma pencitraan mulu, bagi2 kaos, bagi2 kartu, bagi2 buku, ga tau apa kondisi ekonomi Indonesia sekarang ini dah kayak apa?