Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

comANDREAvatar border
TS
comANDRE
Ucapan Mary Jane ke Penerjemahnya: Saya Cantik, Saya Baik


Jakarta, CNN Indonesia -- Mary Jane Fiesta Veloso akan menutup mata selamanya malam nanti. Menjelang ajal menjemput wanita dua anak asal Filipina itu, Nuraini, penerjemah dari lembaga Bahasa Inggris di Yogyakarta yang mendampingi Mary selama sidang pada 2010, mengenang kebersamaan dia dengan Mary Jane.

"Saya enggak menyangka tetangga saya bohong. Dia minta saya bawa tas ternyata isinya narkoba," ujar Nuraini, menirukan ucapan Mary Jane kepadanya, kepada CNN Indonesia, Selasa (28/4).

Nuraini masih ingat betul pernyataan itu. Kalimat tersebut terngiang-ngiang di benaknya seperti saat dia mendengar hakim menjatuhkan vonis mati kepada Mary Jane, membuat Mary menangis sesenggukan.

Pilihan Redaksi
Seribu Lilin demi Selamatkan Mary Jane dari Eksekusi Mati
Mary Jane Dieksekusi Besok, Presiden Filipina Temui Jokowi
Eksklusif: Wawancara dengan Keluarga Mary Jane
Beredar Video Pesan Mary Jane untuk Anaknya
Oktober 2010, Mary Jane divonis mati oleh Pengadilan Negeri Sleman dengan dakwaan melanggar Pasal 114 ayat 2 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dia lantas dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan, Yogyakarta, setelah sebelumnya mendekam di lembaga pemasyarakatan khusus narkoba.

"Saya berharap yang terbaik untuk Mary Jane," kata Nuraini.

Inggris pasif

Selama mendampingi Mary di persidangan, Nuraini mengetahui jika Mary bukanlah pengguna bahasa Inggris aktif. Mary lebih sering menggunakan bahasa Tagalog dalam kegiatan sehari-hari atau percakapan informal. Dengan pihak kedutaan, dia juga berbicara dengan bahasa ibunya itu.

"Dia paham bahasa Inggris sederhana, tapi tidak fasih berbahasa Inggris. Sama seperti orang Indonesia umumnya. Mary pernah meminta penerjemah Tagalog tapi saya juga bingung kenapa tidak dikabulkan," ujar Nuraini.

Untuk menyiasati keterbatasan Bahasa Inggris Mary, Nuraini memutuskan untuk menggunakan bahasa Inggris sesederhana mungkin kepada ibu dua anak tersebut.

"Hakim selalu tanya. 'Paham, tidak?' Mary biasanya hanya mengangguk-angguk dan menjawab singkat dalam Bahasa Inggris," kata Nuraini.

Akibat tidak ada protes dari pihak Kedutaan maupun pengacara mengenai keterbatasan penggunaan Bahasa Inggris Mary, sidang pun terus dilanjutkan. Namun vonis mati yang dijatuhkan kepada Mary membuat kaget semua pihak.

Kedutaan Filipina kemudian menunjuk pengacara lain, Agus Salim, yang kemudian memutuskan mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung atas proses persidangan Mary yang dinilai berat sebelah.


Persoalan bahasa --satu hal yang kurang diperhatikan pada sidang vonis-- lantas dibidik tim kuasa hukum saat persidangan PK. Ternyata peluru tersebut tak cukup ampuh untuk menjebol dinding persidangan. PK Mary Jane ditolak Mahkamah Agung April ini, yang langsung mengantarkan Mary ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Marliyus, Humas Pengadilan Negeri Sleman, mengatakan alasan penolakan PK itu karena MA menilai permohonan tidak berkekuatan hukum.

Simak selengkapnya FOKUS: Bergerak Menuju Regu Tembak

Nuraini hanya bisa menghela nafas melihat nasib sial Mary. "Setiap kali mendengar kabar Mary akan dieksekusi, saya selalu merinding. Rasa-rasanya belum lama ini saya datang menjenguk dia di tahanan Polda Yogyakarta. Dia bilang 'Saya cantik, saya baik'," kata Nuraini sedih.

Kini eksekusi mati Mary tinggal menunggu hitungan jam. Mary akan menjadi perempuan kedua yang dieksekusi mati di tangan algojo Indonesia pada 2015 ini. (Baca Juga: Komnas Perempuan Sebut Mary Jane Korban KDRT dan Trafficking)

Kisah tragis Mary

Wakil Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menyatakan Mary Jane merupakan korban. Ia menceritakan kisah hidup Mary Jane yang berliku sampai berakhir di penjara.

Mary Jane, ujar Yuniyanti, merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga dan perdagangan manusia. Dia berasal dari keluarga miskin di Filipina. Keluarganya pengumpul dan penjual barang bekas. Tak heran Mary jane putus sekolah. Ia hanya mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat SMP.

Mary Jane menikah dini pada usia 16 tahun. Sial, ia menjadi korban kekerasan oleh suaminya sendiri, pun harus berperan sebagai kepala keluarga. Mary Jane lantas menjadi buruh Migran di Dubai, Uni Emirat Arab. “Ia pernah hampir dirudapaksa di sana,” kata Yuniyanti.

Usai insiden itu, Mary dirawat sebulan di rumah sakit. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, Filipina. Namun ia lagi-lagi menjadi pekerja migran dan direkrut oleh tetangganya, Cristina, untuk bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga secara ilegal.

Untuk ke Malaysia, Mary Jane menggadaikan motor dan ponselnya. Itu pun masih kurang untuk menutupi biaya keberangkatan sehingga gaji Mary di Malaysia menurut Cristina bakal dipotong selama tiga bulan pertama.

Namun setibanya di Kuala Lumpur, pekerjaan yang dijanjikan ternyata sudah tak lagi tersedia. Mary lalu diminta Cristina untuk ke Indonesia. Ia dijanjikan bakal segera dipekerjakan sekembalinya dari Indonesia. “Namun ia ditipu dan malah dijadikan kurir narkotik,” ujar Yuniyanti.

Ketika hendak ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta, Mary Jane dibekali uang US$500 dan diberi tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya. Namun tanpa sepengetahuan Mary, kata Yuniyanti, dimasukkan pula heroin 2,6 kilogram ke dalam tas itu. Begitu mendarat di Bandara Adisucipto, Mary ditangkap oleh otoritas Indonesia.

sumber
=======

sedih betul emoticon-Mewek
0
7.1K
83
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.