mabaikAvatar border
TS
mabaik
Efek Bombardir Serangan Prabowo Subianto
Efek Bombardir Serangan Prabowo Subianto

Gaya Prabowo Subianto yang lugas dan terang-terangan dalam menyindir lawan politiknya selama masa kampanye ternyata menjadi strategi tepat. Buktinya, Partai Gerindra berhasil memperoleh 11% suara versi quick count, jauh melejit dibandingkan dengan perolehan suara mereka pada Pemilu 2009.

Serangan Prabowo dimulai sejak Joko Widodo dideklarasikan oleh PDIP sebagai capres pada tanggal 14 Maret 2014. Sehari setelahnya, isi dan foto-foto Perjanjian Batu Tulis antara PDIP dan Partai Gerindra tahun 2009 silam pun beredar. Salah satu poin dalam perjanjian itu ialah Megawati Soekarnoputri akan mendukung Prabowo Subianto sebagai capres pada 2014.

PDIP menganggap bahwa perjanjian itu tak lagi berlaku karena duet Megawati-Prabowo tidak menang pada Pilpres 2009. Namun Partai Gerindra tak terima bila perjanjian itu dibatalkan tanpa diajak bicara sebelumnya.

Prabowo pun tak tinggal diam. Satu dua sindiran dilemparkan meski tak pernah mengatakan siapa yang ia jadikan sasaran tembak. Tetapi publik pun dengan mudah menebak bahwa serangannya ditujukan pada Joko Widodo.

Salah satunya adalah tentang Jokowi yang bagaikan kutu loncat karena dengan mudah beralih dari kursi gubernur ke presiden. Prabowo menyindir dengan cara membanggakan kadernya yang merupakan wakil Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama.

"Saya menghendaki saudara Ahok selesaikan tugasnya sesuai janji pada rakyat. Bagi Saya, ucapan seorang pemimpin adalah UU yang tak boleh dilanggar. Jadi Ahok selesaikan tugasnya selama 5 tahun," kata Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (16/3/2014).

"Jangan bicara A tapi tidak dilaksanakan. Saya kira berbahaya jika pemimpin Indonesia mencla-mencle. Satu hari bilang A lalu bilang B, jam 2 tahu lalu jam 3 tempe," lanjut Prabowo diikuti.

Sindiran Prabowo pun dijawab oleh Jokowi yang meminta agar dalam berpolitik tetap menunjukkan sopan santun. Namun pembelaan Jokowi itu justru dijadikan amunisi baru oleh mantan Danjen Kopassus ini. Prabowo terinspirasi sehingga menggunakan sindiran 'Politik Santun', salah satunya dalam orasi kampanye akbar di GBK.

"Boleh bohong asal santun. Boleh nipu asal santun. Boleh ingkar janji asal santun. Boleh menyerahkan kedaulatan asal santun," kata Prabowo membacakan sajaknya di hadapan ribuan kader dan simpatisan Gerindra di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (23/3).

Saat kampanye itu pula, Prabowo mulai melemparkan sindiran tentang capres boneka.

"Saudara mau dipimpin boneka?!" teriak Prabowo yang mengenakan kemeja putih saku empat bergaya Soekarno lengkap dengan celana panjang krem plus peci hitam itu.

"Tidaaaaaak!" teriak ribuan simpatisan yang hadir serentak.

Banyak pihak memperkirakan bahwa sindiran-sindiran tajam yang dilempar Prabowo bisa jadi bumerang bagi Partai Gerindra sendiri. Tetapi, makin hari Prabowo tak lagi menyindir namun membidik langsung ke targetnya. Ia pun berterus terang mengeluh bahwa Jokowi tidak tahu terima kasih saat Pilgub DKI padahal sudah ia perjuangkan.

"Toto kromo-nya tidak bagus. Saya diajari, perbuatan sekecil apa pun seharusnya dijawab dengan terimakasih. Dia tidak datang ke tempat saya, tidak ucapkan terima kasih sama sekali," kata Prabowo seperti dikutip dari Majalah Detik edisi 122, Selasa (1/4/2014)

Gaya bicara lugas dan kata-kata keras tetap dikeluarkan Prabowo hingga mendekati hari pencoblosan. Bahkan, ia mengatakan bahwa pemimpin Jakarta sakit dan penipu.

"Sekarang di Jakarta ada penyakit yang luar biasa, pemimpin-pemimpinnyanya sakit. Penyakitnya penipu. Yang muncul pemain watak, sandiwara, penipu," ujar Prabowo di Hotel Panghegar Bandung, Jalan Merdeka, Sabtu (5/4/2014).

Di hari pencoblosan, Prabowo menanti dengan optimistis apakah bombardir serangannya pada PDIP dan Jokowi akan menjadikannya untung atau buntung. Hasilnya, Sang Letjen bisa berbangga hati karena strategi perangnya ampuh membawa Gerindra meraih suara mendekati 12% versi quick count.

cumi tak langsung melejit, namun Gerindra mampu menyodok ke posisi 3 besar hanya dalam 2 kali Pemilu. Bila dibandingkan dengan debutnya di Pemilu 2009 silam, Partai Gerindra meraih suara 4.642.795 (4,46%) dengan jumlah kursi 26. Kini partai berlambang kepala garuda itu mampu membuatnya jadi 3 kali lipat.

Sindiran-sindiran tajam Prabowo ternyata menarik simpati pemilih pada Partai Gerindra. Saingan terberatnya yaitu PDIP justru gigit jari karena perolehan suaranya jauh dari target. Pengamat politik UI Agung Suprio pun menilai bahwa Kesuksesan Gerindra meningkatkan perolehan suara hingga sekitar tiga kali lipat dibanding Pemilu 2009 lalu tak lepas dari pesona Ketua Dewan Pembinanya, Prabowo Subianto serta tim di baliknya.

"Ini karena ada tim yang efektif dalam mengelola setiap black campaign, termasuk menciptakan counter attack kepada kompetitor," ujarnya.

Rabu (9/4) sore, Prabowo pun tiba di Kantor DPP Gerindra dengan wajah penuh senyum. Memandang hasil quick count yang terpampang di layar, ia pun tampak puas. Ambisi Prabowo untuk menjadi presiden makin mulus berkat strategi bombardir serangan yang ia lakukan. Lalu bagaimana dengan Pilpres, akankah Prabowo menggunakan strategi yang sama kembali? Kita nantikan saja.

Link : http://news.detik.com/pemilu2014/rea...abowo-subianto


Selamat pak, anda berhasil menurunkan Jokowi Effect, tapi PDIP masih tetap sebagai partai pemenang pemilu.
Pilpres ini, Jokowi akan menagih slogan "Jokowi Yes, PDIP NO" , semoga ini bukan slogan-slogan politikus busuk untuk menurunkan elektabilitas PDIP.

Sekarang Gerindra bakalan melacurkan diri, buat koalisi besar dengar berbagai macam partai. Koalisinya hanya akan jadi bancakan bagi-bagi kursi. Itulah realitasnya .

emoticon-Shakehand2
0
9.5K
98
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.