Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

humaediAvatar border
TS
humaedi
Kaya dan Sejahtera Dengan Bertani Kelapa Sawit*)
Anda Ingin Kaya dan Sejahtera, Wujudkan Impian Anda Dengan
Bertani Kelapa Sawit*)


Ingin hidup di desa dengan kaya dan sejahtera? Jadilah petani kelapa sawit. Baik sebagai petani mandiri, maupun menjadi mitra perusahaan perkebunan thelalui program plasma.

Simak saja pernyataan Habrin, keluarga petani kelapa sawit Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Meski tidak terlalu luas, menurutnya, kebun. sawit yang dikelola keluarga saat ini mampu menjadi "asuransi" dalam hidupnya dan bisa digu:nakan untuk membiayai hidup dengan tayak.

"Itu sebabnya, saya bisa bekerja sebagai guru dengan idealis," ujarnya. Yang dimaksud "idealis" menurut Kepala SMA Sungsan, Banyuasin 2, Sumatera Selatan, ini adalah ia benar-benar bisa menjadi pendidik yang tidak semata-mata bekerja karena mengejar gaji. Sebab, masalah uang sudah terpenuhi dan terjamin dari kebun sawit.

Demikian pula halnya H Made Amin, petani sawit di Desa Bulumario, Kecamatan Sarudu, Sulawesi Barat, ia kini hidup makmur berkat tanaman kelapa sawitnya. "Alhamdulillah, anak saya semua sekolah. Semua dari sawit," katanya.

Tak hanya itu, dari kebun sawit setiap bulan ia dapat memperoleh penghasilan bersih hingga Rp 40 juta. Made bahkan membeli dua truk yang disewakan untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) tetangga-tetangganya sesama petani sawit.

Penghasilannya juga memungkinkan ia memiliki dua unit mobil untuk keperluan pribadi. "Sawit merawatnya tidak sulit dan jika sudah mulai berbuah, bisa terus berbuah hingga 30 tahun," katanya.

Hidup kaya dan sejahtera dengan menjadi petani kelapa sawit juga dirasakan Supriyanto, transmigran asal Jawa Tengah yang kini memiliki sekitar 50 hektare kebun sawit di Kecamatan Pangkalan Lesung,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Supri adalah petani plasma yang bekerja sama dengan salah perusahaan perkebunan swasta di daerah tersebut.

"Kalau ingat tahun 1990 saat awal saya masuk ke sini, rasanya tidak percaya kalau sekarang saya memiliki penghasilan puluhan juta rupiah per bulan," kata Supri.

Rumah megah yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 900 juta pada tahun 2005, beberapa unit mobil mewah seperti Toyota Fortuner, serta anak-anak Supri yang mengenyam pendidikan tinggi di Jawa, adalah simbol kesejahteraan itu.

Di Kecamatan Pangkalan Lesung sendiri, Supriyanto tidak sendiri. Ada puluhan petani kelapa sawit lain yang juga sejahtera. Mereka menikmati ini semua, tentu saja, berkat kerja keras, kesungguhan, serta kejujuran sehingga bisa terus dipercaya sebagai mitra perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan rakyat meluas

Setegas itu pula data-data yang ditemukan dari riset lapangan yang dilakukan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI). Lembaga think tank independen, nirlaba, dan memfokuskan diri padakebijakan strategis sistem agribisnis persawitan nasional ini, bahkan menyimpulkan bahwa perkebunan kelapa sawit sangat berperan besar dalam mengurangi kemiskinan.

PASPI juga menemukan data ilmiah bahwa perkebunan kelapa sawit telah mengubah petani miskin menjadi petani sejahtera. Jumlah unit usaha petani kelapa sawit meningkat cepat. Begitu juga dengan luas perkebunan kelapa sawit rakyat yang meningkat secara pesat.

Menurut Data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, jika pada 1990 luas lahan kelapa sawit rakyat hanya 291.338 hektare, pada 2012 luasan lahan perkebunan kelapa sawit petani sudah mencapai 3.773.526 hektare.

Karena langkah-langkah memperbesar skala ekonomi pertanian akan memengaruhi pendapatan yang lebih tinggi, peningkatan unit usaha yang terjadi pada industri kelapa sawit dapat dimaknai bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mengubah jutaan keluarga miskin menjadi petani sejahtera.

Pendapatan yang diraih petani kelapa sawit juga di atas pendapatan rata-rata petani nonsawit, pun jauh melampaui batas garis kemiskinan (poverty line/PL). Pada 2013, pendapatan rata-rata petani sawit baik plasma maupun mandiri berkisar antara Rp 28,76 juta hingga Rp 36,06 juta per kapita per tahun.

Nilai ini jauh melampaui batas garis kemiskinan (nasional), yaitu Rp 3,46 juta per kapita per tahun. Bahkan, juga jauh melampaui batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh FAO (Badan PBB untuk Urusan Pangan dan Pertanian), yaitu setara Rp 5,47 juta per kapita per tahun (asumsikurs Rp 12.000 per dollar AS).

Untuk konteks Indonesia, tidak banyak sektor ekonomi yang mampu mengubah petani kecil/miskin menjadi petani sejahtera sebanyak dan secepat itu. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, penyerapan tenaga pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan perluasan kebun, peningkatan produksi, dan perkembangan industri hulu dan hilir.

Pada 2000, jumlah tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung, yang bekerja pada perkebunan kelapa sawit plus petani baru, berjumlah sekitar 2 juta orang. Pada 2013 meningkat menjadi 5,5 juta orang.
Membangun dari pinggiran

Menarik sekali menanti implementasi pemerintahan Presiden Ir H Joko Widodo dengan sembilan agenda prioritas yang dikenal dengan Nawa Cita. Pada butir ketujuh disebutkan bahwa "Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik".

Selain itu, salah satu jalan kesejahteraan yang didengungkan Jokowi-JK adalah daulat pangan berbasis agribisnis kerakyatan. Perkebunan kelapa sawit sudah menjadi jawaban yang tak terbantahkan untuk mewujudkan misi besar mencapai kemandirian bangsa dengan pilar utama kesejahteraan rakyat.

Apalagi, pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Perkebunan kelapa sawit juga menjadikan disparitas kesejahteraan antara kota dan desa semakintipis.

Pola pembangunan sebelumnya telah menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang. Sayangnya, dibandingkan kota, pedesaan berada pada posisi yang marginal. Ini ditandai dengan minimnya pembangunan di pedesaan dan lebih banyaknya penduduk miskin di pedesaan.

Berdasarkan data-data di atas, bukti-bukti perihal dampak positif industri kelapa sawit harus lebih diperhatikan. Industri sawit yang memang banyak berkembang di pedesaan selayaknya menjadi bagian strategis dan penting di tengah konsep "membangun Indonesia dari pinggiran".***

Catatan :
*) = Disalin dari Harian Kompas, edisi Hari Senin, 24 November 2014, halaman 15.




Diubah oleh humaedi 26-11-2014 03:59
0
4.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.