Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

okeinkaskusAvatar border
TS
okeinkaskus
MENCARI TAU SEBUTAN NAMA ALLAH(ALLOH) SEBELUM ISLAM
Artikel “Allah Sebelum Islam’ (lihat di
www.yabina.org ) mendapat banyak appresiasi,
namun ada juga yang menanggapinya. Tanggapan
yang penting untuk didiskusikan adalah seperti
berikut :

(Tanggapan-1)
Tidak benar bahwa nama
‘Allah’ sudah digunakan umat
kristen Arab sebelum Islam,
sebab dalam ‘Arab Bible’
nama itu ditulis ‘Al-Ilaah’
sesuai nama yang digunakan
kalangan kristen sebelum ada
Islam. Ini bisa dilihat dalam inskripsi Umm al-
Jimal (abad-6). Inskripsi Zabad tidak memuat
nama ‘Allah’ itulah sebabnya ‘Al-Ilaah’ digunakan
dalam Arab Bible dan bukan ‘Allah.’

(Diskusi-1)
Sebelum mendiskusikannya, ada baiknya
mengetahui lebih dahulu apakah ‘ Arab Bible’ itu.
Arab Bible (2004) adalah karya plagiat dari ‘ Arabic
Bible ’ yang selama ini digunakan umat Kristen
berbahasa Arab (Bustani-van Dijk, 1865), dengan
hanya mengubah nama ‘Allah’ didalamnya dengan
‘Al-Ilaah’, karena itu klaim ‘Arab Bible’ bahwa
mereka lebih tahu bahasa Arab perlu diuji. Arabic
Bible menggunakan nama ‘Allah’ sudah satu-
setengah abad, meneruskan penggunaannya dalam
Alkitab Arab dan oleh orang Arab beragama Yahudi
dan Kristen sejak awal, dan kini digunakan 29 juta
umat Kristen berbahasa Arab.

Inskripsi Zabad (512) dalam pembukaannya
menulis ucapan ‘ Bism al-Ilah ’, namun sekalipun
disitu ditulis ‘al-Ilah’ penggunaan nama ‘Allah’ di
kalangan kristen sebelum Islam juga banyak. Pada
inskripsi Umm al-Jimal ,’ tertulis ucapan ‘ Allah
Gafran ’ (Allah mengampuni) bahkan dengan jelas
digambarkan dalam buku ‘Islamic Caligraphy’ oleh
‘Yasin Hamid Safadi’ (London: Thames and Hudson
Limited, 1978, hlm.6). Selain itu, ada uskup Arab
hadir di Konsili Efesus (431) bernama
‘ abdellas’ (Abdullah, band. dengan ‘Wahab Allah’
yang diterjemahkan ke Yunani sebagai ‘ ouaballas’)).

Dalam fragmen pra-Islam yang ditemukan di
Damaskus (1901) ada teks LXX Mazmur 78 dimana
‘ ho-theos ’ (elohim) diterjemahkan dalam bahasa
Arab yang ditulis dengan aksara yunani sebagai
‘ allau ’ (ayat 22,31,59) dan ‘ el ileu ( (ayat 56) dalam
inskripsi itu huruf ‘ha’ Arab ditulis sebagai ‘upsilon’
Yunani. Seorang martir kristen Arab dari Najran
bernama ‘ Abdullah ibn Abu Bakr ibn
Muhammad ’ (523), dan di kalangan Arab beragama
Yahudi pra-Islam ada Imam Sinagoge di Medinah
yang bernama ‘ Abdallah bin Saba .’ Jadi, nama Al-
Ilah dan Allah digunakan bersama dan saling
dipertukarkan terlebih pada zaman pra-Islam.
Dalam Ensyclopaedia of Islam disebutkan:
“Bagi umat Kristen dan monotheis, al-ilah
terbukti berarti Tuhan; bagi penulis lain
artinya “yang disembah”, dan al-ilah
menunjukkan ‘tuhan yang sudah disebutkan’
… penggunaannya bertahan sampai sekarang
(‘Abd al-Ilah). …

Allah sering digunakan
sebagai kontraksi al-ilah, khususnya dalam
tulisan pra-Islam, kemudian menjadi nama
diri (ism ‘alam).” (Brill, Vol.III, hlm.1093)
Adalah gegabah kalau membangun sebuah
teologi hanya dengan mengutip satu-dua contoh
yang mendukung, padahal banyak contoh lainnya
yang berbeda diabaikan.

(T-2)
Allah adalah ‘nama diri’ yang sama dengan bentuk
feminim ‘nama diri’ dewi pagan Arab ‘Allat’ yang
ditemukan kuil penyembahannya di Petra dari
kaum Nabatea, dan Lihyan adalah pusat
penyembahan dewa HLH dari Siria.

(D-2)
Mengenai Allah sebagai nama diri bisa
menunjuk sesembahan pagan Arab atau Yang
Mahaesa, dan penggunaan dengan satu ‘l’ (alah)
atau dua ‘l’ (allah) dengan pengertian sama
merupakan kebiasaan dalam inskripsi kuno sebelum
gramatika abjad Arab menjadi baku. Dalam Tanakh,
‘El/Elohim’ berarti nama diri dan sebutan yang
tertuju Tuhan yang Esa maupun kepada dewa/
berhala.

Lihyan disebutkan sebagai pusat
penyembahan ‘HLH’ dan tidak ada indikasi bahwa
nama itu tertuju ‘dewa Siria’ sekalipun ditemukan
kuil penyembahan di Petra. Perlu disadari bahwa
inskripsi di Arab Utara (Sabean, Lihyan, Tamudic,
Safaitic) menunjukkan bahwa Lihyan merupakan
pusat penyembahan ‘Allah’ dan disana berkembang
dialek-dialek Arab dimana ada yang menggunakan
kata sandang ‘al’ tapi juga ‘ha’ untuk menunjukkan
‘Tuhan yang Satu.’ Winnet dalam penelitian yang
mendalam atas inskripsi Lihyan menyebutkan
bahwa pujian kepada Allah dalam inskripsi itu
bersifat netral dan bisa diarahkan kepada
sesembahan mana saja, tapi teks Lihyan
menunjukkan adanya kata kunci ‘ abtar ’ yang hanya
ada dalam Al-Quran (QS.108) yang mengarah
kepada ‘Allah yang Esa dan Kekal’ (QS.112).

“Inskripsi Arab Utara. … Nama-nama Allah
pertama menjadi umum di teks Lyhian. …
Bukti ditemukannya nama Allah menunjukkan
bahwa Lyhian adalah pusat penyembahan
Allah di Arab. … “Orang Siria, menekankan
kata benda umum ‘allah’ menjadi nama diri
dengan menambahkan elemen “a”: allaha =
“the god” lalu menjadi “God”. … Ketika orang
Lyhian mengambil alih nama diri Allaha, nama
itu diarabkan dengan menghilangkan elemen
“a”.” (Allah Before Islam, The Moslem World,
Vol.38, 1938, hlm.245-248)

Apalagi, Inskripsi Lihyan abad VI BC itu
berada di Arab Utara yang berasal dari bahasa
Nabatea Arami itu dekat dengan Yerusalem dimana
dikenal kitab Ezra yang sezaman (abad VI BC) yang
memuat nama Aram ‘Alaha’ yang ditujukan kepada
‘Elah Yisrael’ (Ezr.5:1;6:14). Lagipula, pendahulu
suku Lihyan adalah Dedanite yang adalah keturunan
Dedan cucu Keturah, isteri Abraham, tentu ada
kaitannya dengan keyakinan Hanif. Ensiklopedi
Islam menyebut:
“Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang
disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal
oleh Bangsa Arab kuno ...
Kelompok
keagamaan lainnya sebelum Islam adalah
hunafa’ (tngl.hanif), sebuah kata yang pada
asalnya ditujukan pada keyakinan
monotheisme zaman kuno yang berpangkal
pada ajaran Ibrahim dan Ismail.” (Glasse,
hlm.50-51).

Nabi Islam Muhammad sebelum menjadi
rasul berhubungan dengan biarawan Nestorian
Waraqah ibn Nawfal yang adalah sepupu Khadijah. Ia
juga menghadiri pengajaran guru kristen dekat
Mekah, dan setelah memulai agamanya ia mengaku
menulis kitab sebagai penerus kitab-kitab Yahudi
dan Kristen yang sudah ada, ini menunjukkan
bahwa ia mengaku nama ‘Allah’ yang sama dalam
dua agama pendahulunya, hal itu secara jelas
terlihat dalam Al-Quran:
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari
kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan
kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah
tiada menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja,
rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan
masjid- masjid, yang di dalamnya banyak
disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah
pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.” (QS.22:40)

Dalam Surrah Al-Quran disebut “orang Yahudi
menyebut Allah” (5:64), dan “orang Yahudi &
Nasrani beriman kepada Allah” (2:62) dan menyebut
“kami anak-anak Allah” (5:18). Orang Nasrani
menyebut “Isa Almasih putra Allah” (9:30) dan
“rasul utusan Allah” (4:157,171;61:6), dan “Isa
menjawab: Bertakwalah kepada Allah” (5:112) dan
berkata “Aku ini hamba Allah” (19:30), dan “ Allah
mengangkat Isa kepada-Nya” (3:55;4:158;5:110).
Ini menunjukkan ‘ Allah’ sudah dipakai umat Yahudi
dan Kristen Arab termasuk dalam kitab-kitab
mereka (QS.2:97;5:48) semasa pra-Islam.

(T-3)
Arab Bible mengutip ucapan Sidney Griffith bahwa:
“Bahasa Arab semakin banyak digunakan oleh para
pemimpin Kristen Timur, dan akhirnya
menggantikan bahasa Yunani. Nampaknya, bahkan
di dalam gereja, ada pergeseran besar ke arah
mengadopsi segala hal yang bersifat islami.
Migrasi ke arah kebudayaan Arab yang sedang
berjaya sedang digemari (dan juga lebih aman),
oleh karena peradapan Arab kemudian dipandang
sebagai kebudayaan yang lebih superior dari yang
lainnya. Dengan situasi seperti ini maka tidaklah
mengejutkan jika kita melihat adanya penggunaan
kata ‘Allah’.”

(D-3)
Sidney Griffith kurang mengerti sejarah Arab-
kristen dengan menganggap umat kristen pada
masa Islam mengikuti bahasa Arab dan
meninggalkan bahasa yunani. Sekalipun sejak
penguasa Islam (630) bahasa Arab menggeser
budaya dan bahasa Yunani, itu tidak berarti orang
Arab kristen semula berbahasa Yunani dan baru
menggunakan bahasa Arab sesudah itu. Kekuasaan
Arab saat itu hanya sebagian saja dari dunia
berbahasa Arab yang sudah menyebarjauh sampai
ke Mesopotamia, Arab Selatan, seluruh Afrika, dan
Eropah beberapa abad sebelum hadir agama Islam.
Sekalipun PB ditulis dalam bahasa Yunani,
tidak berarti hanya itu bahasa yang dikenal umat.
Kekristenan Arab sudah dimulai sedini abad
pertama dimana orang Arab sudah mendengar
kotbah Yesus (Mrk.3:7-8) dan dihari Pentakosta
mereka mendengar dalam bahasa Arab (Kis.2:11),
dan Paulus mengunjungi jemaat kristen Arab
(Gal.1:17).
Alkitab Peshita dalam bahasa Aram
ditulis pada abad II dimana El/Elohim Ibrani ditulis
‘Alaha’ (Inskripsi Lyhian abad VI/V SM menunjukkan
bahwa dari nama ‘Alaha’ Aram ini berkembang
‘Allah’ Arab Nabatea dan bahasa Arab. Pada tahun
244 seorang Arab kristen Phillip the Arab menjadi
kaisar Roma dan pada Konsili Nicaea (325) hadir 6
uskup Arab dari kawasan imperium Romawi dan
tiga uskup lainnya dari kawasan Arab non Romawi.
Ini menunjukkan bahwa umat kristen Arab dengan
bahasa Arabnya sudah menyebar bahkan
menduduki jabatan tinggi kaisar Romawi dan Uskup
jemaat Arab.

Menarik untuk membandingkan isi Injil Apokrif
Infancy Gospel of Thomas (abad II) dimana ada
cerita mengenai ‘Allah yang mengizinkan Yesus
membuat mujizat burung dari tanah liat’ yang
dikutip dalam Injil Anak-anak apokrif dalam bahasa
Arab ‘ Injilu’ t Tufuliyyah’ dan kemudian diceritakan
Al-Quran (QS.5:110, abad VII). Pada abad III Origen
menulis dalam introduksi Hexapla bahwa ia
berkonsultasi dengan salinan bahasa lain termasuk
Arab, ini berarti pada abad III sudah ada fragmen
Alkitab dalam bahasa Arab. Pada abad VI, Waraqah
ibn Nawfal di Mekah menerjemahkan fragmen
Alkitab ke dalam bahasa Arab, pada tahun 520
umat Kristen di Najran memiliki Injil dengan dialek
Arab yang ditulis dengan aksara Musnad, dan pada
tahun 570 ditemukan tulisan di salah satu batu
Kaabah kutipan dari Mat.7:16 dalam bahasa Arab.

John of Sedra pada awal abad VII menulis
terjemahan keempat Injil dalam bahasa Arab untuk
digunakan oleh para cendekiawan Muslim.
Karena itu, menyempitkan kekristenan
sebagai hanya mengenal ‘ Al-Ilah ’ sebelum Islam,
dan mengganggap orang kristen terpengaruh
tekanan dominasi kekuasaan Arab/Islam agar
menggunakan nama ‘ Allah, ’ menunjukkan sikap
meremehkan kekuatan kekristenan Arab yang
dipimpin Roh Kudus sejak hari Pentakosta dan
sejak itu meluas pengaruhnya ke hampir seluruh
kawasan berbahasa Arab. Pada awal abad VII pada
waktu restorasi ‘kaabah’ di Mekah ditemukan
inskripsi disalah satu batu sudut yang memuat
nama Maria & Yesus bersama beberapa nabi PL.
Dengan adanya nama-nama tokoh kristen yang
mengandung nama ‘Allah’ menunjukkan bukti
bahwa kekristenan Alkitablah yang mempengaruhi
pembentukan Al-Quran (sekitar 70% isinya ada
dalam Alkitab).

Makin jelas bahwa Al-Ilah dan Allah adalah
padan kata atau kontraksi, yang tertuju kepada
Yang Mahaesa pencipta langit dan bumi, namun
bisa juga ditujukan dewa. Dalam ensiklopedi
disebut:
“Allah (“Tuhan” Arab), Tuhan yang esa dan
satu-satunya dalam agama Islam. Secara
bahasa, nama Allah mungkin merupakan
kontraksi al-Ilah Arab, ”Tuhan itu.” Asal-
muasal nama itu dapat ditelusuri ke masa
lalu sampai tulisan-tulisan Semitik yang
paling awal dimana kata untuk Tuhan adalah
Il atau El, yang terakhir adalah sinonim
Yahweh Perjanjian Lama.

Allah adalah kata
standar Arab untuk menyebut ‘Tuhan’ dan
digunakan oleh Arab Kristen sama halnya
dengan Muslim.” (Ensyclopaedia Britannica)
“Allah, nama Yang Mahakuasa Arab. Kata
itu adalah kontraksi al-Ilah bahasa Arab, “Ilah
Itu.” Kedua ide dan kata itu sudah ada dalam
tradisi Arab sebelum Islam, dimana ada
beberapa bukti monotheisme primitive dapat
ditemukan. Walaupun ada yang menyebutnya
ilah-ilah yang lebih rendah, Arab sebelum
Islam mengenal Allah sebagai Yang
Mahakuasa.” (Microsoft Encarta, 2009)
Demikian juga ‘ Ensiklopedi Islam ’ (Glasse)
dan ‘ Ensyclopaedia of Islam ’ (Brill)
menyebut:
“Nama ”Allah” telah dikenal dan dipakai
sebelum Alquran diwahyukan .... Kata itu
tidak hanya khusus bagi Islam saja,
melainkan ia juga merupakan nama yang,
oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari
gereja-gereja Timur, digunakan untuk
memanggil Tuhan” (Glasse, hlm.23)
“Sebagian besar beranggapan nama diri Allah
ada asalnya (mushtakk, mankul), kontraksi al-
ilah, dan menganggap ilah adalah tiga huruf
akar kata.” (Brill, Vol.III, hlm.1093).
“Allah sudah dikenal di Arab; ia adalah satu
dari sesembahan yang disembah di Mekah
kemungkinan sebagai tuhan yang mahakuasa
dan tentu saja tuhan pencipta (band.
QS.13:16;29:61,63;31:25;39:38;43:87). Ia
sudah dikenal sejak dulu, sebagai ‘Allah,’ al-
Ilah (asal kata yang paling mungkin; saran
lainnya adalah Alaha Aram).” (Brill, Vol.I,
hlm.406).

Ada teks Aram Suryani pra-Islam yang
menulis ‘Alaha’ diterjemahkan menjadi ‘Allah’
Arab:
“ Risalah fit at Tadbir al-Khalash li Kalimat Allah
al-Mutajjasad (bahasa Suryani-Arab), karya
Mar Ya’qub al-Rahawi (James of Eddesa).
Buku ini diawali kalimat: Allah...,
menerjemahkan teks asli yang diawali:
Alaha... (teks asli Suryani ditulis tahun 578
M)”. (Bambang Noorsena, The History of
Allah, h.12.)
Kebenaran sejarah tidak bisa diubah dan
perlu disadari bahwa ‘Ilah/Allah’ (Arab) memiliki
asal mula yang sama (cognate) dengan El/Elohim/
Eloah (Ibrani), Elah/Alaha (Aram), maupun El/Il
Semitik (Mesopotamia), yang dipercayai beberapa
agama sebagai dewa, tuhan tertinggi, atau Tuhan
yang Mahaesa pencipta langit dan bumi.
(Di
Kanaan El juga ditujukan kepala pantheon Kanaan,
dan dalam Tanakh, Elohim juga kerap ditujukan
kepada dewa, a.l. lembu muda, Kel.32:4).
Perlu dicamkan benar bahwa sekalipun
penganut agama Yahudi (Tanakh), Kristen (PL+PB)
dan Islam (Al-Quran) berbahasa Arab menggunakan
nama ‘Allah’ yang sama dan menyebutnya sebagai
‘Tuhan Monotheisme Abraham/Ibrahim,’ ketiganya
mempercayai pengajaran/aqidah berbeda sesuai
kitab suci masing-masing.

Kerancuan biasa terjadi
karena mencampuradukkan nama ‘Allah’ sebagai
nama sesembahan semitik/abrahamik dalam
bahasa Arab dan doktrin/aqidah mengenai Allah
yang sama itu, karena itu kalau mau
membandingkan adalah antara ‘Allah’ Arab Kristen
dibanding ‘Allah’ Arab Islam. Marilah kita
mendengarkan wejangan Dr. Olaf Schumann , teolog
kristen Jerman yang fasih berbahasa Arab yang
selama 3 tahun belajar dan mengajar di Universitas
Al-Azhar di Kairo:
“Memang tidak dapat disangkal adanya suatu
masalah. Namun yang menjadi masalah ialah
soal dogmatika atau ’ aqida , sebab tiga agama
surgawi itu mempunyai faham dogmatis yang
berbeda mengenai Allah yang sama, baik
hakekatnya maupun pula mengenai cara
pernyataannya dan tindakan-
tindakannya.” ( Keluar dari Benteng-Benteng
Pertahanan , hlm.177)

Akhirnya, untuk menguji siapakah dari ‘Arab
Bible’ dan ‘Arabic Bible’ yang lebih mengerti bahasa
Arab (termasuk tentang kata ‘Allah’), cukuplah
kalau Arab Bible menerjemahkan sendiri dengan
bahasa Arab mereka (dengan doktrin nama ‘Al-
Ilaah’nya) seluruh isi Alkitab dari bahasa asli Ibrani
(PL) dan Yunani (PB), dan menyerahkan hasilnya
untuk diuji oleh orang Arab terutama para pakar
bahasa Arab, Ibrani, Yunani, agar dari merekalah
keluar kesimpulan siapa dibelakang ‘Arab Bible’
atau ‘Arabic Bible’ yang lebih mengerti bahasa
Arab, Ibrani dan Yunani! ***
0
7.9K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.