Kau Menyebut Dirimu Teman. Tapi Apakah Merebut Priaku Adalah Perbuatan Seorang Kawan?
TS
kutang.terbang
Kau Menyebut Dirimu Teman. Tapi Apakah Merebut Priaku Adalah Perbuatan Seorang Kawan?
Spoiler for cek repost:
udah di cek gan,,,moga ga repost
Spoiler for pembukaan:
sebelum baca, bantu rate dulu gan
TS jamin, 75% dari kaskuser semua, pasti pernah mengalami masa2 dimana pacar, lelakiku, perempuanku, calon "suami", calon "istri" yg tiba2 aja ngajak pisah dan berakhir pada mereka jadian sama orang terdekat kita...cerita klise sebenernya...TS juga pernah ngalamin itu dan rasanya *yasudahlah *lupakan *masalalu *ga usah di inget2
TS tanpa sengaja baca nih artikel di situs cukup terkenal hipwee dan TS tertarik untuk share di kaskus.... dengan sedikit gubahan cerita TS tentunya... cekidot
“Asal kamu tahu. Tidak mudah menulis ini, kemudian memaafkanmu.”
Aku rasa aku tidak berbeda dengan orang lainnya yang senantiasa mempertanyakan tentang siapakah dia yang kelak akan mendampingiku. menjadi satu satunya yang akan aku layani selama hidupku, satu - satunya yang akan menjadi "bapak" dari anak ku...apakah dia?? nampaknya tidak,,,atau Tuhan telah menyiapkan twis ending akhirnya?
Begitu banyak kisah tentang cinta yang semakin membuatku bertanya, sungguhkah ia benar ada? Ataukah sebenarnya hal tersebut hanya bualan dari pujangga yang menjual cinta sebagai bahan dari tulisan sastra?
Kamu pernah jadi sosok yang sedikit kupercaya. banyak rahasia dan ceritaku tentang dia terumbar dalam berbagai cerita
Spoiler for :
Spoiler for :
Hingga sampai saat ini aku selalu memahami bahwa hidup adalah misteri. Kita tidak dapat menembus dimensi waktu untuk melihat kehidupan yang akan datang. Berbagai kejutan di masa depan mengajarkan kita untuk selalu percaya bahwa ada ketetapan-ketetapan Tuhan yang tidak pernah bisa kita tentang.
Termasuk cerita kita yang dulunya sama-sama pernah menyematkan gelar sahabat, teman ato apalah itu...meski kini cerita itu seolah telah lenyap.
Kamu pernah menjadi sosok yang kupercaya. Kuingat saat semua masih baik-baik saja dan kamu termasuk pendengar setia yang selalu dengan baik mendengar cerita. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu temanku. Setiap cerita tentang kami selalu kubagi.
Bukan untuk memamerkan kebahagian tapi kamu tahu benar bahwa kami sedang kasmaran, atau tepatnya hanya aku yg kasmaran?karena ternyata dia berkasmaran denganmu dibelakangku. Bahkan pernah kupikir kamu adalah saudara perempuan yang Tuhan lupa titipkan pada perempuan yang kusebut Mama. Ya, kau pernah menempati ruang seperti itu di hatiku.
Dulu.
Hidup sempat terasa sempurna karena kehadiranmu dan pria yang kucinta. Hingga kini aku masih tak habis pikir, “Kapan tepatnya kalian mulai menjalin cerita?”
Spoiler for :
Spoiler for :
sungguh terasa sangat membahagiakan saat aku merasa memiliki teman yang selalu ada dan lelaki yang kini tengah menghuni seluruh ruang jiwa.
Kehadiran kalian berdua sempat membuatku merasa jadi gadis paling berbahagia. Siapa yang tidak suka saat pria dan teman terbaiknya bisa berjalan bersisian tanpa sedikitpun friksi menyapa?
Tapi biar kuputar lagi ingatanku. aku, dia dan kamu adalah teman sepermainan di SMP, saat umur kita masih bocah beberapa tahun yang lalu, dan tepatnya 5 tahun lalu aku dan dia berada dirumahmu menghabiskan waktu denganmu, bercerita, bercanda, kamupun sempat menangisi kepergian kekasihmu dan bercerita bahwa kau telah mencintai lelaki yang salah, mungkin di situlah kisah kalian mulai terukir.
Aku yang tidak bisa menebak isi hati setiap insan terbuai oleh manisnya sandiwara yang telah dimainkan. Rasa tertarik diantara kalian yang kubaca kuusir dalam hati begitu saja dengan anggapan bahwa aku tidak boleh mencurigai kalian. Sungguh hingga kini rasa bingung masih menggantung di dadaku. Mungkinkah pengkhianatan ini skenario dari Tuhan, atau aku yang memang bodoh hingga tak bisa mencium keadaan?
Sekilas mata, perubahan itu jelas ada. Entah kalian terlalu pintar bermain drama, atau aku yang memang kurang peka?
Spoiler for :
Spoiler for :
Selalu kuyakinkan diri kalau semuanya berjalan baik-baik saja. Walau kutahu ada yang sedikit berbeda, aku tak ingin terburu-buru bertanya. Sekarang keengganan mengorek cerita itu terasa jadi kebodohanku yang tak boleh terulang kedua kalinya.
Kamu, teman yang dulu rasanya selalu ada pelan-pelan menarik diri. Katamu kamu sibuk mengerjakan tugas yang setumpuk jumlahnya. Tidak hanya padamu saja perubahan terjadi. Kisah cintaku dengan priaku pun mulai merenggang. Dia yang dulu selalu kubanggakan kini terlihat mulai enggan untuk mempertahankan. dia yg selalu menantikan telponku, mulai ku baca dan kudengar tersirat jelas kebosanan. Aku pun mulai merasa lelah dengan segala tingkahnya yang mulai jarang memberi kabar, dan terkesan berdrama, aktor amatir tentunya, karena aku bisa melihat jelas kepalsuannya.
Di titik aku sangat membutuhkanmu, kau justru menyelinap untuk mencuri priaku. Hebatnya lagi, semua itu kau lakukan tanpa dosa — di balik punggungku.
Kau pun tak ada saat hubunganku dan pria yang kucinta di ambang mati rasa. Ketika dia mengucap kata pisah ke udara, apakah di sisi lain kau sedang melonjak bahagia?
Spoiler for :
kamu tau?ini rasanya seperti pengkhianatan besar bagiku? sangat sulitkah bagimu untuk bicara padaku bahwa kamu dan dia telah menjalin cerita?bahwa kalian berdua saling jatuh cinta? andai kamu katakan itu dari awal, mungkin aku tak akan pernah merasakan rasa sakit hati yang begitu dalam, mungkin aku tidak akan mati-matian berjuang untuk tetap memperjuangkannya dalam kisah citaku dan dia yang terpaut jarak yg begitu jauh, aku merasa sangat bodoh, ketika aku mencintai seseorang yg mencintai wanita lain. Tapi seperti biasa aku berusaha mengangkat muka mengatakan padanya dan padamu bahwa aku baik-baik saja. dan akhirnyaaku mencoba untuk mengubah status kekasih hati menjadi ‘teman’ kembali. aku mencoba saling berjabat tangan, mengakhiri kisah dengan kedewasaan. iya...disini hanya ada AKUkarena dia tak pernah benar-benar menganggapku sebagai kekasih hatinya.
Apakah kamu bahagia, temanku, saat kau dengar aku ditinggalkan? Adakah rasa berdosa dalam dirimu, sebab mulai detik itu sepenuhnya bisa kau miliki priaku?
Hari saat aku membongkar permainan petak-umpet kalian bisa masuk kategori momen paling menyakitkan. Tak hanya merasa bodoh, sesungguhnya aku pun merasa dipermainkan
Spoiler for :
Spoiler for :
Akhirnya aku mengetahui sendiri bahwa kalian telah menjalin kisah cinta, yang lebih menyakitkan aku tidak mengetahunya langusung darimu maupun darinya, aku mengetahuinya dari ucapan mesra kalian di media sosial, nampaknya aku harus berterima kasih pada Mark Zuckerbergkarenanya lah aku bisa mengetahui hal itu. posisiku yang jauh disini dan dia yg selalu ada bersamamu, nampaknya menjadi alasan terbesar kalian untuk menjalin kasih dan melupakan aku disini, mungkin benar adanya yang istimewa selalu kalah dengan yang selalu ada,,,,mungkin aku istimewa baginya, tapi karena kamu menjadi seseorang yg selalu ada untuknya, dia lebih memilihmu dan mengutamakanmu.
Terus terang aku merasa bahwa di hari itu mungkin aku adalah manusia paling menyedihkan di dunia. Bagaimana tidak, setelah harus kurelakan melepas kekasih yang kusayang kini aku harus menelan pahitnya pengkhianatan. Kecurangan yang datangnya dari dua orang yang sempat paling kubanggakan.
“Terima kasih atas permainan ini. Tuhan telah baik menunjukkan siapa kalian”
Hebatnya, kau masih bisa memainkan peranmu. Setelah hari yang laknat itu pesan maaf masih saja bertubi datang darimu. Oh, jadi beginikah permainanmu?
Spoiler for :
Spoiler for :
“Dear, Im soooo sorry. Aku juga gak tahu kenapa bisa suka sama dia. Please, bisakah kita bicara sebagi teman lagi?”
Sesungguhnya di mana kamu belajar bermain drama? Bagaimana bisa kau masih punya muka untuk menghubungiku setelah semua yang terjadi di antara kita? Untuk beberapa waktu aku memilih jadi seonggok kentang yang teronggok di kasur. Tak pergi ke mana-mana, seakan ingin tenggelam dan menghilang dari dunia.
Pengkhianatan yang terjadi membuatku merasa tak ingin mengenal kalian lagi. Sekalipun logika mencoba menyadarkanku bahwa memusuhi kalian tidak akan mengurangi rasa sakit, tapi nurani tidak bisa begitu saja mengalah. Mungkin kali ini ia sedang membela pemiliknya karena harus menahan rasa kecewa.
Butuh waktu lama sebelum bisa kupanggil keikhlasan demi menghadapi wajah pengkhianatan. Tapi kini semua sudah kulepaskan — aku tak mau lama-lama memandangi masa lalu yang penuh kebodohan
Spoiler for :
Spoiler for :
Fase terberat telah kulewati. Tuhan juga telah mengajarkanku banyak hal tentang cobaan ini. Sebuah pelajaran bahwa pada akhirnya aku juga harus merelakan sebuah kisah yang kukira kekal dan teman yang kupikir sejati. Kini aku berada di peron keberangkatan menuju sebuah tempat yang kukenal dengan nama keikhlasan. Dari cerita beberapa teman kudengar kalian sedang merencanakan pernikahan. Aku selalu berdoa untuk segala kebaikan untuk kalian.
Pada doa malam aku selalu meminta kekuatan dari Dia sang sutradara kehidupan, untuk memberikan hati yang lebih besar. Suatu saat nanti, aku juga ingin menemukan seseorang yang bisa kujadikan tempat bersandar. Seorang yang akan mampu menjadi pandamping hidup yang sepadan. Aku yakin waktunya akan datang, entah kapan biar saja semuanya berjalan sesuai rencanaNya.
Arah jalan kita kini sudah terpencar. Pada Tuhan, kupanjatkan doa agar Ia memberiku hati yang besar. Semoga pula, kisah cintamu dan mantan priaku kian berkobar
Spoiler for :
Spoiler for :
Kini hari bahagia itu sudah semakin dekat, altar pernikahan tempat mengikat janji suci juga sudah tersedia. Pria yang dulu kuingini kini sudah resmi memintamu menjadi pendamping hidupnya. Sekalipun harus kurasa perih, tapi ini adalah realita yang tak dapat kubantah. Kamu telah memenangkan hatinya dan ia juga terlihat sekuat tenaga memperjuangkanmu.
Hai teman, aku titipkan ia padamu. Pelihara semua yang ada padanya sekuat jiwa, tenaga, dan pikiran terbaik yang bisa kamu berikan. Selamat menempuh hidup baru yang pasti telah kalian rancang dengan indah.
Dariku
,
yang dulu pernah kau sebut Sahabat sebelum momen pengkhianatan itu