Quote:
SLEMAN (kabarkota.com) - Kisah sebagian warga Kota Yogyakarta yang memperjuangkan hak atas air di tengah pesatnya pembangunan hotel difilmkan dalam bentuk video dokumenter berdurasi 40 menit.
Pegiat warga Berdaya, Akhmad Nashir mengatakan, film bertajuk "Belakang Hotel" ini menggambarkan kehidupan warga di kampung Miliran, Gowongan, dan Penumping yang terdampak langsung atas keberadaan hotel di wilayahnya masing-masing.
"Dalam film ini, tergambarkan bagaimana sumur-sumur warga di wilayah tersebut kering. Film ini juga akan memperlihatkan seorang warga Penumping namanya Ibu Yani yang kalau akan mandi harus berjalan ke pasar, dan sekali mandi ia harus membayar Rp 2 ribu," kata Nashir kepada wartawan, di Gedung Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (eks. Purna Budaya), UGM, Senin (12/1).
Selain itu, sebut Nashir, ada juga warga yang terpaksa harus membeli pompa air baru demi bisa menyedot air dari dalam tanah, namun tak berhasil karena sumber air mereka terampas oleh kehadiran bangunan-bangunan hotel di sekitarnya.
Menurutnya, pembuatan film yang menghabiskan waktu sekitar tiga minggu ini melibatkan para relawan dari berbagai latar belakang, termasuk warga dari ketiga kampung yang terdampak langsung tersebut.
"Bisa dikatakan film ini biayanya nol rupiah, namun sebenarnya justru tak ternilai," anggapnya.
Rencananya, film dokumenter produksi Watchdoc ini akan diputar di kampung-kampung wilayah kota Yogyakarta. Tujuannya, mengkampanyekan gerakan boikot hotel bermasalah, menggalang solidaritas untuk mendukung masyarakat yang telah, sedang atau pun akan bermasalah saat hotel-hotel mulai dibangun di wilayah mereka.
"Kami juga ingin mengingatkan kepada pemerintah yang seharusnya bertanggung-jawabb atas pemberian ijin pendirian hotel," imbuhnya.
Nashir menyatakan, rencananya, film "Belakang Hotel" yang merespon gerakan "Jogja Asat" (Jogja Kering) dan sejenisnya itu juga akan diputar di beberapa kota, seperti Bali dan Bandung.
Sementara salah seorang warga Miliran yang juga pegiat wargaberdaya, Dodo Putra Bangsa menganggap, film tersebut penting untuk memberikan wacana kepada masyarakat tentang ancaman bahaya pendirian hotel yang mulai marak di Yogyakarta saat ini.
"Selama ini, kami juga kesulitan untuk menggerakkan warga korban sumur kering karena sebelumnya wilayah Miliran tidak pernah mengalami kekeringan air seperti yang terjadi sekarang. Warga masih berpikir itu pengaruh dari kemarau," ucap Dodo.
Sementara Halik Sandera, anggota wargaberdaya dari Walhi Yogyakarta menilai, pembuatan film dokumenter "Belakang Hotel" ini sebagai gerakan bersama untuk peduli lingkungan hidup.
"Kami berharap, dalam hal ini, masyarakat menjadi subyek dari gerakan tersebut sehingga mereka tidak menjadi masyarakat yang terpinggirkan akibat pembangunan hotel," papar Halik.
Rencananya, pada Rabu (14/1) malam mendatang, Film "Belakang Hotel" akan diputar secara gratis untuk masyarakat di Gedung Pameran Lantai I Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM, pada pukul 19.00 - 21.30 WIB.
Pemutaran film ini juga akan dibarengi dengan talkshow tentang "Jogja Asat", dengan berbagai narasumber. Termasuk mantan Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas.
SUTRIYATI .
sumber :
http://www.kabarkota.com/berita-2572...okumenter.html
================================================================================================
BELAKANG HOTEL(full movie)
length 39:42
Dokumenter yang diproduksi akhir 2014 ini menceritakan
kompetisi perebutan air tanah antara warga dan industri pariwisata di Yogyakarta.
Dikerjakan secara kolaboratif antara WatchdoC dengan para jurnalis dan pegiat sosial
yang terhimpun dalam gerakan 'Warga Berdaya'.
"JIKA ANDA MASIH MANUSIA,
MAKA MANUSIAKANLAH MANUSIA"