Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • INDONESIA YANG MENYEDIHKAN , masak saja gan gak rugi kok bacanya :)

aganfajriAvatar border
TS
aganfajri
INDONESIA YANG MENYEDIHKAN , masak saja gan gak rugi kok bacanya :)
INDONESIA SEJATI YANG MENYEDIHKAN
Langsung aja… Saya juga ingin berbagi
pengalaman, tepatnya keluh kesah (yang aneh).
Saya sudah lama tinggal di Belanda, di kota kecil /
kota pelajar Leiden yang tenang, sejak 1998. Istri
dan anak menyusul tahun 2001.


Kami tinggal di rumah kecil saja. Kemana-mana
pakai sepeda. Saya kerja di universitas, tapi gaji
tidak begitu besar juga. Istri juga kerja di sebuah
restoran, gajinya juga tak besar. Tapi cukuplah
buat kami untuk hidup bulan ke bulan. Dan
menabung sedikit buat hari tua. Juga ada pensiun
sedikit. Kami senang-senang saja, sebab ada
jaminan kesehatan (disubsidi lagi oleh pemerintah
Belanda); anak juga hampir dibilang gratis masuk
sekolah. Kami enjoy-enjoy saja: toh bukan kami
sendiri yang hidup dengan cukup-cukupan begitu.


Saya sering lihat orang-orang bule, terutama
mahasiswa, dengan sisa 20 atau 50 euro di
rekeningnya. Malah sering juga minus. Tak ada
masalah. Anak-anak SMA atau mahasiswa biasa
kerja part-time di restoran, ngantar koran, dan
macam-macam lagi. Anak professor saya
mengantar koran. Mereka sudah biasa hidup
mandiri. Tak ada yg mengetawain: “Eh…ayah
professor kok ngantar koran? Malu dong”. Tak ada
yg memandang hina mereka yg naik sepeda atau
nganggur kurang uang.


Ya, enjoynya di situ: senang saja lihat gadis cantik
bahenol pake sepeda omprengan kriuk-kriuk; lihat
rektor saya (Rektor Univ. Leiden) jinjing tas sendiri
jalan kaki atau pake sepeda ke kantor; lihat orang-
orang berperahu hilir mudik di musim panas; lihat
orang-orang mabok di taman dengan minta uang
sesen-dua dengan sopan: “Mag ik heb een euro
Meneer. Ik ben honger”! Kalau tidak diberi, tetap
bilang “Als u blijf meneer!”; lihat cewek-cewek
putih bule…pacaran sama orang-orang hitam
seperti pantat kuali. Ya…senangnya di situ: kalau
ketemu orang hampir selalu bilang “goede
morgen”, “Goede Middag”; kalau masuk ke gedung,
orang di depan kita menahan pintu untuk kita, dan
selalu terdengar ucapan “mersi” atau “bedank”
kepada kita; kalau berdiri di pinggi jalan dengan
zebra cross, otomatis mobil-mobil berhenti sambil
sopirnya memberi tanda silakan lewat dari
belakang kemudi; kalau ngurus surat di kantor
Balaikota tunggu 10-15 menit, dan pegawainya tak
sok kuasa.


Ya…enjoynya di situ aja: bukan karena uang
banyak; kalau hari agak panas pergi saja ke taman
sambil membentangkan tikar atau kain, minum,
beri makan remah-remah roti kepada burung-
burung yang mendekat. Ya..enjoynya di situ: anak
saya bergurau dengan polisi, minta dicobain pakai
borgol. Anak kecil 5 tahun itu berani saja nanya
orang besar atau orang tua di kereta: ” Hoe oud
bent u Meneer? Orang tua jawab seperti dengan
temannya saja.


Pokoknya enjoy-nya sulit juga dijelaskan.
Nah masalah timbul kalau kami pulang ke
Indonesia, ke Sumatra sana. Kami selalu pulang
paling tidak sekali setahun. Kami selalu rindu
pulang. Dari Belandanya serasa ingin mati mau
pulang; sebulan sebelum berangkat kopernya
sudah penuh.

Sampai di kampung yang ditanya
orang-orang: kapan beli mobil baru? Atau mau
pinjam uang buat modal usaha. Wah…hebat!
Banyak duitnya. Istri saya biasanya pulang dengan
gaya biasa saja (seperti biasa di Belanda). Teman-
temanya tanya: sudah jauh merantau gitu kok
nggak mampu beli emas? Nggak ada yg kuning di
badanmu?

Kami bingung. Sepertinya yang ada dalam pikiran
orang-orang kampung kami uang saja. Apa ya
yang terjadi dengan masyarakat kita kini? Orang
memandang hormat orang lain dengan melihat
materi saja. Uang.. .uang… uang.. itu saja ukuran
sukses.
Juga di mana-mana: di jalan, di pelabuhan, di
kantor-kantor. Kami merasakan sesuatu yang
aneh: suatu aroma kekerasan, kasar, tidak jujur,
tipu muslihat, kekuasaan yang kuat menindas yang
lemah. Semua orang seperti memburu sesuatu dan
diburu sesuatu, tak sabar, … pokoknya sulit
mencari titik-titik ketulusan, kesederhanaan, tampil
apa adanya.

Anak saya lebih bingung lagi: ia pergi ke sekolah
sepupunya, lihat gurunya marah-marah. Ia bilang:
Ik wil niet gaat naar school hier”. Ia merasakan
pengalaman yang lain sama sekali dengan di
sekolahnya di Leiden. Sekali ia berteriak marah
lihat orang membunuh burung dengan senapan
angin, membiarkan bangkai burung itu tergeletak.
Itu dilakukan demi kepuasan saja. Lalu kami
merasa dikepung oleh sesuatu yang tidak tampak
tapi mengerikan. Cepat-cepat kami ingin
menghindar darinya.
Biasanya setelah tiga-empat minggu di Indonesia
kami kembali ke Belanda.

Sampai di Belanda ada
rasa lega: kami melihat lagi gadis-gadis cantik
dengan sepeda kriuk-kriuk, melihat lagi
penghormatan orang-orang kaya kepada pejalan
kaki atau pengendara sepeda seperti kami. Tapi
setiap tahun kami ingin pulang lagi melihat
kampung halaman di Sumatra sana. Tapi yang
kami temukan hal yang sama lagi, malah terasa
makin parah.



Suatu saat kami ingin pulang. Tapi saya kuatir
dengan anak saya. Kami sendiri mungkin dapat
berdamai. Mungkin ini sudah nasib kami atau
orang-orang Indonesia lain yang punya jalan hidup
seperti kami.



Sekian Tulisan saya,, kalo berkenan timpukin saya. :cendol gann, saya menolak keras emoticon-Blue Guy Bata (S)



Komentar para agan kaskuser
.
Quote:


Diubah oleh aganfajri 02-04-2015 15:28
0
3.6K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.