Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mawar.mewangiAvatar border
TS
mawar.mewangi
[WAAHH......] Jatuh Bangun Artis Instan (Caisar YKS, Norman Kamaru dan Sinta-Jojo)


Tenar, nyungsep, lalu menemukan tikungan dalam hidup. Menekuni agama. Atau bisnis jualan bubur.

Dream - Rumah berlantai dua itu tampak senyap. Di Cibubur, kawasan yang dalam satu dasawarsa terakhir ditumbuhi begitu banyak perumahan. Pintu tertutup rapat. Sebuah mobil Toyota Fortuner berkelir putih gagah di garasi.

"Assalamualaikum," begitu reporter Dream memberi salam. Dari dalam terdengar seseorang membalas salam itu. Lalu pintu dibuka. Pria bergamis merah marun dan berkopiah muncul. Sembari tersenyum ramah, dia menyambut kedatangan Dream, “Silakan masuk.”

Pria yang santun menyapa itu adalah Caisar Aditya Putra, yang setahun lalu menjadi “jawara” layar kaca. You Keep Smile yang ditayangkan di sebuah televisi swasta melambungkan nama Caisar. Acara yang sohor dengan singkatannya itu, YKS, digemari ibu-ibu dan anak-anak. Demam YKS merasuk hampir sekujur negeri ini.

Dari café-café hingga halaman kampung, anak-anak belia lincah meniru goyang Caisar. Sebuah gerakan yang meliukan tubuh, menghentak kaki dalam ragam yang aneh. Goyang ala Caisar ini juga laris manis dipentaskan di panggung politik. Pada pemilihan kepala daerah. Pada pemilihan wakil kita di Senayan. Guna memikat massa.

Jika bersafari ke daerah, Caisar yang berbusana ala Kaisar Romawi, juga disambut bak raja. Dari atas panggung, dia gampang membius penonton pada segala usia. Caisar Aditya Putra adalah garansi sebuah perhelatan dirubung massa.

Tapi, hidup bagai roda pedati mungkin ada benarnya. Dari sanjungan segala rupa itu, Caisar seperti dibanting ke tanah tandus. Setelah berkali-kali diberi peringatan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), acara itu kemudian dihentikan. Hilang dari layar kaca kita.

YKS hilang, Caisar memudar. Pada jagat hiburan tanah air yang maha luas ini, pria yang senyumnya saja sudah mengocok perut itu tak kelihatan. Karir di dunia panggung itu sepertinya tamat sudah. Nasibnya diramalkan tidak menentu. Jatuh ke titik yang paling menyakitkan.

Tapi hidup, memang menyediakan tikungannya sendiri. Penutupan acara YKS seperti jalan buntu bagi Caisar, tapi dia menemukan “jalan pulang.” Pada jalan pulang itulah dia menemukan kembali sesuatu yang luruh dari hari-harinya, keyakinan.

Kepada Dream yang bertamu ke rumahnya di Cibubur Jumat pekan lalu itu, dia berkisah tentang jalan pulang itu. Sudah lama tak manggung. Dan hari-hari ini, “Saya sudah mendapat hidayah. Lebih fokus untuk memotivasi agama ke orang-orang.” Hidupnya jauh lebih damai.

Kostum ala Kaisar Romawi yang kerap melambai di panggung itu sudah ditanggalkan. Berganti gamis. Mahkota kerajaan yang bertahta di kepala, sudah bersalin kopiah. Dia berkisah soal perubahan itu, “Tiba-tiba saya merasa terpanggil. Batin saya kurang nyaman bila lama-lama di sana. Bukan mengajak orang salat, malah mengajak orang joget.”

Caisar, yang mengaku sudah ingin mundur dari dunia hiburan ketika YKS masih berjaya itu, hari-hari ini lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Dia juga punya lebih banyak waktu bersama istri dan anak. “Bisa saling mencintai, memeluk, lebih menikmati hidup,” katanya.

***

Pada zaman yang serba cepat ini, “mengawang” dan “jatuh”, memang bisa datang secara tidak terduga. Tapi seperti Caisar, banyak juga yang menemukan jalan pulang. Jalan yang lebih nyaman dari sekedar riuhnya sanjungan.

Kecepatan menjadi sohor kini dilambungkan situs microblog yang menjamur di tanah air. Dari jejaring perkawanan di Facebook, hingga zona berbagi video di Youtube. Kita bisa sohor dalam sekali pencet. Asal “nyangkut” dibenak publik. Mungkin juga perlu sedikit lucu dan menghibur.

Begitulah saat ini. Urusan sohor atau tidak, bukan lagi milik media mainstream. Kita masih ingat Sinta dan Jojo. Video lipsync “Keong Racun” membawa dua dara ini menikmati panggung hiburan Tanah Air. Sohor ke seantero negeri. Kemunculan keduanya cukup menghibur, di tengah centang perenang masalah ekonomi dan politik yang acakadul.

Sebutan Keong Racun itu, bahkan diangkut ke ranah politik oleh sejumlah pengamat. Diangkut ke poster-poster dalam sejumlah unjuk rasa. Dan tentu saja itu bukanlah tujuan dari dua dara itu, bahkan mereka tidak berencana menjadi sohor.

Ketenaran Sinta-Jojo memang bukan sesuatu yang direcanakan. Semua hanya keisengan dua gadis muda ini. “Pas 2 hari kemudian melihat respon dari orang-orang, kita kaget. Ngerasa ketakutan berlebih gimana gitu," kata Sinta kepada media massa soal mendadak tenar itu.

Namun, video Sinta-Jojo keburu memikat publik Indonesia. Dalam semalam, hidup dua gadis ini seperti terbang ke dunia lain. Menjadi artis baru di blantika selebritas Tanah Air.

Sinta-Jojo seperti menumpang kereta kencana menuju panggung layar kaca. Tawaran menjadi tamu program hiburan, hingga undangan sejumlah kegiatan amal datang susul menyusul. Berkah dari keduanya juga dinikmati banyak orang. Kaset CD dan ring tone lagu hasil lypsinc itu laku keras.

Kedigdayaan media sosial memang bisa melambungkan siapa saja. Dari orang-orang seperti Sinta dan Jojo, hingga seorang polisi seperti Norman Kamaru. Norman yang kemudian mundur dari kepolisian itu, sohor dalam sekejap.

Dari Sabang hingga Merauke, banyak orang mendengar lagu India “Chaiyya Chaiyya,” setelah diletupkan oleh Norman di situs Youtube. Gayanya yang asyik menikmati lagu itu, sekaligus melenyapkan bayangan sejumlah orang tentang polisi yang “menakutkan.”

Demi menekuni dunia panggung, Norman kemudian memutuskan mundur dari kepolisian. Untuk sebentar dia masih tenar. Lalu kemudian namanya hilang dari riuhnya perbincangan orang ramai. Hilang dari panggung.

Buntu di panggung hiburan, Norman justru menemukan jalan lain, yang jauh dari dugaan banyak orang. Bisnis Café Bubur Manado di sebuah tempat di Kalibata Jakarta Selatan. Dia menekuni bisnis ini dari bawah. Dari modal kecil. Dari pengetahuan yang sedikit. Tapi dia sukses.

Pada café bernuansa biru itu, Norman tampak cekatan meramu menu. Melayani pembeli. Senyum ceria yang khas tetap menyapa. Tak ada rasa malu, meski namanya sempat “melambung” ke angkasa.

Seperti halnya Caisar Aditya Putra, pelajaran terbesar dari Norman adalah bukan bagaimana mereka mengangkasa, tapi bagaimana bangun dari kejatuhan.

Sumber: http://www.dream.co.id/news/jatuh-ba...n-150323y.html

Baca Juga:
1. Setelah Caisar Tak Lagi Jadi Kaisar
2. Norman Kamaru, dari "Chaiyya Chaiyya" ke Pedagang Bubur
3. Menghilangnya Sinta-Jojo, Duo "Keong Racun"

syukurlah mereka bisa survive..... mantap!
0
12.8K
81
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.