saat membahas skema kerjasama yang harus melibatkan Transfer of Technology, saya jadi teninspirasi untuk menulis thread ini :

(bukan thread sales dan fanboy - hanya opini semata dari seorang nubi jelata)


Saat kita membahas Transfer of Technology sebagai added value tentunya anda menginginkan partner yang mampu menyediakan your best needs and interest untuk long term solutions. Sebuah perusahaan dari negara yang mampu menyediakan sejumlah added value technologies yang mencakup berbagai segmen industri yang baik terkait langsung ataupun tidak dengan alutsista.

Idealnya, entitas yang menjadi klien kerja tersebut memiliki business scope yang menguasai bukan hanya sekedar produksi senjata semata, namun juga faktor penting seperti pengembangan tech manufaktur, Information technologies, production and manufacturing expertise - semuanya merupakan field yang Indonesia relatif tertinggal dan perlu mengejar ketertinggalan.

Let's see your problem.
Datalink. Perlu penyatuan sistem antara Sistem NATO-based dan Russia (FYI tiap negara punya mod sendiri) - you need IT
Manufaktur. Metalurgi Indonesia stagnan dan memerlukan great leap forward.
Production & Manufacturing. Quota dan Time Table problem are your traditions.

Oh. Tentu anda bisa research sendiri. But let's be honest. Do you have the fund, the time and the manpower to do so? anda bisa argue sampai 100 lembar, namun kenyataannya : China memiliki resources yang jauh lebih besar dari Indonesia, dan mereka lebih pilih kerjasama dengan negara Eropa untuk pengembangan 3 hal tadi (hello, Frenchie) tanpa takut embargo yadda yadda meski mereka melakukan human rights abuse in far larger scale dari Indonesia. Because they know how to bargain. Even India start to see kalau kerjasama lebih profitable dan hemat dana dan waktu dibanding research sendiri - Like business owner said "alliance with enemies is more profitable than fighting them to dead end"

Tentu saja kini anda bertanya - Ok, TS. lalu siapa partner ideal?

Oh. Lets see.
India perlu belajar datalink dan comm system. Who's they gonna call?
China perlu belajar membuat helikopter yang reliable dan manufacturing tech. Who's they gonna call?
Malaysia dan Brazil perlu belajar maintenance mesin dan storing method yang efisien. Who's they gonna call?

I can go on and on. but let me stab you - Indonesia perlu manajemen yang lebih baik pada PT DI. who's you gonna call?

ain't Ghostbuster - it's Airbus Military! Memiliki portofolio encompassing : sattelite system untuk data, IT dan coomunication expertise. Manufacturing excellence baik dari technology, produk maupun dari manajerial terkait produksi dan operasi - Darat, Laut, Udara dan Outer Space. Pengembangan Human Resource yang intensif (membangun research center sebagai bagian transfer of technology dengan tujuan membangun HR di negara terkait). Sebuah perusahaan yang bukan sekedar memberikan offset untuk membangun parts, atau mengizinkan anda membangun model kit - sorry, CKD kit - dengan cover 100% TOT.

Airbus Miolitary always gives more than the other Western competitors.
Datalink? You got it.
Maintenance? You got it.
Manufacture? Well. You already got it.

No covers as 100% gizmo. Airbus Military memberikan added value yang akan membantu Indonesia as a whole untuk berkembang. Sejumlah karyawan akan membenci perubahan dari Airbus - everybody love safe zones, isnt it? but great ones comes from a change.

apakah pemerintahan Indonesia menginginkan sebuah program yang menguntungkan sebagai added value, atau sekedar sebuah program dengan so-called offset yang hanya memberikan keuntungan terbatas? Your call!

Airbus Military - always with PTDI since time immemorial. BFF